Kecaman dan celaan Imam Sajjad As tentu tidak mengarah kepada orang-orang Syiah sejati dan loyal kepada Ahlulbait As. Kecaman dan celaan Imam Sajjad As ini ditujukan kepada orang-orang yang kendati memililiki secuil kecintaan kepada Ahlulbait As dan memandang kebenaran mereka sebagai sesuatu yang pasti, namun mereka tidak memenuhi janji dan ikrar mereka di hadapan Imam Zamannya (Imam Husain As).
Kebanyakan dari mereka, setelah berada di altar ujian dan fitnah, berbalik menghunus pedang[1] di hadapan Ahlulbait As dan berdiri sebarisan dengan para penentangnya.
Jelas bahwa orang-orang seperti ini patut mendapat kecaman dan celaan. Orang-orang yang tidak setiak pada hal-hal yang paling dasar prinsip-prinsip moral dan agama, yaitu janji-janji sosial[2] dan tidak merasa bertanggung jawab atas masalah ini; mengundang imam mereka; memberikan baiat kepadanya, namun berbalik dari baiatnya dan meninggalkan imamnya sendirian di hadapan musuh. Apakah orang-orang seperti ini tidak patut mendapat kecaman?
Imam Ali As datuk Imam Sajjad As juga dalam mengecam para pengikutnya yang lemah bersabda, “Wahai Anda yang menyerupai manusia laki-laki, bukan laki-laki; akal Anda adalah akal anak-anak dan pikiran Anda adalah pikiran gadis pingitan. Saya berhasrat kiranya tidak melihat dan mengenal Anda. Demi Allah, perkenalan ini telah menimbulkan rasa malu dan mengakibatkan penyesalan. Semoga Allah memerangi Anda; Anda telah mengisi hati saya dengan nanah dan memuat dada saya dengan keberangan. Anda membuat saya meminum tegukan-tegukan penuh kesedihan satu demi satu. Anda meremukkan nasihat-nasihat saya dengan tidak menaati, dan meninggalkannya sedemikian rupa sehingga orang Quraisy itu mulai mengatakan bahwa 'Ali ibn Abi Thalib berani tetapi tidak mengetahui (siasat) perang.”[3]
Jelas bahwa orang-orang yang dimaksud dalam pidato ini bukanlah para sahabat yang tetap setia pada janjinya hingga akhir.
Karena itu, kecaman dan celaan seperti ini alasannya jelas; karena merupakan salah satu hak Imam atas umat adalah kesetiaan dan loyaliatas terhadap baiat, “wa amma haqqi ‘alaikum fal wafâ bilba’iat.” Adapun hakku atas kalian adalah hendaknya kalian setia pada baiat dan janji yang telah kalian buat denganku.”[4]
Imam dan pemimpin umat Islam memiliki hak-hak atas umatnya dan salah satu hak tersebut adalah kesetiaan dan loyalitas pada janji dan baiat; artinya kaum Muslimin memiliki kewajiban untuk setiap dan loyal dengan janji yang mereka buat dengan imam; karena itu, apabila mereka melanggar janjinya, maka mereka layak dan pantas menerima kecaman dan celaan.
Harap diingat bahwa jenis kecaman ini disampaikan dalam rangka amar makruf dan nahi mungkar dimana Imam Sajjad dengan sikapnya seperti ini mengingatkan mereka akan perbuatan buruk yang mereka lakukan. [iQuest]
[1]. Abu Mikhnaf Kufi, Luth bin Yahya, Waqa’at al-Thef, Riset dan Koreksi oleh Muhammad Hadi Yusuf Gharawi, hal. 158, Jami’ah Mudarrisin, Qum, Cetakan Ketiga, 1417.
«قلوب الناس معک و سیوفهم مع بنی امیّة».
[2]. Allah Swt berfirman bahwa orang-orang beriman adalah orang-orang yang setiap pada janjinya, “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (Qs. Al-Mukminun [23]:8)
[3]. Nahj al-Balâghah, Subhi Shaleh, hal. 70.
« یَا أَشْبَاهَ الرِّجَالِ وَ لَا رِجَالَ... لَوَدِدْتُ أَنِّی لَمْ أَرَکُمْ وَ لَمْ أَعْرِفْکُمْ مَعْرِفَةً وَ اللَّهِ جَرَّتْ نَدَماً وَ أَعْقَبَتْ سَدَماً قَاتَلَکُمُ اللَّهُ لَقَدْ مَلَأْتُمْ قَلْبِی قَیْحاً وَ شَحَنْتُمْ صَدْرِی غَیْظاً وَ جَرَّعْتُمُونِی نُغَبَ التَّهْمَامِ أَنْفَاساً وَ أَفْسَدْتُمْ عَلَیَّ رَأْیِی بِالْعِصْیَانِ وَ الْخِذْلَانِ حَتَّى لَقَدْ قَالَتْ قُرَیْشٌ إِنَّ ابْنَ أَبِی».
[4]. Ibid, hal. 79.