Keindahan memiliki ragam arti seperti layak, baik, indah, bagus. Adapun secara teknis keindahan bermakna sebuah hal yang fenomenal atau sebuah tirai yang tembus pandang dan transparan yang memancarkan kesempurnaan. Secara keseluruhan, keindahan memiliki empat macam:1. Keindahan yang dapat di indra, 2. Keindahan yang tidak dapat di indra, 3. Keindahan bersifat rasional, 4. Keindahan mutlak Allah Swt.
Menurut pandangan al-Quran, keindahan manusia yang juga termasuk dalam fenomena-fenomena keindahan adalah bersifat tabiat, maknawi, akhlak, dan moralnya.
Begitu juga sebagian dari rukun-rukun keindahan dalam pandangan al-Quran memiliki persyaratan berikut: memiliki tujuan, kesesuaian dan keseimbangan, Pengaturan yang tertib dan indah, keragaman dan pertentangan, beraneka ragam indahnya warna-warna, penghiasan, pembagusan, perindahan dari segala macam cacat.
Pandangan keindahan dan estetika dalam al-Quran, dengan mencermati prinsip-prinsip ontologis dan epistemologis yang ada, sangat berbeda dengan prinsip-prinsip estetika dalam pemikiran barat.
Al-Quran merupakan suatu kitab petunjuk bagi manusia yang diturunkan Allah Swt melalui perantara rasulnya, sebagai penerang hakikat alam semesta. Berkenaan dengan ini Allah Swt berfirman, “Dan kami telah menurunkan al-Quran kepada kamu sebagai penjelas segala sesuatu.”[1] Sesuai asas pemahaman ayat ini terdapat banyak bentuk prinsipil yang disebutkan dalam al-Quran dan memiliki sisi pengoreksian atas pandangan kemanusiaan. Salah satu pemahaman-pemahaman dalam al-Quran, kita menjumpai banyak ayat-ayat yang membantu kita dalam memahami keindahan. Hal yang sudah sangat jelas sekali untuk menyingkap pandangan yang dalam, pertama-tama yang kita lakukan, harus menentukan definisi dan batasan-batasannya terlebih dahulu, setelah itu dengan menggunakan informasi-informasi serta prinsip-prinsipnya, kita memperdalam makna dari ayat-ayat dan aplikasi-aplikasinya, sehingga kita bisa mengambil esensi pemahaman dan pengetahuan keindahan (estetika) itu sendiri.
Indah memiliki arti yang bermacam seperti layak, baik, indah, dan bagus, keindahan itu sendiri adalah sebuah keadaan indah yang di antaranya adalah: adanya keteraturan dan keselarasan bersamaan dengan keagungan dan kebersihan pada sesuatu. Di samping itu, akal, imaginasi dan kecenderungan tinggi manusia menyuarakan kepada kebaikan serta memberinya kesenangan dan kenikmatan.[2]
Secara teknis definisi tentang keindahan juga beragam sesuai dengan definisi keindahan tadi yaitu sebuah keselarasan dan keharmonisan yang membentuk kenikmatan sebuah karakter tertentu dalam diri kita, sehingga tahu apa itu ‘indah’ dalam benak kita.[3]
Allamah Muhammad Taqi Ja’fari Ra menyebutkan poin ini secara akurat akibat bahwa pengaruh keindahan penciptaan, esensinya, indra pencarian keindahan yang terpendam dalam diri manusia sehingga ia dapat meraih ketenangan dan kepuasan serta meraup kesempurnaan. Beliau mendefinisikan keindahan seperti ini, ”Sesuatu yang fenomenal atau sebuah tirai yang transparan yang memancarkan kesempurnaan”. Untuk itu, keindahan adalah untuk menghilangkan rasa dahaga jiwa manusia sehingga dengannya ia memperoleh kesempurnaan.[4]
Keindahan memiliki ragam jenis yang berbeda, setiap dari jenis terbagi menjadi beberapa macam yang layak menjadi pondasi esensi pengetahuan dan epistemologinya.
Namun, secara umum bisa dikategorikan kepada empat kategori asas:
- Keindahan yang dapat terindra seperti bunga-bunga dan pepohonan;
- Keindahan yang tidak dapat terindra seperti keindahan kebebasan dan keindahan ilmu;
- Keindahan rasional yang berharga seperti hikmah, keadilan dan yang sejenisnya;
- Keindahan dan kesempurnaan mutlak yang tidak sirna dan tidak akan sirna.[5]
Al-Quran dalam ayatnya yang penuh cahaya menyebutkan pula keindahan serta menyeru manusia untuk berfikir dan merenunginya. Untuk itu, al-Quran menganjurkan manusia untuk mencari apa itu keindahan; dalam hal ini baik keindahan indrawi maupun keindahan maknawi, material dan spiritual.
Kita dapat menarik kesimpulan atas penjelasan di atas bahwa al-Quran tidak hanya melihatnya sesuatu yang majasi akan tetapi sebaliknya memproleh keindahan adalah kebutuhan ruhani manusia dan hal yang dicari dan dicintai oleh seluruh manusia.[6]
Allah Swt berfirman, ”Dan Dia-lah, Allah, yang menundukkan lautan (untukmu) agar darinya kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) dan mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai.”[7] Ayat al-Quran dengan keindahan bahasanya yang tak ada tandingannya menunjukan tanda-tanda keagungannya dalam mengenalkan pemahaman keindahan.[8] Untuk itu, al-Quran sendiri adalah puncak keindahan, fenomena keindahan ilmiah serta simbol-simbol keindahan. Kita bisa menemukan contoh yang sangat banyak di dalam ayat-ayat al-Quran serta membuktikannya bahwa Allah Swt adalah sumber seluruh keindahan dan nikmat nikmat keindahan itu diperagakan dalam peniptaan alam semesta ini.
Dalam ayat al-Quran terminologi dan pemahaman keindahan pun digunakan dalam beberapa bagian, di antaranya:
- Jamal (sangat indah), hasan (penyebab kegembiraan, bagus), zinat (sesuatu yang indah ditambahkan kepada sesuatu yang lain agar lebih indah) yang merupakan tiga kata sebagai Wfokus keindahan;
- Hilyeh (hiasan), bahjat (keindahan, kegembiraan, kesenangan), zukhruf (dihiasi, didandani, cemerlang), taswil (sesuatu yang jiwa menjadi rindu kepadanya, keindahan yang mana karenanya keburukan tertutupi);
- Kelompok kelompok yang terdiri dari wujud tafsiran yang terdapat pada zona keindahan seperti sulaman, busana (untuk dandan);
- Kelompok kelompok yang menjadi penjelas sebagian unsur unsur dan tipologi-tipologi keindahan seperti cahaya, warna, harga, nilai.
Fenomena-fenomena Keindahan dalam Pemahaman Al-Quran
Al-Quran dalam tujuan-tujuan sucinya yang agung ingin menunjukan kepada kita sebagian dari keindahan-keindahan alam, aroma keindahan maknawi, dan akhlak serta tirai dari keindahan-keindahan alam akhirat yang akan dijelaskan berlandaskan dibawah ini:
- Keindahan manusia: al-Quran telah menjelaskan tahapan-tahapan pertumbuhan manusia dan menegaskan dalam ukuran serta keseimbangannya (dalam penciptaan) Allah Swt berfirman, ”Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”[9] Setelah penciptaan manusia dengan keindahan Allah Swt kepada dirinya (Zat-Nya) berfirman, ”Maha Suci-lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”[10] Hakikatnya, keselarasan organ tubuh, penempatan dan peletakan dari setiap anggota tubuh di tempatnya masing-masing adalah sebuah pekerjaan yang sangat teliti. Dan, keindahan penciptaan ini membuat para ilmuwan berdecak kagum sampai saat ini. Keindahan ini tidak hanya dari sisi lahiriah manusia saja, akan tetapi dimensi ruhani dan batin manusia juga perlu diperhatikan. Di sini manusia haru mampu mengarahkannya kepada tingkatan kesempurnaan dan kebahagiaan yang menjulang.
- Keindahan alam: setiap manusia dengan segala kecenderungannya setiap zaman hidup berdampingan dengan alam,dari keindahan dan ketakjuban alam selalu mendatangkan rasa heran dan takjub serta selalu mendapatkan kegembiraan dan kesegaran. Pemandangan gunung-gunung yang menjulang tinggi, sungai-sungai yang mengalir, terbit dan terbenamnya matahari, kilatan petir dan yang lainnya, yang setiap dari mereka bagian dari keindahan keindahan yang menakjubkan, di atas semua keindahan ini, al-Quran menggambarkannya dalam dimensi alam yang tak bernyawa, dan masih banyak jendela pengetahuan keindahan yang lainnya. Ayat-ayat yang berhubungan dengan alam dinamakan dalam al-Quran dengan ayat tabiat dan para ahli tafsir telah menyebutkan lebih dari 750 ayat yang dari setiap ayat bisa kita bagi kebeberapa pembagian yang bermacam-macam mencangkup deskripsi keindahan langit dan yang lain lainnya dari fenomena alam. Di sini kita akan menyinggung beberapa ayat sebagai berikut:
- “Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?”[11]
- “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.”[12]
- “Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang.”[13]
- “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang di langit dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya).”[14] Serta contoh seperti ayat ayat ini dalam al-Quran dapat kita lihat pada surah-surah berikut: (Qs. Al-Dhuha [93]:1);(Qs. Al-Mudattsir [74]: 34); (Qs. Al-Kahfi [18]: 86); (Qs. Al-Hajj [22]: 5); (Qs. Qaf [50]: 7-11).
Keindahan Spiritual dan Moral
Terdapat perbedaan antara prinsip keindahan (estetika) dalam pandangan islam dan sekelompok dari para penulis barat. Makna keindahan dalam Islam tidak hanya mencakup keindahan alam atau hal-hal yang bisa di indra akan tetapi lebih dari itu memasukan keindahan maknawi dan akhlak juga dalam kategori keindahan. (Yang tidak bisa terindra) Al-Quran berfirman, ”Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.”[15] Kesabaran dan pemberian maaf salah satu dari perbuatan yang sedemikian rupa indah dijelaskan dalam al-Quran, ”Sabarlah dengan seindah indahnya sabar.”[16] Pemberi maaf adalah keindahan juga, ”Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik (dan janganlah kamu cerca mereka karena kebodohan mereka).”[17] Perceraian juga merupakan salah satu bentuk keindahan, ”Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu sebuah hadiah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik (indah).”[18] Terdapat beberapa ayat terkait dalam masalah ini disebutkan dalam al-Quran salah satunya adalah surat al-Ahzab (33): 49.
Asas-asas Keindahan dalam Al-Quran
Kita mampu mendapatkan sebanyak banyaknya dalam al-Quran sebab-sebab keindahan yang mana terhitung salah satu dari karakteristik penciptaan Ilahi dalam aturan alam semesta di antaranya:
- Memiliki tujuan: Salah satu asas pemahaman keindahan dalam al-Quran, penekanan dalam tujuan; karena merupakan asas dari panggilan al-Quran yaitu hidayah (petunjuk) serta terpanggilnya objek kepada berita berita Ilahi dan maknawi. Kita tidak bisa mendefinisikan keindahan dan tujuan hanya dalam batasan batasan materi dan hanya karya seni. Sebagai contoh, kisah kisah dalam al-Quran adalah salah satu dari keindahan yang terkandung dalam ceritanya. Kandungan kisah ini terangkum agung dalam untaian untaian indah, maksud dari kisah ini bukanlah dari sisi tutur bahasa dan seninya atau karena judulnya indah dan menarik akan tetapi, maksud dan tujuan asli dari kisah ini adalah pemberian petunjuk untuk umat manusia dan penekanan terhadap kekuatan dan kuasa Allah yang tidak terbatas.[19]
- Keselarasan dan keseimbangan: Aturan penciptaan berasaskan rekonstruksi yang teliti dan teratur, kita dapat merrangkum poin ini dalam ayat-ayat berikut, ”Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”[20] ”Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah menciptakan ketentuan bagi segala sesuatu.”[21] “Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.”[22] “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, serta Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”[23] “Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran.”[24] Dan, ”Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.”[25]
- Pengaturan yang tertib dan indah: Salah satu tanda-tanda yang penting adalah teratur tertib, dan tertata yang sedemikian rupa disebutkan dalam al-Quran pada ayat-ayat yang berbeda-beda, ”Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, serta Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”[26] “Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun.”[27] Dan “Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.”[28]
- Keragaman dan pertentangan: Dalam esensi keesaan hanya satu Hakim (Pengatur Yang Bijaksana) yang mengatur hamparan luas alam ini. Begitu juga keragaman aneka jenis yang menakjubkan adalah Sang Bijak yang terdapat dalam beberapa jenis seperti, benda-benda mati, tumbuh-tumbuhan, hewan da manusia serta terdapat pada: “Di atas bumi kita berpijak benda benda berdampingan satu sama lain, namun satu sama lain beda jenis misal dalam sebuah perkebunan terdapat: anggur, pertanian dan kurma (terdapat pohon-pohon buah yang beraneka ragam) yang mana terkadang tumbuh dalam satu batang terkadang pula tumbuh dalam dua batang (lebih mengherankan) dan mereka semua mengkomsumsi dari satu air. Walhasil, sebagian dari mereka dari sisi berbuah dari lainnya memberikan buah yang bagus dan ini semua (kejadian alam) untuk sekelompok orang yang berakal yang menggunakan akalnya.”[29]
- Beraneka ragamnya keindahan warna-warna: beberapa dari ayat-ayat al-Quran telah mengisyaratkan kepada aneka ragamnya warna-warna. Al-Quran mengingatkan kita bahwa warna hijau adalah warna surga yang melambangkan kenikmatan dan kesenangan. Allah Swt berfirman, ”Mereka memakai pakaian sutera halus berwarna hijau dan sutera tebal, dan dipakaikan kepada mereka gelang yang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.”[30] Dan dari warna kuning melambangkan kegembiraan Allah berfirman, ”Dan sapi kuning yang mana (bulunya kuning keemasaan ) mendatangkan kegembiraan bagi pemiliknya.” Dan contoh dari warna-warna dan ragamnya mereka bisa ditemukan dalam surat Nahl (16):13, Fathir (35):27 & 28, Al-Zumar (39): 21.
- Penghiasan, pembagusan, pengindahan dari segala macam cacat: penghiasan dari cacat adalah salah satu ayat ayat penciptaan Ilahi. Poin yang mana dalam al-Quran surat al-Mulk disebutkan ketika memperhatikan keindahan langit, ”Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Lihatlah sekali lagi, apakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”[31] Penghiasan dan pengindahan dari cacat telah ditekankan pada ayat ayat lain dalam al-Quran.[32] [iQuest]
[1]. (Qs. Al-Nahl [16]: 89)
[2]. Muin,Muhammad,,Qâmus Persia, Teheran, institusi penerbitan Amir Kabir,1306 syamsi.
[3]. Hasan Harqani, Mafâhim Zibâi Syinâkhti dar Qurân, Majalah Muthala’ât Islâmi, hal.11, tahun 1387,no.80.
[4]. Ja’fari, Muhammad Taqi, Zibâi wa Hunar az Didgâh-e Islâm, hal.174, Muassasah Tadwin Atsar Allamah Ja’fari, Teheran,1385 S.
[5]. Ibid, hal.162,163.
[6]. Ibid. hal.133-136.
[7]. (Qs. Al-Nahl (16):14)
[8]. Mahbub Fadhilat,, Zibâ Syinâsi dar Qurân, hal.22, Cetakan Kedua, Samt, 1387 S.
[9]. (Qs. Al-Tin [95]: 14)
[10]. (Qs. Al-Mu’minun [23]: 14).
[11]. (Qs. Qaf [50]: 6).
[12]. (Qs. Al-Shaffat [37]: 6).
[13]. (Qs. Fushilat [41]:12).
[14]. (Qs. Al-Hijr [15]:16)
[15]. (Qs. Al-Hujurat [49]:7).
[16]. (Qs. Al-Ma’arij [70]:5)
[17]. (Qs. Al-Hijr [15]:85).
[18]. (Qs. Al-Ahzab [33]: 28).
[19]. Sayid Muhamad Ali Iyazi, Ushûl wa Mabâni Zibâ Syinâsi Qur’ân Karim, Paigah Itthila’ Rasani Tebyan.
[20]. (Qs. Qamar [54]: 49).
[21]. (Qs. Al-Ra’d [13]: 8).
[22]. (Qs. Al-Furqan [25]: 2).
[23]. (Qs. Thalaq [65]: 2).
[24]. (Qs. Al-A’la [87]: 2-3).
[25]. (Qs. Al-Thur [52]: 20).
[26]. (Qs. Al-Hijr [15]: 19).
[27]. (Qs.Al-Ghasiyah [88]: 15).
[28]. (Qs. Al-Zumar [39]: 20).
[29]. (Qs. Al-Ra’d [13]:4).
[30]. (Qs.Al-Insan [76]:21).
[31]. (Qs. Al-Mulk [67]: 3).
[32]. Untuk mempelajari lebih lanjut: Hasan Harqani, Mafâhim Zibâi Syinâkhti dar Qurân, Majalah Muthala’ât Islâmi, Majalah Muthala’ât Islâmi, 1387 S, No.80; Mahdi Muti’, Mabâni Zibâsyinâkhti dar Qur’ân, Qur’ân be Matsâbeh Nazhariyah Pardâzi Zibâsyinâsi, Fashlname Hunar, 1385, No. 70, hal. 210; Hasan Balkhari, Bunyân-hâ-ye Nazhari Zibâsyinâsi Islâm dar Qur’ân Karim, Fashlnâme Hunar, 1385 S, No. 70, hal.164-171.