Perasaan manusia saat memasuki kubur bergantung pada kedudukan yang telah ia pilih untuk dirinya. Tempat tersebut pun disesuaikan dengan perilaku dan perbuatannya di dunia, dan wajar saja jika dalam berbagai kasus, terdapat perbedaan pada tempat tinggal bagi para penghuni kubur ini.
Selain itu, mengingat bahwa setelah mati, tidak akan ada lagi kemungkinan untuk menampakkan perilaku yang baik bagi yang telah meninggal, maka konsekuensinya, secara wajar, juga tidak akan terjadi perubahan tempat di dalam kubur.
Akan tetapi jika ia meninggalkan pelbagai perbuatan baik yang masih terus berlanjut hingga setelah kematian, maka masih ada secercah harapan baginya untuk memperoleh perbaikan kondisi di dalam kubur.
Dunia setelah mati merupakan dunia yang asing dan tak dikenal. Mereka yang telah melangkah untuk melakukan perjalanan ini (telah meninggal) maka tidak mungkin baginya untuk kembali dan menceritakan apa yang telah mereka lihat.
Berdasarkan hal itu, satu-satunya jalan untuk mengetahui tentang kematian dan pasca kematian adalah perkataan Allah dan para pemimpin agama yang kita yakini sebagai perkataan secara benar.
Mengenai keadaan manusia setelah mati dan kedudukannya di kubur, Rasulullah Saw bersabda, “Kubur dapat menjadi sebuah taman dari taman-taman surga, dan juga dapat berubah menjadi sebuah liang dari liang-liang neraka.”[1]
Riwayat yang serupa juga telah dinukilkan dari para Imam Maksum As.[2]
Dalam kasus-kasus yang serupa, kedua malaikat yang datang untuk mengajukan pertanyaan pada orang yang telah meninggal, muncul dalam bentuk dan manifestasi yang berbeda-beda. Jika si mati adalah orang yang baik, maka para malaikat ini akan disebut dengan Basyir dan Mubasyir[3] yang memiliki pengertian sebagai pemberi kabar gembira. Akan tetapi jika si mati adalah orang yang kejam dan pendosa, maka nama kedua malaikat ini akan menjadi Munkar dan Nakir, yang maksudnya adalah yang tak dikenal dan misterius.
Berkenaan dengan itu, kita dianjurkan untuk berdoa, “Ilahi! Jauhkanlah Munkar dan Nakir dariku, dan gantikanlah dengan Basyir dan Mubasyir.”[4]
Tentu saja, perilaku dan perbuatan-perbuatan manusia di dunia akan menjadi penentu bagi kondisinya kelak di alam kubur. Perasaannya yang muncul pun akan mengikuti kedudukan yang dimilikinya.
Adalah hal yang wajar jika orang-orang yang tinggal di sebuah taman surga dan disambut oleh para malaikat pemberi kabar gembira, jika dibandingkan dengan mereka yang berada di salah satu liang dari liang-liang neraka dan ditemani oleh para malaikat pengingat. Sudah barang tentu, manusia pada kondisi yang pertama tidak akan pernah memiliki perasaan yang sama dengan manusia yang berada pada kondisi belakangan.
Berkaitan dengan pertanyaan bagian kedua, yaitu kemungkinan untuk memilih tempat tinggal yang cocok setelah mati, harus dikatakan, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, kondisi manusia di dalam kubur adalah mengikuti perilaku dan perbuatan-perbuatan yang dilakukannya di dunia, yang berakhir dengan kematian.
Dengan demikian, ia tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengubah kondisinya, kecuali apabila ia meninggalkan warisan dan peninggalan-peninggalan yang bekas dan pengaruh-pengaruhnya masih tetap berlanjut hingga pasca kematian, maka sesuai dengan asumsi ini, ia masih dapat berharap dan masih memiliki secercah harapan untuk dapat memperoleh perbaikan dalam kondisinya di alam kubur.
Berkaitan dengan masalah ini, Rasulullah Saw bersabda, “Saat seorang yang beiman meninggal dunia, maka tangannya akan terputus dari segala sesuatu kecuali tiga hal:
- Sedekah jariyah, yaitu segala sesuatu yang pengaruh baiknya berlanjut terus dalam sepanjang masa, seperti masjid, rumah sakit dan sekolah.
- Ilmu yang manfaatnya tetap sampai pada orang lain bahkan setelah ia mati
- Anak-anak yang baik yang merupakan hasil didikannya yang benar dan yang berdoa untuknya.[5]
Benar, jika seseorang meninggalkan peninggalan seperti ini, bisa jadi ia akan memperoleh perbaikan kondisi di alam kubur dan adzabnya akan berubah menjadi pahala.
Riwayat lain dari Rasulullah Saw yang akan menjadi penutup yang baik bagi jawaban ini adalah bahwa beliau bersabda, “Suatu hari Isa al-Masih As tengah melewati sebuah kubur dimana penghuninya tengah menerima azab dan siksa. Setahun kemudian, ia kembali melewati lintasan yang sama, yaitu kubur dimana setahun yang lalu ia pernah melewatinya, namun kali ini ia menyaksikan penghuninya tidak lagi berada dalam azab dan siksa. Saat ia mencari dalil terjadinya perubahan seperti ini dari Allah, Dia menurunkan wahyu kepadanya dan berfirman, “Wahai Ruhullah! Putra terpuji dari anak ini telah sampai pada usia taklif. Anak tersebut telah memperbaiki jalan yang ia lalui dan menempatkan seorang anak yatim dalam asuhannya, dan Aku telah mengampuni penghuni kubur ini karena kebaikan anaknya.”[6] [iQuest]
Kami persilahkan kepada Anda untuk menelaah beberapa indeks terkait berikut ini:
Pertanyaan di Dalam Kubur, 8387 (Site: id8406)
Pahala dan Azab di Alam Barzakh, 5673 (Site: id5901)
Kesempurnaan di Alam Barzakh, 23458 (Site: fa6124)
[1]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 6, hal. 275, Muasasah al-Wafa, Beirut, 1404 HQ.
[2]. Ibid, jil. 6, hal. 214, dengan menukil dari Imam Sajjad.
[3]. Ibid, jil. 56, hal. 234.
[4]. Ibid, jil. 95, hal. 391.
"َادْرَأْ عَنِّي مُنْكَراً وَ نَكِيراً وَ أَرِ عَيْنِي مُبَشِّراً وَ بَشِيرا"
[5]. Ibid, jil. 2, hal. 23, hadis 65.
[6]. Ibid, jil. 6, hal. 220, hadis 15.