Kode Site
id22034
Kode Pernyataan Privasi
34225
Tema
فضایل اخلاقی
Ringkasan Pertanyaan
Apa dampak positif dan konstruktif yang dirasakan orang yang memiliki akhlak terpuji seperti bersikap baik kepada sesama?
Pertanyaan
apa dampak positif yang dirasakan orang yang berakhlak terpuji ?
Jawaban Global
Akhlak terpuji merupakan bagian dari pelbagai keutamaan yang memberikan keindahan kepada manusia untuk sampai kepada gerbang kebahagiaan. Pelbagai keutamaan akhlak ini secara umum terbagi menjadi tiga bagian sebagaimana berikut:
- Pelbagai keutamaan akhlak yang bertalian dengan Tuhan; seperti menaruh perhatian terhadap salat, doa, dzikir, menjauhi riya,harap dan cemas.
- Pelbagai keutamaan akhlak yang berhubungan dengan manusia seperti kedisplinan dalam kerja, mengapresiasi waktu, menjauhi perbuatan sia-sia.
- Pelbagai keutamaan akhlak yang mengemuka terkait dengan orang lain seperti bersikap rendah hati, berkata dan bersikap jujur, persaudaraan dan persatuan, menjaga amanah,menunaikan hak kedua orang tua.[1]
Masing-masing tiga klasifikasi akhlak terpuji, pengaruh positif dan konstruktif dalam kebahagiaan duniawi dan ukhrawi manusia telah dibahas secara detil pada literatur-literatur yang berhubungan dengan akhlak Islam.
Di sini, secara ringkas dan sifatnya mengindeks kita akan membahas tentang sebagian pengaruh positif dan konstruktif keutamaan akhlak pada diri manusia sesuai dengan pandangan sebagian ayat dan riwayat.
Pertama: Al-Quran menaruh perhatian penting terhadap penyucian jiwa dan pencapaian akhlak yang inheren dalam jiwa sedemikian sehingga apabila seseorang di hari kiamat tidak memiliki akhlak yang mulia maka ia tidak akan meraih kebahagiaan, “(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak lagi berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (Qs. Al-Syua’ara [26]:88-89)
Kedua: Al-Quran menilai akhlak mulia dan penyucian jiwa sebagai biang kejayaan manusia. Sebaliknya akhlak buruk dan dosa-dosa sebagai penyebab kerugian dan penderitaan manusia. “Sungguh beruntunglah orang yang telah menyucikannya. dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (Qs. Al-Syams[91]:9-10)
Salah satu contoh bagian ketiga keutamaan akhlak “bersikap baik dan berakhlak terpuji” seperti keutamaan-keutamaan akhlak yang lain, di samping memiliki kebaikan esensial dalam pandangan agama, pribadi dan fitrah manusia, juga memilliki konsekuensi-konsekuensi yang baik di antaranya sebagaimana apa yang tertuang berikut ini:
- Melenyapkan pelbagai kebencian: Dalam berinteraksi dan berhubungan dengan pekerjaan boleh jadi sebagian orang memendam kekeruhan yang tidak begitu baik, sebaik-baik media untuk melenyapkan kekeruhan ini adalah bersikap riang. Dalam kaitan ini, Rasulullah Saw bersabda, “Bersikap baik akan melenyapkan kebencian.”[2]
- Menarik kecintaan Tuhan dan manusia: Setiap manusia memerlukan eliksir cinta yang sangat berharga dari sisi Tuhan dan para hamba-Nya yang beriman. Eliksir cinta ini akan dapat diperoleh melalui sikap yang baik dan budiman. Imam Baqir As bersabda, “Bersikap baik dan budiman akan mendatangkan cinta dan mendekatkan manusia kepada Allah serta memasukkannya ke dalam surga.”[3]
- Mengliminasi Kelalaian: Imam Shadiq As bersabda, “Akhlak yang terpuji akan meleburkan segala dosa dan sebagaimana matahari meleburkan es.”[4]
- Mudahnya perhitungan: Imam Ali As bersabda, “Perbaikilah akhlakmu supaya Tuhan memudahkan perhitunganmu (kelak di hari kiamat).”[5]
- Imam Shadiq As bersabda, “Akhlak yang baik dan terpuji beroleh kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Dengan perantara akhlak yang terpuji agama seseorang akan menjadi sempurna dan mengantarkan manusia untuk meraih kesempurnaan dan kedekatan kepada Allah Swt.”[6]
Ringkasan: Pelbagai keutaman dan kesempurnaan akhlak memiliki pengaruh yang sangat bernilai dalam kebahagiaan duniawi dan ukhrawi manusia. Setiap orang yang ingin meraih kebahagiaan abadi maka kiranya ia perlu mengeliminasi pebagai akhlak buruk dan tercela dari lembaran hatinya dan menganttikannya dengan akhlak mulia dan terpuji. [iQuest]
[1]. Ni’matullahi Yusufiyan, Akhlâq Islâmi, jil. 1,hal. 39, Idarah Muassasah Aqidati Siyasi Namayandegi Wali Faqih dar Sepah, Qum, 1376 S.
[2]. Ibnu Syu’bah al-Harrani, Tuhaf al-‘Uqûl ‘an Âli al-Rasul, Riset dan Edit oleh Ali Akbar Ghaffari, hal. 45, Daftar Intisyarat Islami, Qum, Cetakan Kedua, 1404 H.
[3] . Husain Muhaddits Nuri, Mustadrak al-Wasâil wa Mustanbith al-Masâil, jil. 12, hal. 344, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Pertama, 1408 H.
[4]. Muhammad bin Yakub Kulaini, al-Kâfi, Riset dan Edit oleh Ali Akbar Ghaffari dan Muhammad Akhundi, jil. 2, hal. 100, Dar al-Kutub al-Islami, Teheran, Cetakan Keempat, 1407 H.
[5]. Syaikh Shaduq, al-Âmâli, hal. 210, Kitabci, Teheran, Cetakan Keenam, 1376 S.
[6]. Mustadrak al-Wasâil wa Mustanbith al-Masâil, jil. 8, hal. 449.