Kode Site
id22262
Kode Pernyataan Privasi
37368
Tema
Tafsir ,Ulumul Quran
Ringkasan Pertanyaan
Kenapa ada surat yang dinamakan surat al-Ikhlas? Padahal tidak ada kata ikhlas dalam surat tersebut?
Pertanyaan
kenapa ada surat yang dinamakan surat al-ikhlas? padahal tidak ada kata ikhlas dalam surat tersebut..
jazaakumullahu khoiron katsiron..
Jawaban Global
Surah “Qul Huwallahu Ahad” memiliki nama yang bervariasi[1] dan salah satunya adalah al-Ikhlas. Dalam beberapa riwayat juga surah Qul Huwallahu Ahad ini disebutkan dengan nama surah al-Ikhlâs.[2]
Para ahli tafsir menyebutkan beberapa alasan atas penamaan surah ini sebagai surah al-Ikhlas:
Para ahli tafsir menyebutkan beberapa alasan atas penamaan surah ini sebagai surah al-Ikhlas:
- Karena tidak menyebutkan sesuatu yang lain selain tauhid[3] dan murni (khâlish)menyebutkan sifat-sifat Tuhan.[4]
- Barang siapa yang menemukan keyakinan padanya dan mengakui kandungan ajarannya maka ia akan menjadi seorang Mukmin yang tulus dan ikhlas.[5]
- Sebab terbebasnya dan terlepasnya ahli tauhid dari api neraka.[6]
- Barang siapa yang menemukan nama-nama dan sifat-sifat dalam surah ini serta beriman kepada hakikat-hakikat dan makna-maknanya, maka ia akan terbebas dari segala jenis kemusyrikan, kemunafikan dan penyimpangan sehingga ia menjadi orang yang mukhlis dalam niat dan perbuatan.[7] [iQuest]
[1]. Silahkan lihat Kartu Identitas Tuhan, Pertanyaan 33543
[2]. Nu’man bin Muhammad Maghribi Ibnu Hayyun, Da’âim al-Islâm wa Dzikr al-Halâl wa al-Harâm wa al-Qadhâyâ wa al-Ahkâm, Riset dan Edit oleh Ashif Faidhi, jil. 1, hal. 147, Muassasah Alu al-Bait As, Qum, Cetakan Kedua, 1385 H; Syaikh Shaduq, ‘Uyûn Akhbâr al-Ridhâ As, Riset dan Edit oleh Mahdi Lajuardi, jil. 2, hal. 270, Nasyr Jahan, Teheran, Cetakan Pertama, 1378 H; Syaikh Thusi, Mishbâh al-Mujtahid wa Silâh al-Muta’abbid, jil. 1, hal. 315, Muassasah Fiqhu al-Syi’ah, Beirut, Cetakan Pertama, 1411 H.
[3]. Abu Hammid bi Yusuf al-Andalusi, al-Bahr al-Muhith fi al-Tafsir, Riset oleh Muhammad Jamil Shiddiqi, jil 3, hal. 22, Dar al-Fikr, Beirut, 1420 H; Muhammad bin Ahmad Qurthubi, al-Jâmi’ Liahkâm al-Qur’ân, jil. 4, hal. 10, Intisyarat Nasir Khusruw, Teheran, Cetakan Pertama, 1364 S; Sultan Muhammad Gunabadi, Tafsir Bayân al-Sa’âdah fi Maqâmat al-‘Ibâdah, jil. 4, hal. 281, Muassasah al-A’lami lil Mathbu’at, Beirut, Cetakan Kedua, 1408 H.
[4]. Mubarak bin Muhammad Ibnu Atsir Jarzi, al-Nihâyah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsâr, Riset dan Edit oleh Mahmud Muhammad Thanahi dan Thahir Ahmad, jil. 2, hal. 61, Muassasah Mathbu’ati Ismailiyan, Qum, Cetakan Keempat, 1367 S.
[5]. Mir Sayid Ali Hairi Tehrani, Muqatanayat al-Durar wa Multaqath al-Tsamar, jil. 12, hal. 256, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1377 S.
[6]. Wahbah bin Mustafa Zuhaili, al-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj, jil. 30, hal. 461, Dar al-Fikr al-Ma’ashir, Beirut, Damaskus, Cetakan Kedua, 1418 H; Nizhamuddin Hasan bin Muhammad Naisyaburi, Tafsir Gharâib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqan, Riset oleh Syaikh Zakariyyah Umairat, jil. 6, hal. 594, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Beirut, Cetakan Pertama, 1416 H.