Sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, shalat merupakan aktivitas ritual pertama dan utama di antara amalan-amalan agama. Apabila manusia diterima shalatnya, maka amalan-amalan ibadah lainnya juga akan diterima.
Dari satu sisi, sesuai dengan ungkapan lugas ayat-ayat al-Qur’an, barang siapa yang mengerjakan sebiji atom amal kebaikan maka ia akan memperoleh ganjaran amalannya. Jelas bahwa sesuai dengan ayat-ayat ini, apabila timbangan kebaikannya lebih berat, meski ia tidak mengerjakan shalat, maka ia tergolong sebagai orang yang selamat.
Disebutkan bahwa orang yang meninggalkan shalat memiliki dua dalil. Pertama, mengingakari shalat sebagai salah satu amalan ibadah dimana orang yang mengingkari dan meninggalkan shalat tentu saja akan mendapatkan azab neraka. Kedua, apabila meninggalkan shalat bukan karena ingkar melainkan karena malas dan memandang enteng, hal ini merupakan obyek bahasan yang akan kita bahas pada jawaban detil pada site ini.
Penjelasan dan jawaban atas pertanyaan di atas membutuhkan kajian beberapa masalah yang dengan menjelaskan masalah-masalah tersebut kita berharap Anda dapat memperoleh jawaban yang Anda inginkan.
- Sebagaimana kita semua tahu bahwa sesuai dengan ajaran-ajaran agama kita, shalat merupakan aktivitas ritual pertama di antara amalan-amalan agama. Artinya setelah prinsip-prinsip akidah (ushuluddin), pada tingkatan selanjutnya yang kerap disebut sebagai cabang-cabang agama, amalan pertama yang harus dikerjakan adalah shalat yang dipandang sebagai tiang dan pilar agama. Juga disebutkan bahwa apabila manusia diterima shalatnya, maka amalan-amalan ibadah lainnya juga akan diterima.[1]
Dalam hukum-hukum ibadah, shalat memiliki beberapa kedudukan yang tidak satu waktu pun dapat ditinggalkkan kecuali dalam kondisi koma dan tidak sadar. Shalat merupakan kristalisasi dan simbol ketundukan dan kepasrahan di hadapan Kebenaran dan setan juga mengalami hantaman yang kuat ketika seseorang mengerjakan shalat. Karena ia tidak mau tunduk dan sujud di hadapan firman Ilahi.
- Dari sisi lain, sesuai dengan penegasan ayat-ayat al-Qur’an, barang siapa yang mengerjakan sebiji atom kebaikan maka ia akan menerima ganjaran pahalanya dan barang siapa yang mengerjakan sebiji atom keburukan maka ia akan memperoleh hukuman dari perbuatannya. Jelas bahwa sesuai dengan ayat-ayat ini, apabila kadar kebaikan lebih berat pada timbangan amal, meski manusia tidak mengerjakan shalat, tentu saja akan menjadi orang yang selamat.
- Al-Qur’an menyatakan, “Kemudian Kami kembalikan dia ke tingkat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (Qs. Al-Tin [95]:5-6) Mencermati bahwa pada ayat ini disebutkan amal saleh, salah satu amal saleh adalah shalat, boleh jadi terdapat amalan-amalan saleh lainnya dimana manusia layak memperoleh ganjaran atasnya.
- Dalam mengerjakan amal saleh, yang menjadi kriteria dan standar penerimaan adalah niat tulus ikhlas semata-mata untuk Allah Swt; artinya bahwa apabila manusia mengerjakan sebaik-baik amalan ibadah dan kemanusiaan, bahkan termasuk shalat dan lain sebagainya tanpa niat dikerjakan semata-mata untuk Allah Swt dan tanpa niat untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, melainkan dikerjakan dengan noda syirik dan riya’, maka amalan tersebut tidak akan diterima di sisi Allah dan pelakunya tidak akan menerima ganjaran dari Allah Swt.
Dengan penjelasan pendahuluan ini dapat disimpulkan bahwa kendati shalat memiliki efek dan keberkahan yang melimpah di antaranya adalah kedekatan kepada Allah Swt dan manusia yang tidak mengerjakan shalat tidak dapat memperoleh kemurahan dan anugerah Ilahi ini. Shalat merupakan zikir dan media untuk mengingat Allah Swt. Seseorang yang tidak mengerjakan shalat, tidak akan memperoleh tipologi shalat ini, namun mengingat bahwa Allah Swt sendiri berfirman bahwa seluruh dosa akan Aku ampuni bahkan dosa syirik setelah taubat dan memohon ampunan dari Allah Swt; karena itu, secara pasti kita tidak dapat mengatakan bahwa apakah standar untuk masuk surga adalah shalat dan seluruh manusia yang tidak mengerjakan shalat meski dengan ribuan amal saleh akan masuk neraka.
Apa yang harus dijelaskan di sini adalah bahwa orang yang meninggalkan shalat memiliki dua dalil. Pertama, mengingakari shalat sebagai salah satu amalan ibadah dimana orang yang mengingkari dan meninggalkan shalat tentu saja akan mendapatkan azab neraka. Kedua, apabila meninggalkan shalat bukan karena ingkar melainkan karena malas dan memandang enteng. Hal ini menjadi obyek bahasan lain dan kami persilakan Anda untuk merujuk pada jawaban 375 pada site ini. [iQuest]
[1]. Kulaini, al-Kâfi, jil. 2, hal. 268, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1365 S.
"...إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ الصَّلَاةُ فَإِنْ قُبِلَتْ قُبِلَ مَا سِوَاهَا..."