Pada beberapa ayat al-Qur'an dijelaskan tentang percakapan penduduk surga, seperti ucapan salam di antara mereka yang dijelaskan berikut ini sebagai contoh:
1. “Doa mereka dalam surga itu ialah Subhânakallâhumma, salam penghormatan mereka ialah Salâm, dan penutup doa mereka ialah al-Hamdu lillâhi rabbil ‘âlamîn.” (Qs. Yunus [10]:10)[1]
2. “Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dimasukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah salam sejahtera.” (Qs. Ibrahim [14]:23)[2]
3. “Salam penghormatan mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah salam; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” (Qs. Al-Ahzab [33]:44)[3]
Dengan demikian, dalam pandangan al-Qur'an inti percakapan sesama penduduk surga merupakan suatu hal yang pasti. Akan tetapi, mengenai bagaimana bentuk obrolan dan percakapan ini dapat dikatakan bahwa obrolan sesama mereka sebagaimana dengan obrolan keseharian kita di dunia, karena ma'ad jasmani sejalan dengan banyak ayat al-Qur'an dan riwayat. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an tentang buah-buahan, pepohonan dan pelbagai kenikmatan yang diperoleh oleh penduduk surga dengan badan materialnya. (Untuk telah lebih jauh silahkan lihat Ma ad Jasmani, Indeks: Ma’ad Jasmani, Pertanyaan 6234 (Site: 6492) Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa ucapan mengenai surga itu non-materi boleh jadi tidak benar adanya. Bahkan meskipun diyakini bahwa ma âd dan surga itu non-materi dan sifatnya spiritual maka tidak menjadi problem bagi penduduk surga dalam menggunakan bahasa yang umum dipakai. Dalam hal ini, tidak terdapat perbedaan antar bahasa-bahasa yang digunakan; karena sebagaimana ada kemungkinan bahwa Allah Swt (yang pasti non-material) menurunkan al-Qur'an kepada Jibril (yang merupakan malaikat dan non-material) supaya Jibril menyampaikan wahyu tersebut kepada Rasulullah Saw (yang material).[4] Dalam percakapan sesama penduduk surga yang diasumsikan non-materi dengan bahasa ini juga tidak akan memunculkan problem dan Allah Swt menganugerahkan kekuatan ini kepada penduduk surga. Karena itu, Anda lihat bahwa dalam percakapan antara entitas non-material dan non-material lainya dengan menggunakan bahasa Arab atau dengan bahasa apa pun sama sekali tidak bermasalah. [IQuest]
1. “دَعْواهُمْ فیها سُبْحانَکَ اللَّهُمَّ وَ تَحِیَّتُهُمْ فیها سَلامٌ وَ آخِرُ دَعْواهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمینَ”
2. “وَ أُدْخِلَ الَّذینَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ جَنَّاتٍ تَجْری مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدینَ فیها بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِیَّتُهُمْ فیها سَلامٌ”
3. “تَحِیَّتُهُمْ یَوْمَ یَلْقَوْنَهُ سَلامٌ وَ أَعَدَّ لَهُمْ أَجْراً کَریماً”
4. Karena kita yakin bahwa al-Qur’an yang kini berada di tangan kita, wujud literal (lafzi) dan wujud redaksionalnya (katbi) adalah al-Qur’an maknun yang ada di sisi Tuhan. Dan lafaz-lafaznya adalah lafaz-lafaza yang disampaikan Tuhan kepada Jibril. Dan Jibril lafaz-lafaz itu yang diteruskan dan diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Untuk telaah lebih jauh terkait dengan beberapa tingkatan pewahyuan al-Qur’an, silahkan lihat indeks: Pewahyuan al-Qur’an, Beberapa Tingkatan Pewahyuan dan Falsafah Mengapa Al-Qur’an diturunkan secara Gradual, Pertanyaan 4595 (Site: 5086).