Kode Site
fa25135
Kode Pernyataan Privasi
71484
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana cara yang terbaik menyatakan syukur kepada Allah Swt?
Pertanyaan
Bagaimana cara yang terbaik menyatakan syukur kepada Allah Swt?
Jawaban Global
Menyatakan syukur dengan perbuatan[1] merupakan syukur sempurna dan yang terbaik dalam menyatakan syukur kepada Allah Swt. Syukur seperti ini merupakan hasil dari dua tingkatan syukur yang terbetik dalam hati dan terucap dalam lisan. Dengan kata lain, tatkala manusia, dengan perantara hatinya memahami kenikmatan sebuah anugerah dan menyatakannya dengan lisan maka ia telah bersyukur kepada sang Pemberi Nikmat. Tentu saja sudah pada tempatnya dan selayaknya apabila ia juga menampakan rasa syukur itu pada tataran perbuatan. Karena itu, orang yang benar-benar bersyukur akan menggunakan segala nikmat Ilahi untuk memperoleh keridhaan dan tujuan Sang Pemberi nikmat (Mun’im) serta senantiasa tahu dengan baik bagaimana menggunakan segala nikmat itu supaya tidak tergolong sebagai orang-orang yang mengkufuri nikmat-nikmat Allah Swt.
Imam Shadiq As bersabda, “Mensyukuri nikmat dilakukan dengan menjauhi perbuatan-perbuatan haram dan keseluruhan rasa bersyukur itu tatkala seseorang berkata, “Segala puji bagi Allah Swt Tuhan seru sekalian alam.”[2]
Secara pasti maksud dari ucapan “Alhamdulillah” bukanlah semata-mata lipstik dan penghias bibir saja melainkan bersumber dari kedalaman hati dan lubuk jiwa. Alangkah banyaknya orang yang menyatakan syukur kepada Allah dengan lisan namun kufur dalam perbuatan. Karena itu, tatkala Allah Swt berfirman: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs. Saba [34]:13) sejatinya tengah menyoroti dan menekankan pernyataan syukur dengan perbuatan.[3]
Apa pun yang diupayakan dan diusahakan manusia untuk menunaikan syukur secara sempurna pada hakikatnya ia tidak akan mampu melakukan hal itu. Karena itu, bagian syukur yang terbaik adalah mengakui secara totalitas atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan dalam menunaikan kesyukuran dan membenarkan bahwa taufik untuk bersyukur itu sendiri merupakan salah satu nikmat Ilahi.[4]
Adapun syukur yang dinyatakan dengan perbuatan memiliki beberapa contoh yang akan dijelaskan sebagai berikut sebagai contoh dengan bersandar pada beberapa riwayat:
Imam Shadiq As bersabda, “Mensyukuri nikmat dilakukan dengan menjauhi perbuatan-perbuatan haram dan keseluruhan rasa bersyukur itu tatkala seseorang berkata, “Segala puji bagi Allah Swt Tuhan seru sekalian alam.”[2]
Secara pasti maksud dari ucapan “Alhamdulillah” bukanlah semata-mata lipstik dan penghias bibir saja melainkan bersumber dari kedalaman hati dan lubuk jiwa. Alangkah banyaknya orang yang menyatakan syukur kepada Allah dengan lisan namun kufur dalam perbuatan. Karena itu, tatkala Allah Swt berfirman: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs. Saba [34]:13) sejatinya tengah menyoroti dan menekankan pernyataan syukur dengan perbuatan.[3]
Apa pun yang diupayakan dan diusahakan manusia untuk menunaikan syukur secara sempurna pada hakikatnya ia tidak akan mampu melakukan hal itu. Karena itu, bagian syukur yang terbaik adalah mengakui secara totalitas atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan dalam menunaikan kesyukuran dan membenarkan bahwa taufik untuk bersyukur itu sendiri merupakan salah satu nikmat Ilahi.[4]
Adapun syukur yang dinyatakan dengan perbuatan memiliki beberapa contoh yang akan dijelaskan sebagai berikut sebagai contoh dengan bersandar pada beberapa riwayat:
- Sujud syukur, melaksanakan salat syukur dan berbuat baik merupakan beberapa contoh dari syukur yang dinyatakan dengan perbuatan.[5] Diriwayatkan bahwa “Tatkala Rasulullah Saw mengalami kegembiraan atau bahkan kerisauan maka Rasulullah Saw melakukan sujud untuk menyatakan syukur kepada Allah Swt.”[6]
- Memaafkan dan melupakan (kesalahan) sebagai bentuk kesyukuran atas kemenangan melawan musuh. Tindakan memaafkan seperti ini merupakan salah satu contoh bentuk syukur yang dinyatakan dalam perbuatan sebagaimana Amirul Mukminin Ali As bersabda, “Tatkala engkau mengalahkan musuhmu maka jadikanlah maaf sebagai tanda syukurmu atas kemenangan ini.”[7]
- Menginfakkan sebagian harta di jalan Allah Swt merupakan salah satu contoh dari pernyataan syukur dengan perbuatan. Imam Ali As bersabda, “Sebaik-baik syukur atas nikmat-nikmat yang diperoleh adalah menginfakkanya.”[8]
- Ibadah dan bermunajat di hadapan Allah Swt juga merupakan salah satu cara untuk menyatakan syukur kepada Allah Swt dengan perbuatan sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Ali As bahwa ibadah dengan motivasi syukur dinyatakan sebagai ibadahnya orang-orang merdeka dan sebaik-baik amalan.”[9]
- Mengajarkan ilmu kepada orang lain dan beramal atasnya; syukur atas nikmat ilmu yang dianugerahkan Allah Swt kepada alam semesta. Amirul Mukminin Ali As dalam hal ini bersabda, “Pernyataan syukur seorang alim atas ilmu yang diperoleh adalah mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.”[10]
Pernyataan syukur yang dilakukan oleh para hamba itu berbeda-beda sesuai dengan kedudukan dan stratanya sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Ali As dalam sebuah hadis singkat, “Pernyataan syukur kepada Tuhanmu adalah senantiasa engkau memuji-Nya, syukur kepada atasan kalian adalah engkau senantisa berlaku jujur, syukur kepada sesama adalah menunaikan persaudaraan dengan baik, syukur kepada bawahan adalah tidak mempersulitnya.”[11]
[1] Silahkan lihat, Perbedaan antara Hamd, Madh dan Syukr, Pertanyaan 18086.
[2] Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, al-Kāfi, Riset dan edit oleh, Ghaffari, Ali Akbar & Akhundi, Muhammad, jil. 2, hal. 95, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Keempat, 1407 H.
«شُكْرُ النِّعْمَةِ اجْتِنَابُ الْمَحَارِمِ، وَ تَمَامُ الشُّكْرِ قَوْلُ الرَّجُلِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ»
[3] Qarasyi, Sayid Ali Akbar, Qāmus Qur’ān, jil. 4, hal. 63, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, Cetakan Keenam, 1371 S.
[4] Gulistane, Sayid ‘Alauddin Muhammad, Minhāj al-Yaqin (Syarh Nāme Imām Shādiq As be Syia’ayān, Surat Imam Shadiq kepada Kaum Syiah), Riset dan edit oleh Shahfi, Mujtaba, Shadrai Khui, Ali, hal. 54, Dar al-Hadits, Qum, Cetakan Pertama, 1429 H.
[5] Ibid.
[6] Allamah Hilli, Hasan bin Yusuf, Nahj al-Haq wa Kasyf al-Shidq, hal. 432, Dar al-Kitab al-Lubnani, Beirut, Cetakan Pertama, 1982 M.
[7] Hurr Amili, Muhammad bin Hasan, Wasāil al-Syi’ah, jil. 12, hal. 171, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Pertama, 1409 H.
«اِذا قَدَرْتَ عَلى عَدُوِّكَ فَاجْعَلِ الْعَفْوَ عَنْهُ شُكْراً لِلْقُدْرَةِ عَلَيْهِ»
[8] Tamimi Amadi, Abdul-Wahid bin Muhammad, Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim, Riset dan edit oleh Rajai, Sayid Mahdi, hal. 195, Dar al-Kitab al-Islami, Qum, Cetakan Kedua, 1410 H.
«اَحْسَنُ شُكْرِ النِّعَمِ اَلانعامُ بِها»
[9] Ibnu Syu’bah al-Harrani, Hasan bin Ali, Tuhaf al-‘Uqul ‘an Āli al-Rasul (Shallallahu ‘alaihi wa Alihi wa al-Salam), Riset dan edit oleh, Ghaffari, Ali Akbar, hal. 246, Daftar Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Kedua, 1404 H.
.«اِنَّ قَوْمَاً عَبَدوُهُ شُكْرَاً فَتِلْكَ عِبادَةُ الاحْرارِ ِ وَ هِيَ أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ.»
[10] Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim, hal. 407.
«شُكْرُ الْعالِمِ عَلى عِلْمِهِ، عَمَلُهُ بِهِ وَ بَذْلُهُ لِمُسْتَحَقِّهِ»
[11] Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim, hal. 406.
«شُكْرُ اِلهِكَ بِطوُلِ الثَّناءِ، شُكْرُ مَنْ قَوْقَكَ بِصِدْقِ الْوَلاءِ، شُكْرُ نَظيرِكَ بِحُسْنِ الاخاءِ، شُكْرُ مَنْ دوُنَكَ بِسَيْبِ الْعَطاءِ»