Kode Site
id21849
Kode Pernyataan Privasi
30628
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimanakah cerita Aisyah meninggal dunia?
Pertanyaan
Salam...dimanakah riwayat yang menceritakan tentang kematian Aisyah bisa saya dapatkan, khususnya dari jalur (kiab-Kitab) mahzab Syiah..?
Jawaban Global
Terdapat perbedaan pendapat terkait dengan bagaimana proses meninggalnya Aisyah. Literatur-literatur Ahlusunnah memandang kematiannya sebagai kematian natural dan berkata bahwa pada usia 58 tahun Aisyah wafat dan Abu Hurairah yang menyalatkan jenazahnya. Namun ada juga yang menulis bahwa Aisyah meninggal dunia sebelum itu dan Abu Hurairah sendiri tutup usia pada tahun yang sama.[1]
Sebagian literatur Syiah memandang bahwa Muawiyah adalah pelaku utama atas kematian Aisyah. Sayid Ibnu Thawus mengutip dua riwayat terkait dengan masalah ini dari kitab Awâil al-Isytibah karangan Abu ‘Arubah (wafat 318 H).[2] Abu ‘Arubah dalam riwayat pertama menyebutkan, “Muawiyah di Madinah naik ke atas mimbar Rasulullah Saw untuk meminta masyarakat berbaiat kepada Yazid. Saat itu Aisyah keluar dari kamarnya dan berteriak, “Diamlah! Diamlah! Apakah begini caranya orang tua meminta masyarakat untuk berbaiat kepada anak-anak mereka?” Muawiyah menimpali, “Tidak.” Aisyah berkata, “Kalau begitu dalam urusan ini siapakah yang engkau ikuti? Dan sunnah siapa yang engkau jalani?” Muawiyah merasa malu mendengar ucapan Aisyah ini dan turun dari mimbar. Kemudian ia menggali sebuah lobang dan dengan makar serta tipuan ia membuang Aisyah ke dalam lobang itu dan dengan cara seperti ini Aisyah meninggal.”
Namun dalam riwayat yang lain disebutkan, “Aisyah tatkala mengendarai keledai menuju rumah Muawiyah. Aisyah tidak menjaga kehormatan Muawiyah dan bersama keledainya masuk ke dalam rumah Muawiyah. Keledai yang ditunggangi Aisyah kencing di atas karpet dan mengotori istana Muawiyah. Muawiyah mengeluhkan perbuatan Aisyah ini kepada Marwan dan berkata, “Saya tidak lagi dapat menahan perlakuan wanita ini. Dengan restu Muawiyah, Marwan memikul tanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan ini. Ia menggali sebuah lobang dan sedemikian ia atur sehingga Aisyah terjerembab dalam lubang itu. Peristiwa ini terjadi pada akhir bulan Dzulhijjah.”[3]
Penulis buku al-Shirât al-Mustaqim setelah ia mengutip peristiwa pertama, dalam sebuah riwayat yang dinukil dari Abi al-Ash juga mengutip peristiwa kedua.[4] Penulis buku ini sebagai imbuhannya menukil dari A’masy, “Tatkala Muawiyah pergi ke Kufah dan berkata, “Saya tidak memerangi kalian supaya kalian puasa atau salat. Saya memerangi kalian supaya berkuasa dan memerintah atas kalian.” Kemudian A’masy berkata, “Apakah engkau pernah melihat orang yang sama sekali tidak memiliki rasa malu?” Ia membunuh tujuh puluh ribu orang di antaranya terdapat orang-orang besar seperti Ammar, Khuzaimah, Hujr, Amru bin Hamaq, Muhammad bin Abu Bakar, Malik Asytar, Uwais Qarni, Ibnu Shuhan, Ibnu Tahiyyan, Aisyah dan Ibnu Hasan.[5] [iQuest]
Sebagian literatur Syiah memandang bahwa Muawiyah adalah pelaku utama atas kematian Aisyah. Sayid Ibnu Thawus mengutip dua riwayat terkait dengan masalah ini dari kitab Awâil al-Isytibah karangan Abu ‘Arubah (wafat 318 H).[2] Abu ‘Arubah dalam riwayat pertama menyebutkan, “Muawiyah di Madinah naik ke atas mimbar Rasulullah Saw untuk meminta masyarakat berbaiat kepada Yazid. Saat itu Aisyah keluar dari kamarnya dan berteriak, “Diamlah! Diamlah! Apakah begini caranya orang tua meminta masyarakat untuk berbaiat kepada anak-anak mereka?” Muawiyah menimpali, “Tidak.” Aisyah berkata, “Kalau begitu dalam urusan ini siapakah yang engkau ikuti? Dan sunnah siapa yang engkau jalani?” Muawiyah merasa malu mendengar ucapan Aisyah ini dan turun dari mimbar. Kemudian ia menggali sebuah lobang dan dengan makar serta tipuan ia membuang Aisyah ke dalam lobang itu dan dengan cara seperti ini Aisyah meninggal.”
Namun dalam riwayat yang lain disebutkan, “Aisyah tatkala mengendarai keledai menuju rumah Muawiyah. Aisyah tidak menjaga kehormatan Muawiyah dan bersama keledainya masuk ke dalam rumah Muawiyah. Keledai yang ditunggangi Aisyah kencing di atas karpet dan mengotori istana Muawiyah. Muawiyah mengeluhkan perbuatan Aisyah ini kepada Marwan dan berkata, “Saya tidak lagi dapat menahan perlakuan wanita ini. Dengan restu Muawiyah, Marwan memikul tanggung jawab untuk menyelesaikan persoalan ini. Ia menggali sebuah lobang dan sedemikian ia atur sehingga Aisyah terjerembab dalam lubang itu. Peristiwa ini terjadi pada akhir bulan Dzulhijjah.”[3]
Penulis buku al-Shirât al-Mustaqim setelah ia mengutip peristiwa pertama, dalam sebuah riwayat yang dinukil dari Abi al-Ash juga mengutip peristiwa kedua.[4] Penulis buku ini sebagai imbuhannya menukil dari A’masy, “Tatkala Muawiyah pergi ke Kufah dan berkata, “Saya tidak memerangi kalian supaya kalian puasa atau salat. Saya memerangi kalian supaya berkuasa dan memerintah atas kalian.” Kemudian A’masy berkata, “Apakah engkau pernah melihat orang yang sama sekali tidak memiliki rasa malu?” Ia membunuh tujuh puluh ribu orang di antaranya terdapat orang-orang besar seperti Ammar, Khuzaimah, Hujr, Amru bin Hamaq, Muhammad bin Abu Bakar, Malik Asytar, Uwais Qarni, Ibnu Shuhan, Ibnu Tahiyyan, Aisyah dan Ibnu Hasan.[5] [iQuest]
[1]. Muhammad bin Ahmad Dzahabi, Târikh Islâm, Riset oleh Umar Abdussalam Tadmiri, jil. 4, hal. 164, Dar al-Kutub al-Arabi, Beirut, Cetakan Kedua, 1413 H; Ali bin Muhammad Ibnu Atsir, al-Kâmil fi al-Târikh, jil. 3, hal. 520, Dar Shadir, Beirut, 1385 H.
[2]. Husain bin Muhammad bin Abi Ma’syar Maudud Ibnu Hamad al-Silmi al-Harrani salah seorang sejarawan abad keempat Hijriah Abu Arubah; Silahkan lihat Sayid Muhsin Amin Amili, A’yân al-Syiah, jil. 6, hal. 166-167, Dar al-Ta’aruf lil Mathbu’at, Beirut, 1406 H.
[3]. Sayid Ibnu Thawus, al-Tharâif fi Ma’rifat Madzâhib al-Thawâif, jil. 2, hal. 503, al-Khayyam, Qum, Cetakan Pertama, 1399 H.
[4]. Ali Muhammad Amili Nabathi, al-Shirât al-Mustaqim ila Mustahaqqi al-Taqdim, Riset dan editor Mikhail Ramadhan, jil. 3, hal. 45, al-Maktabat al-Haidariyah, Najaf, Cetakan Pertama, 1384 H.
[5]. Ibid, hal. 48.