Pahala dan ganjaran banyak telah dijanjikan sehubungan dengan salat di awal waktu; seperti dilipat gandakannya ganjaran salat, orang yang melakukannya akan menjadi obyek kecintaan Ilahi dan lain sebagainya.
Ulama juga dengan menekankan masalah ini menganjurkan masyarakat untuk mengerjakan salat di awal waktu dan menjadikannya sebagai prinsip penting dalam proses sair-suluk, media untuk meraih kedekatan di sisi Allah Swt dan juga kesempurnaan insaniah.
Sehubungan dengan salat awal waktu disebutkan sebagian hadis yang diriwayatkan dari para maksum As:
- Salah satu sahabat Imam Shadiq As berkata kepadanya, “Wahai Aba Abdillah! Kabarkanlah kepadaku tentang sebaik-baik waktu untuk mengerjakan salat?” Imam Shadiq As berkata, “Tatkala terbit fajar; karena Allah Swt berfirman, “Inna Qur’an al-Fajr kana masyhuda..” Artinya bahwa “sesungguhnya salat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat malam dan siang).”[1] Karena itu apabila seorang hamba menunaikan salat Subuh tatkala terbitnya fajar, maka ganjaran dua kali lipat yang akan dituliskan pada catatan amalannya. Malaikat siang akan mencatatnnya dan juga malaikat malam.[2]
- Imam Musa bin Ja’far Kazhim As: [Wangi] Salat-salat wajib yang dikerjakan pada awal waktu dengan penuh adab dikerjakan semata-mata untuk Allah Swt, datang dari lembaran daun dan ranting cahaya dan menebarkan semerbak wewangian Âs[3]. Karena itu, hendaknya kalian mengerjakan salat (wajib) pada awal waktunya.”[4]
- Zurarah bertanya kepada Imam Baqir As: Semoga Allah Swt menjadikan urusanmu membawa kemaslahatan. Apakah mengerjakan salat awal waktu lebih baik atau tengah waktu atau akhir waktu? Imam Baqir As bersabda, “Pada awal waktu. Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt mencintai perbuatan baik tatkala dikerjakan dengan segera.”[5]
- Imam Shadiq As bersabda, “Barang siapa yang mengerjakan salat-sala wajib pada awal waktu dan menunaikannya dengan baik, malaikat akan mengantarkannya ke langit dalam keadaan suci dan bercahaya dan salat tersebut berseru semoga Allah Swt menjagamu sebagaimana engkau menjagaku. Saya menyerahkanmu kepada Allah Swt sebagaimana engkau menyerahkan Aku kepada seorang malaikat mulia. Dan barang siapa tanpa alasan yang jelas mengerjakan salat setelah waktunya, tanpa kecermatan dan hubungan maknawi, maka malaikat akan mengantarkannya ke langit dalam keadaan gelap dan legam kemudian salat itu berteriak semoga Allah Swt menelantarkanmu sebagaimana Engkau menelantarkanku dan mengabaikanmu sebagaimana Engkau mengabaikanku...”[6]
Ulama besar juga dengan memperhatikan masalah ini menganjurkan masyarakat untuk mengerjakan salat di awal waktu dan menjadikannya sebagai prinsip penting dalam proses sair-suluk, media untuk meraih kedekatan di sisi Allah Swt dan juga kesempurnaan insaniah.[7]
Kesimpulan: Berdasarkan riwayat-riwayat dari para maksum As dan anjuran ulama maka alangkah baiknya apabila manusia tanpa alasan syar’i mengerjakan salat tepat pada awal waktu untuk meraih pengaruh yang dihasilkannya dan ganjaran yang dijanjikan. [iQuest]
[1]. “Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam (pertengahan malam) dan (dirikanlah pula) salat Shubuh. Sesungguhnya salat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat malam dan siang).” (Qs. Al-Isra [17]:78)
«أَقِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلى غَسَقِ اللَّيْلِ وَ قُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كانَ مَشْهُوداً»؛
[2]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 3, hal. 283, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1365 S.
[3]. Âs atau Myrtaceae yang merupakan tumbuhan daerah tropis dan disebutkan tongkat Nabi Musa As berasal dari kayu pohon Myrtaceae (jenis jambu) demikian juga sejenis kemangi yang wangi. Silahkan lihat, Farhang Nafisi, jil. 1, hal. 27, sesuai nukilan dari Muhammad Ali Mujahidi, Pâdâsy Nikihâ wa Kaifar Gunâhân, hal. 112, Intisyarat-e Surur, Qum, Cetakan Pertama, 1381 S.
[4]. Syaikh Hurr al-‘Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 4, hal. 119, Muassasah Ali al-Bait As, Qum, 1409 H.
[5]. Al-Kâfi, jil. 3, hal. 274.
[6]. Wasâil al-Syiah, jil. 4, hal. 123 & 124.
[7]. Silahkan lihat, Sayid Ruhullah Musawi Khomeini, Âdâb al-Shalât, hal. 108, Muassassah Tanzhim wa Nasyr Atsar Imam Khomeini Ra, Teheran, Cetakan Kedelapan, 1378 S.