Dalam kisah ini Nabi Yusuf sama sekali tidak melemparkan tuduhan mencuri kepada Benyamin melainkan kepada karavan. Di samping itu, tuduhan ini dilontarkan oleh salah seorang petugas kerajaan yang secara lahir tidak tahu duduk persoalan. Karena itu, Nabi Yusuf tidak hanya tidak melemparkan tuduhan mencuri kepada Benyamin, bahkan Nabi Yusuf sangat gundah tatkala Benyamin dituduh melakukan hal ini (ayat 77 surah Yusuf).
Kisah Nabi Yusuf As merupakan salah satu kisah indah dan menarik al-Quran. Salah satu episode dari kisah ini adalah apa yang Anda sebutkan pada pertanyaan di atas yaitu peristiwa ditahannya Benyamin, saudara Nabi Yusuf. Proses penahanan ini dilakukan sendiri oleh Nabi Yusuf.
Dalam episode ini terdapat beberapa peristiwa yang dapat dikaji dari beberapa sisi.
- Mengapa Nabi Yusuf meletakkan wadah khusus tersebut dalam karung Benyamin? Apa hikmah di balik perbuatan itu?
- Tuduhan mencuri disandarkan kepada siapa?
- Siapakah yang melemparkan tuduhan mencuri ini?
- Siapa saja yang melemparkan tuduhan mencuri ini kepada Benyamin dan apa reaksi Nabi Yusuf terhadap tuduhan ini?
Jawaban Pertanyaan Pertama:
Nabi Yusuf bermaksud menahan saudaranya sedemikian sehingga saudara-saudara lainnya tidak tahu masalah ini. Dari satu sisi, dalam ajaran Kan’an dan kaum Yakub As disebutkan bahwa apabila seseorang mencuri maka ia harus tinggal untuk beberapa lama dan melayani orang yang hartanya dicuri. Nabi Yusuf dengan ilham Rabbani menyusun sebuah rencana untuk memenuhi niatnya ini. Ia menaruh sebuah wadah (piala) yang sangat berharga pada karung saudaranya Benyamin sehingga dengan menggunakan hukum yang berlaku di antara mereka, ia dapat menahan saudaranya untuk beberapa lama. Allah Swt berfirman, “Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami tunjukkan jalan keluar kepada Yusuf. Yusuf tidak mungkin dapat mengambil saudaranya menurut undang-undang raja (Mesir), kecuali Allah menghendakinya.” (Qs. Yusuf [12]:76)
Menurut sebagian riwayat, Benyamin juga mengetahui rencana ini bahkan Yusuf berkata kepada saudaranya Benyamin, “Apakah engkau ingin tinggal bersamaku?” Benyamin menjawab, “Iya. Tapi saudara-saudaraku tidak akan pernah rela meninggalkanku bersamamu; karena mereka berjanji kepada ayah dan bersumpah apa pun resikonya harus mengembalikanku ke hadapan ayah bersama mereka.” Yusuf berkata, “Jangan kuatir. Saya akan menyusun sebuah rencana sehingga mereka membiarkanmu untuk tinggal bersamaku.” Kemudian tatkala karung-karung milik saudara-saudaranya disiapkan, Yusuf memerintahkan piala raja tersebut ditaruh di karung saudaranya Benyamin.”[1] Dengan demikian hikmah dari perbuatan seperti ini sama sekali bukan tindakan menunduh dan menuding seseorang.
Jawaban Pertanyaan Kedua:
Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran, Nabi Yusuf hanya memerintahkan supaya meletakkan piala dalam karung saudaranya Benyamin dan tuduhan mencuri disandarkan kepada kafilah bukan kepada pribadi Benyamin. Al-Quran mengisahkan peristiwa ini, “Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala (tempat minum) ke dalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan, “Hai kafilah, sesungguhnya kamu adalah para pencuri.” (Qs. Yusuf [12]:70) Karena itu dalam kisah ini, Nabi Yusuf tidak pernah melontarkan tuduhan mencuri kepada Benyamin. Benar meski setelah penggeledahan, turuhan melakukan pencurian diarahkan kepada Benyamin namun sebagaimana yang telah dijelaskan dan yang dapat disimpulkan dari tafsir al-Mizan; saudara Nabi Yusuf itu mengetahui masalah ini karena itu Benyamin sama sekali tidak merasa tertuduh.[2]
Jawaban Pertanyaan Ketiga
Menarik untuk kita ketahui bahwa tuduhan mencuri dialamatkan kepada kafilah yang dilakukan seseorang selain Nabi Yusuf As. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, Allah Swt menyebut orang tersebut sebagai orang yang menyeru. Karena itu, pertama, dalam al-Quran tuduhan mencuri tidak dialamatkan kepada Benyamin, melainkan kepada kafilah. Kedua, tuduhan ini dilontarkan oleh salah seorang petugas pemerintahan yang secara lahir tidak tahu duduk perkara secara jelas.[3]
Jawaban Pertanyaan Keempat
Sebagai kelanjutan ayat-ayat ini, saudara-saudara Benyamin menemukan piala di karung Benyamin mereka menuduh Benyamin dan Yusuf yang mencuri yang membuat Nabi Yusuf bersedih dan karena Nabi Yusuf tidak ingin inti persoalan diketahui oleh orang banyak, ia hanya memprotes dalam dirinya dan atas tuduhan mencuri yang dialamatkan kepada dirinya dan kepada Benyamin. Al-Quran melukiskan peristiwa ini dengan indah dan menyatakan, “Mereka berkata, “Jika ia mencuri, maka sesungguhnya telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.” Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu dalam dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia hanya berkata, “Kamu lebih buruk kedudukanmu (dalam pandanganku) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan itu.” (Qs. Yusuf [12]:77) Artinya tidak hanya Benyamin tidak dituduh mencuri bahkan Nabi Yusuf bersedih tatkala tuduhan mencuri dialamatkan kepada Benyamin.
Kesimpulan
Benar bahwa Nabi Yusuf yang meletakkan piala raja di karung saudaranya, namun bukan ia dan juga bukan orang lain yang melontarkan tuduhan mencuri. Hal ini yang telah kami jelaskan dengan memperhatikan lahir ayat-ayat di atas.
Namun terdapat kemungkinan lainnya dan kemungkinan itu adalah bahwa Nabi Yusuf mengetahui dan menegaskan pencurian kafilah dan bahkan menggunakan kalimat, “Wahai kafilah kalian adalah pencuri.”[4] kepada Nabi Yusuf. Karena itu, kemungkinan ini adalah jawaban yang memuaskan.
Apa yang dapat disimpulkan dari riwayat-riwayat tentang masalah ini adalah bahwa Nabi Yusuf dalam peristiwa ini melakukan tauriyyah. Tauriyyah artinya bahwa seseorang menggunakan sebuah lafaz dan memiliki niat hakiki dari lafaz tersebut namun sedemikian ia ungkapkan lafaz tersebut sehingga lawan bicara menyimpulkan yang lain.[5] Tidak ada masalah mengungkapkan urusan seperti ini tatkala dalam kondisi darurat atau demi kemaslahatan.[6] Tauriyyah sesuai dengan penegasan fukaha (para juris) tidak termasuk dalam obyek dusta dan kidzb.[7]
Adapun terkait dengan masalah Nabi Yusuf juga terdapat riwayat yang menyatakan, bahwa “Demi Allah! Yusuf tidak pernah berdusta.”[8] Dalam riwayat lainnya, Imam Shadiq As bersabda, “Maksud Yusuf yang berkata, “Kalian adalah pencuri” adalah pencurian yang dilakukan oleh saudara-saudaranya yang dilakukan puluhan tahun sebelumnya. Mereka dengan plot dan tipuan mencuri Yusuf dari ayahnya dan melemparkannya ke sumur.[9] Karena itu, Yusuf meski secara langsung atau tidak langsung melemparkan tuduhan mencuri kepada mereka, namun ia melakukan praktik tauriyyah dan yang dimaksud dengan mencuri bukanlah mencuri piala. [iQuest]
Mungkin dua indeks terkait berikut bermanfaat untuk Anda telaah:
Terbunuhnya Anak Muda di Tangan Nabi Khidir As, Pertanyaan 4925 (Site: id5241)
Kemaksuman Para Nabi As dalam al-Quran, Pertanyaan 5427 (Site: id5700)
[1]. Ali Ibrahim Qummi, Kitâb Tafsir, jil. 1, hal. 349, Dar al-Kitab, Qum, 1376 S; Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 10, hal. 34, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1376 S.
[2]. Muhammad Husian Thabathabai, al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, Terjemahan Persia oleh Sayid Baqir Musawi Hamadani, jil. 11, hal. 304, Daftar Intisyarat-e Islami, Qum, 1374 S.`
[3]. Fadhl Hasan Thabarsi, Terjemahan Persia Tafsir Majma’ al-Bayân, jil. 12, hal. 266, Intisyarat-e Farahani, Teheran, 1360 S.
[4]. (Qs. Yusuf [12]:70)
[5]. Syaikh Murtadha Anshari, Makasib al-Muharramah, jil. 1, hal. 197, Dar al-Dzakhahir, Qum, 1411.
[6]. Ibid.
[7]. Ibid. Karena dusta (kidzb) bermakna menyampaikan sebuah lafaz namun yang dimaksudkan adalah berbeda dengan kenyataan yang ada. Silahkan lihat, Mirza Fattah Syahidi Tabrizi, Hidâyat al-Thâlib ila Asrâr al-Makâsib, jil. 1, hal. 101, Tanpa Tahun, Tanpa Tempat.
[8]. Muhammad Masyhadi Qummi, Kanz al-Daqâiq wa Bahr al-Gharâib, jil. 6, hal. 342, Sazeman Cap Wizarat Farhangg wa Irsyad Islami, Teheran, 1368 S.
[9]. Sayid Hasyim Bahrani, al-Burhan fi Tafsir al-Qur’an, jil. 3, hal. 188, Bunyad Bi’tsat, Teheran, 1368.
قوله في يوسف (عليه السلام): أَيَّتُهَا الْعِيرُ إِنَّكُمْ لَسارِقُونَ قال: «إنهم سرقوا يوسف من أبيه».