Meski dalam bab amalan-amalan dan dzikir-dzikir mustahab ada baiknya dikerjakan sesuai dengan instruksi yang disebutkan dalam riwayat, namun sesuai dengan anjuran ulama, dalam masalah ini, sebaiknya dikerjakan sesuai dengan kondisi, kemampuan dan syarat-syaratnya serta tidak menjatuhkan dirinya dalam kesusahan sehingga salat tersebut sah pelaksanaannya.
Dalam menjawab pertanyaan di atas kiranya kita harus menyebutkan beberapa poin penting sebagai berikut:
- Terkabulkannya setiap doa dan hajat memerlukan beberapa pendahuluan dan terpenuhinya beberapa syarat. Apabila manusia tidak menyiapkan pendahuluan dan tidak memenuhi syarat-syaratnya maka ia tidak boleh berharap kepada Tuhan untuk mengabulkan doa dan hajatnya.[1]
- Meski dalam bab amalan-amalan dan dzikir-dzikir mustahab lebih pantas dilakukan berdasarkan riwayat yang disebutkan dalam masalah tersebut namun dalam hal ini anjuran ulama supaya sebaiknya manusia beramal sesuai dengan situasi, kondisi, dan kemampuan masing-masing serta jangan sampai menyusahkan diri sendiri.
- Di antara salat-salat nafilah, terdapat banyak hadis yang menyebutkan tentang salat hajat sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab doa dan fikih, disebutkan pasal khusus terkait dengan salat-salat ini.
- Dengan memperhatikan bilangan hadis dalam masalah ini, tata cara pelaksanaan salat, dijelaskan dalam beragam bentuk dan salat yang Anda singgung dalam pertanyaan berkaitan dengan sebuah riwayat yang dinukil dari Imam Ridha As dan tata cara pelaksanaannya disebukan pada buku-buku yang bersangkutan.[2]
Nah sekarang kami meminta Anda untuk mencermati apa yang dijelaskan dalam kitab al-‘Urwat al-Wutsqâ (yang menukil dari kitab al-Kâfi) terkait dengan salat hajat sebagai berikut:
Pasal kedelapan: (Salat hajat) dan tata cara pelaksanannya: Salah satunya (berulang kali telah dipraktikkan) adalah apa yang disabdakan oleh Imam Shadiq As: Tatkala Anda ditimpa sebuah masalah dan memiliki hajat maka ber-tawassul-lah kepada Rasulullah Saw dan dirikanlah dua rakaat salat dihadiahkan pahalanya kepada beliau.” Periwayat bertanya, “Apa yang harus saya lakukan?” Imam Shadiq As bersabda, “Mandilah dan dirikanlah dua rakaat salat (seperti salat Subuh) dan setelah mengucapkan salam, bacalah:
« اللّٰهُمَّ أَنْتَ السَّلٰامُ وَ مِنْكَ السَّلٰامُ وَ إِلَيْكَ يَرْجِعُ وَ يَعُودُ السَّلٰامُ اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ بَلِّغْ رُوْحَ مُحَمَّدٍ مِنِّي السَّلٰامَ وَ بَلِّغْ أَرْوٰاحَ الأَئِمَةِ الصّٰالِحينَ سَلٰامِي وَ ارْدُدْ عَلَيَّ مِنْهُمْ السَّلٰامَ وَ السَّلٰامُ عَلَيْهِمْ وَ رَحْمَةُ اللّٰهِ وَ بَرَكٰاتُهُ اللّٰهُمَّ إِنَّ هٰاتَيْنِ الرَّكْعَتَيْنِ هَدِيَّةٌ مِنِّي إِلىٰ رَسُولِ اللّٰهِ فَأَثْبتْنِي ] فَأَثِبْنِي [ عَلَيْهِمٰا مٰا أَمَّلْتُ وَ رَجَوْتُ فِيكَ وَ فِي رَسُولِكَ يٰا وَلِيَّ الْمُؤْمِنينَ».
Setelah itu Anda sujud dan bacalah sebanyak empat puluh kali:
"يٰا حَىُّ يٰا قَيُّومُ يٰا حَيَّاً لٰا يَمُوتُ يٰا حَىُّ لٰا إِلٰهَ إِلّٰا أَنْتَ يٰا ذَا الْجَلٰالِ وَ الإِكْرٰامِ يٰا أَرْحَمَ الرّٰاحِمينَ"
Setelah itu letakkanlah sisi kanan wajah Anda ke tanah dan bacalah doa di atas sebanyak empat puluh kali. Kemudian letakanlah sisi kiri wajah Anda dan membaca doa yang sama sebanyak empat puluh kali. Kemudian setelah itu, angkatlah kepalada Anda dan tengadahkan tangan dan bacalah doa yang sama sebanyak empat puluh kali. Setelah itu letakanlah tangan Anda di leher dan ambillah jari telunjuk dan bacalah dzikir di atas sebanyak empat puluh kali. Dan kemudian eluslah janggut Anda dengan tangan kiri dan menangislah atau berusahalah untuk menangis lalu katakanlah:
"يٰا مُحَمَّدُ يٰا رَسُولَ اللّٰهِ أَشْكُو إِلَىاللّٰهِ وَ إِلَيْكَ حٰاجَتي وَ إِلىٰ أَهْلِ بَيْتِكَ الرّٰاشِدينَ حٰاجَتي وَ بكُمْ أَتَوَجَّهُ إِلَى اللّٰهِ فِي حٰاجَتي"
Setelah itu sujudlah dan sedemikian Anda membaca “Ya Allah...Ya Allah...Ya Allah” hingga tarikan nafas Anda berakhir dan bacalah, “Shalli ‘ala Muhammad wa Ali Muhammad” lalu sebutkanlah hajat Anda. Imam Shadiq As bersabda, “Saya menjamin bahwa Anda tidak bergerak meninggalkan tempat Anda sehingga hajat Anda terpenuhi.”[3]
Amalan-amalan dan salat-salat mustahab harus dilakukan sesuai dengan adab-adabnya yang disebutkan. Benar bahwa terkadang setiap orang tidak mampu mengerjakan sebagian syarat-syaratnya maka dalam hal ini ia harus tetap berharap mendapatkan pahala dan diterima di sisi Allah Swt.
Bagaimanapun berikut ini kami sertakan jawaban sebagian Marja Agung Taklid terhadap bagian pertama pertanyaan Anda:
Kantor Ayatullah Agung Makarim Syirazi (Mudda Zhilluhu al-‘Ali):
Tidak ada masalah dan salat (Anda) sah.
Kantor Ayatullah Agung Shafi Gulpaigani (Mudda Zhilluhu al-‘Ali):
Tidak terdapat halangan (bagi Anda untuk melakukan hal tersebut).
Jawaban Ayatullah Mahdi Hadawi Tehrani (Semoga Allah Swt Melanggengkan Keberkahannya) adalah sebagai berikut:
Tidak ada masalah. [iQuest]
Beberapa Indeks Terkait:
- Indeks 2145 (Site: 2269), Syarat-syarat dan Cara-cara Terkabulkannya Doa.
- Indeks 6101 (Site: id6298), Syarat-syarat Terkabulkannya Doa.
[1]. Dalam masalah ini kami anjurkan kepada Anda untuk menelaah beberapa indeks terkait misalnya indeks 2145 (Site: 2269) dan indeks 197 (Site: 983).
[2]. Muhammad Taqi Majlisi, Yek Dureh Fiqh Kâmil Fârsi, hal. 41, Intisyarat Farahani, Teheran, Cetakan Pertama, 1400 H. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 87, hal. 47, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1404 H.
[3]. Syaikh Abbas al-Qummi, al-Ghâyat al-Qushû fi Tarjamat al-‘Urwat al-Wutsqâ, jil. 2, hal. 118, Mansyurat Subh Piruzi, Qum, Cetakan Pertama, 1423 H. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 3, hal. 476, Bab Salat al-Hawaij, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, Cetakan Keempat, 1365 S.