Advanced Search
Hits
11070
Tanggal Dimuat: 2012/02/16
Ringkasan Pertanyaan
Mengapa tradisi dan kebiasaan orang-orang Iran dalam acara duka, perayaan, hari-hari raya mazhab (Islam) berbeda dengan para Muslim bahkan para Syiah lainnya?
Pertanyaan
Mengapa orang-orang Iran, dalam acara-acara duka, perayaan, dan hari-hari raya mazhab, melakukan perbuatan dan amalan yang berbeda dengan seluruh Muslim bahkan seluruh para Syiah lainnya?
Jawaban Global

Penyelenggaraan acara dan peringatan-peringatan mazhab, kendati memiliki prinsip dan kerangka-kerangka yang universal dan umum, akan tetapi pada tempat-tempat dimana agama suci Islam tidak memberikan pandangannya mengenai metode penyelenggaraannya, maka kaidahnya adalah bahwa hal ini harus diselenggarakan berdasarkan urf, adab, kebiasaan dan tradisi setiap kaum dan daerah.

Dengan kata lain, apa yang diterima dan ditekankan oleh mazhab adalah acara duka atas Imam Husain As, akan tetapi mengenai metode dan cara penyelenggaraannya diserahkan kepada masyarakat. Dengan alasan inilah sehingga penyelenggaraan acara-acara perayaan atau acara-acara duka di daerah atau lingkungan akan berbeda dengan tempat lainnya, dan selama tradisi dan kebiasaan ini tidak bertentangan dengan universalitas syariat, maka akan didukung juga oleh Islam.

Jawaban Detil

Pada seluruh agama, terdapat upacara dan peringatan-peringatan untuk mengagungkan syiar-syiar, tujuan-tujuan, cita-cita dan nilai-nilai aliran tersebut. Pada agama suci Islam, terutama mazhab Syiah juga terdapat upacara-upacara semacam ini.

Allah Swt dalam al-Quran meminta untuk memperingati tanda-tanda-Nya dan amalan baik ini dianggap bersumber dari ketakwaan. Dalam salah satu ayat, Dia berfirman, “Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya tindakan ini adalah sebagian dari tanda ketakwaan hati.”[1]

Dengan demikian menyelenggarakan peringatan-peringatan merupakan persoalan yang sesuai dan terpuji. Akan tetapi merupakan sesuatu yang jelas bahwa setiap kaum dan bangsa memiliki bentuk dan cara melaksanakan peringatan-peringatan yang berbeda, berdasarkan adab dan tradisi-tradisi mereka. Kebiasaan dan tradisi seperti ini selama tidak bertentangan dengan Islam dan ajaran-ajaran Islam, maka tidak akan terdapat masalah dan akan diterima oleh agama suci Islam.

Sebagai contoh, misalnya penyelenggaraan acara-acara duka untuk Imam Husain As, menangisi dan membuat para penduka menangis dalam acara duka Husaini, merupakan di antara persoalan yang sangat ditekankan dalam mazhab Syiah.[2] Akan tetapi cara dan metode penyelenggaraan acara duka dan peringatan tragedi penting ini di kalangan negara-negara dan budaya-budaya yang berbeda, tentu saja memiliki keragaman. Bahkan di kota-kota Iran sendiri, penyelenggaraan ritual agama ini tidak sepenuhnya sama, melainkan setiap wilayah memiliki cara khusus dan tersendiri.

Yang menjadi sentral perhatian pada jenjang pertama dalam acara-acara seperti ini adalah memperingati jejak dan nama Imam Husain As, dan pada jenjang keduanya adalah bentuk acara harus tidak bertentangan dengan prinsip dan ajaran-ajaran Islam. Di Iran sejak dahulu, telah menjadi sebuah kebiasaan untuk menyelenggarakan majelis-majelis, dan para penduka akan turun ke jalanan untuk melakukan acara duka. Metode seperti ini juga telah dianjurkan oleh para ulama. Misalnya Imam Khomeini Ra berkata, “Kita harus menjadi penjaga sunah-sunnah Islam ini, kita juga harus menjadi penjaga arak-arakan Islam yang turun ke jalanan dalam acara Asyura, Muharram dan Shafar pada saat diperlukan.”[3]

Mendiang Syaikh Thusi menukil sebuah hadis dari Imam Shadiq As yang menunjukkan bagaimana para perempuan dari kalangan Sadat Fatimi melakukan acara duka. Beliau bersabda, “Terdapat para perempuan yang berasal dari Sadat Fatimi yang menyobek busananya dalam musibah ini dan memukuli wajahnya dengan cara tertentu.” Imam As membenarkan kebiasaan para Sadat Fatimah ini dengan kalimat, “Untuk orang seperti Husain As, harus dilakukan hal seperti ini.”[4]

Akan tetapi sangat disayangkan, harus dikatakan di tengah-tengah ini telah terjadi penyimpangan atau amalan-amalan yang bertentangan dengan syariat dari sejumlah mereka yang tidak memiliki informasi. Ulama Syiah yang sadar telah mengambil sikap yang tegas dalam menghadapi masalah seperti ini dan menjelaskan tentang hal yang menjadi kewajiban bagi seluruhnya.

Misalnya melukai diri yang semula dianggap merupakan sarana untuk mengungkapkan kecintaan, akan tetapi berdasarkan kemaslahatan dunia Islam, Imam Khomeini Ra pada awal Revolusi Iran berkata, “Pada kondisi yang ada saat ini, janganlah melukai diri.” Dan Ayatullah Khamenei (semoga Allah menjaganya) berkata, “Melukai diri secara terang-terangan dan disertai dengan kepura-puraan adalah haram dan terlarang.”[5]

Ringkasnya, terdapat perbedaan-perbedaan dalam penyelenggaraan acara-acara mazhab, dalam masalah yang metode penyelenggaraannya dari sisi Allah tidak sampai kepada kita dan masyarakat diberi kebebasan dalam masalah ini.[6] Dikarenakan perbedaan-perbedaan budaya, adab dan tradisi berbagai masyarakatlah sehingga persoalan ini sepenuhnya wajar dan bisa diterima. [iQuest]



[1]. Qs. Hajj (22): 32.

[2]. Maqtal Muqarrâm, hal. 96.

[3]. Jawad Muhaditsi, Farhangg-e Âsyurâ, hal. 341, dengan nukilan dari Shahifah Nur, jil. 15, hal. 2041.

[4]. Maqtal Muqarram, hal. 97; Tahdzib al-Ahkam, jil. 2, hlm. 283 (akhir dari bagian kafarah).

[5]. Jawad Muhaditsi, Farhangg-e Âsyurâ, hlm. 386 dan 387.

[6]. Kebalikannya dengan ibadah seperti salat dan sebagainya dimana bentuk pelaksanaan dan caranya telah dijelaskan oleh agama Islam, dan tidak diperbolehkannya bagi siapapun untuk melakukan shalat sesuai dengan bahasa, kebiasaan dan tradisi khas yang terdapat di wilayahnya.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259830 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245598 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229503 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214290 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175599 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170980 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167398 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157458 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140309 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133538 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...