Please Wait
Hits
7048
Tanggal Dimuat: 2009/05/06
Kode Site fa4187 Kode Pernyataan Privasi 4940
Tema Teologi Lama
Ringkasan Pertanyaan
Apabila Tuhan mengetahui apa yang hendak kita lakukan apakah hal ini tidak bermakna determinisme (jabr)?
Pertanyaan
Kami meyakini bahwa segala sesuatu telah diketahui Tuhan dan tercatat dalam skenario Tuhan semenjak azal (baik dalam pandangan al-Qur’an atau hadis). Pertanyaan yang mengedapan bahwa apabila Tuhan mengetahui apa yang akan kita lakukan apakah hal ini tidak bermakna determinisme pengetahuan Tuhan yang mengarahkan kita untuk melakukan pekerjaan tersebut? Lantaran apabila kita melakukan sebuah perbuatan yang bertentang dengan ilmu Tuhan maka hal ini menunjukkan adanya kekurangan pada ilmu Tuhan. Dan apabila sejalan dengan ilmu Tuhan kita melakukan sebuah perbuatan maka inilah determinisme. Namun sebagian teman berargumen demikian bahwa ilmu Tuhan ibarat kepala sekolah yang mengetahui apabila seorang siswa tidak mempelajari pelajarannya maka ia akan gagal. Artinya pada ilmu Tuhan demikian. Tuhan mengetahui apabila kita melakukan sebuah perbuatan maka kita akan mencapai hasil tertentu dan apabila kita melakukan perbuatan tersebut maka hasilnya akan lain. Namun menurut pendapat saya hal ini menunjukkan adanya kekurangan pada ilmu Tuhan.
Jawaban Global
Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil
Jawaban Detil

Dalam menjawab orang-orang yang berargumen ihwal determinisme melalui ilmu azali Tuhan maka harus dijawab demikian:

“Tuhan semenjak azal mengetahui bahwa manusia dengan kebebasan dan ikhtiar yang dimilikinya akan melakukan perbuatan-perbuatan.” Jawaban ini tidak berseberangan dengan pengetahuan menyeluruh dan azali Tuhan. Karena Tuhan semenjak azal mengetahui bahwa manusia dengan kebebasan dan ikhtiar yang dimilikinya akan melakukan sebuah perbuatan. Sebagaimana hal ini juga tidak bertentangan dengan kepenciptaan Tuhan. Lantaran Tuhan semenjak azal berkehendak demikian bahwa perbuatan ini akan terlaksana sesuai dengan kehendak dan kebebasan manusia. Jawaban seperti ini juga tidak akan menciderai kebebasan manusia.

Nampaknya dalil ucapan yang Anda kemukakan ”jawaban ini tidak selaras dengan ilmu menyeluruh Tuhan dan menunjukkan adanya kekurangan pada ilmu Tuhan” adalah bahwa ilmu Tuhan karena merupakan Dzat Tuhan itu sendiri, juga merupakan sebab. Karena itu contoh yang dijelaskan di atas tidak sesuai karena ilmu selain Tuhan sekali-kali tidak akan menjadi sebab bagi perbuatan-perbuatan orang lain.

Namun sebagaimana yang telah kami singgung, ilmu Tuhan kendati merupakan Dzat Tuhan itu sendiri, ia juga merupakan sebab bagi akibat. Akan tetapi harus diperhatikan bahwa ilmu Tuhan yang merupakan sebab bagi terwujudnya seluruh fenomena adalah ilmu yang menyeluruh dan sempurna. Artinya ilmu terhadap keseluruhan sebab dan syarat-syarat terjadinya sebuah fenomena atau kejadian.

Terkait dengan perbuatan manusia karena merupakan salah satu bagian dan syaratnya adalah kebebasan manusia sedemikian sehingga apabila perbuatan tersebut terjadi tidak didasari dengan kebebasan dan ikhtiar maka hal ini akan bertentangan dengan ilmu azali Tuhan. Karena itu, ilmu menyeluruh dan sempurna Ilahi bukan hanya tidak bertentangan dengan kebebasan, akan tetapi justru menetapkan kebebasan manusia.

Adapun perumpamaan yang dikemukakan harus diperhatikan bahwa perumpamaan yang diberikan tidak memperhatikan seluruh dimensi. Perumpamaan yang diberikan seperti ini hanya untuk menjelaskan sisi bahwa pengetahuan dan ilmu (orang-orang seperti kepala sekolah) tidak akan menjadi sebab ternafikannya kebebasan. Namun secara hakiki karena Tuhan tidak ada yang menyerupainya, “laisa kamtsilihi syai” (Qs. Syura [42]:11) maka terkait dengan setiap perumpamaan dan contoh untuk Tuhan disebutkan:

Wahai (Engkau) yang jauh dari waham dan omonganku

Celakalah diriku dan permisalanku. []