Dokumen sejarah mewartakan bahwa Imam Husain As melemparkan segenggam darahnya dan segenggam darah Ali Ashgar ke langit pada hari Asyura.
Terkait dengan falsafah dan hikmah perbuatan ini dapat dikatakan bahwa Imam Husain As ingin menyampaikan pesan perjuangan dan kebangkitannya kepada seluruh dunia. Untuk mewujudkan keinginan ini, Imam Husain As memanfaatkan cara seperti ini bahwa tragedi Karbala identik dengan lumuran darah. Dengan kata lain, Imam Husain As melukis kanvas Karbala dengan darahnya sendiri dan darah para sahabatnya supaya lukisan berdarah ini akan senantiasa abadi dan lestari.
Thabari menuturkan, Hisyam sesuai nukilan dari Amr bin Syimr, dari Jabir Ja’fi meriwayatkan bahwa, “Akibat peperangan [yang tak seimbang], dahaga menyerang Imam Husain As dan rasa dahaga itu semakin kuat. Tatkala Imam Husain As hampir meminum air, Hushain bin Numair melontarkan anak panah dan menancap di mulut Imam Husain As. Lantas beliau mengambil darah dari mulutnya dan melemparkannya ke langit. Kemudian memuji dan memuja Allah Swt lalu menyatukan tangannya dan berkata, “Tuhanku! Binasakanlah mereka dan jangan sisakan satu pun dari mereka di muka bumi.”[1] Di samping itu, setelah kesyahidan Hadhrat Ali Ashgar As, Imam Husain As juga melemparkan darah Ali Asghar ke langit.[2]
Terkait dengan falsafah dan hikmah perbuatan Imam Husain As ini dapat dikatakan bahwa beliau dengan tindakan seperti ini ingin menyampaikan pesan perjuangan berdarahnya kepada orang-orang di seluruh dunia hingga hari Kiamat.
Karena semakin darah seorang syahid (martir) tumpah ruah ke bumi maka seruan ini akan semakin meluas sampai kepada dunia dan orang-orang sedunia. Pada hari Asyura, dari satu sisi, Hurr menyatakan tobat dan ingin menumpahkan darahnya di jalan Imam Husain As, tentu saja kesyahidan Hurr tidak akan dapat menyelamatkan Imam Husain dari tangan pasukan Yazid. Dan dari sisi lain, Imam juga tidak mencegahnya. Imam Husain berulang-kali meminta kepada orang-orang untuk menolongnya dan mencapai kesyahidan di sampingnya. Hal ini menunjukkan bahwa Aba Abdillah Husain As dengan sengaja ingin menandaskan bahwa sejarah dan pesan tragedi berdarah perjuangannya harus ditulis dengan warna darah ini dan tidak akan lenyap selamanya.
Bagaimanapun tragedi berdarah Karbala merupakan tragedi yang memilukan dari sahara Karbala dan kisah-kisah yang menjadikan pesan Imam Husain As akan abadi selamanya di dunia.[3] [IQuest]
[1]. Târikh Thabari, Abu Ja’far bin Harir al-Thabari, riset oleh Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, jil. 5, hal. 449, Beirut, Dar al-Turats, Cetakan Kedua, 1387 H/1967 M.
[2]. Silahkan Anda telaah Pertanyaan 651 (Site: 702)
[3]. Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat, Hamâse Husaini, Syahid Murtadha Muthahhari, jil. 1, hal. 273-277, Intisyarat-e Shadra, Cetakan Keempat Belas, 1368 S.