Dalam menjelaskan perang dan pelbagai peristiwa yang terjadi di tempat itu, dalam beberapa literatur, terdapat dua nukilan:
Rasulullah Saw bertanya Ali dimana? Ali berdiri di tempatnya dan memberikan penghormatan. Rasulullah Saw bersabda, “Pergilah ke tempat itu dan pendekanlah tangan musuh-musuh.”
[6] Ali pergi ke rumah Fatimah dan mengambil ammamah khusus kemudian berangkat menuju ke kabilah Bali dan Qadha’ah. Imam Ali beserta pasukannya tiba di tempat itu pada tengah malam dan tidak bergerak maju hingga pagi hari. Tatkala ia telah usai mengerjakan salat Subuh bersama dengan pasukannya. Imam Ali As memperlihatkan barisan pasukannya yang tengah bersandar di atas pedang mereka. Imam Ali As berkata, “
Ayyuhannas! Saya datang mewakili Rasulullah Saw untuk mengajak kalian kepada (penyembahan) Tuhan yang Esa dan risalah Rasul-Nya. Kalian harus menerimanya dan kalau tidak saya akan menggunakan pedang memerangi kalian. Orang-orang berkata, “Sebagaimana teman kalian yang sebelumnya kembalilah. Jumlah kami sangat bnyak dan kalian tidak akan mampu menghadapinya.” Imam Ali menimpali, “Demi Allah! Saya tidak akan kembali hingga kalian menerima Islam atau saya akan habisi kalin dngan pedang. Saya adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthhalib. Mendengar nama Ali telah menimbulkan ketakutan di barisan pasukan musuh. Terjadi kontak senjata ringan dan Ali As berhasil membunuh enam atau tujuh orang dari mereka. Kaum Muslimin meraih kemenanngan dan kembali ke Madinah dengan membawa pampasan perang.
[7]
Sebagian literatur sejarah menyebutkan bahwa orang pertama dan kedua itu adalah Abu Bakar dan Umar. Literatur ini menyebutkan bahwa mereka setelah kontak senjata ringan menderita kekalahan dan kembali.
[8] Demikian juga sejumlah literatur menyebutkan bahwa setelah dua orang itu, tongkat komando diserahkan kepada Amru bin Ash yang ingin mengalahkan musuh dengan tipuan. Namun ia juga menderita kekalahan dan kembali. Setelah Amru bin Ash pulang dengan kekalahan, kemudian Imam Ali As yang diutus.
[9]
Pada sebagian literatur disebutkan, “Pada masa kembalinya Imam Ali As, Rasulullah Saw beserta sebagian sahabat menyambut kedatangan Imam Ali. Rasulullah Saw berkata kepada sahabat, “Wahai para pengikutku! Jangan salahkan Aku karena mecintai Ali bin Abi Thalib. Karena Aku mencintai Ali atas perintah Allah Swt.”
[10]
Demikian juga kebanyakan ahli tafsir Syiah berdasarkan sebagian riwayat
[11] meyakini bahwa
sya’n al-nuzul surah al-Adiyat terkait dengan kisah ini.
[12] [iQuest]
[1]. Muhammad bin Yusuf Shalihi Dimasyqi
, Subul al-Hudâ wa al-Rusyad fi Sirah Khair al-‘Ibâd, jil. 6, hal. 167, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Cetakan Pertama, 1414 H.
[2]. Muhammad Baqir Majlisi,
Bihâr al-Anwâr, jil. 21, hal. 77, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-‘Arab, Cetakan Kedua, 1403 H; Hasan bin Muhammad Dailami,
Irsyâd al-Qulub ila al-Shawâb, jil. 2, hal. 248, Qum, al-Syarif al-Radhi, Cetakan Pertama, 1412 H.
[3]. Taqiyuddin Maqrizi,
Imtâ’ al-Asmâ bimâ Linnabi min al-Ahwâl wa al-Amwâl wa al-Hafidah wa al-Mitâ’, Riset oleh Muhammad Abdul Hamid Namisi, jil. 1, hal. 344, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Cetakan Pertama, 1420 H; Muhammad bin Ahmad Dzahabi,
Târikh al-Islâm, Riset oleh Umar bin Abdul Salam Tadmiri, jil. 2, hal. 513, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Cetakan Pertama, 1409 H.
[4]. Abu Ja’far bi Muhammad bin Jarir Thabari,
Târikh al-Umam wa al-Muluk (Târikh Thabari), Riset oleh Muhammad bin Abul Fadhl Ibrahim, jil. 3, hal. 32, Beirut, Dar al-Turats, Cetakan Kedua, 1387 H; Abdurrahman bin Ali Ibnu Jauzi,
al-Muntazham, Riset oleh Muhammad Abdul Qaddir ‘Atha, Musthafa Abdul Qadir, jil. 3, hal. 321, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, Cetakan Pertama, 1412 H; Abdul Malik, Ibnu Hisyam,
al-Sirah al-Nabawiyyah, Riset oleh Mustafa al-Saqa al-Abyari dan Abdul Hafizh Syilbi, jil. 2, hal. 623, Beirut, Dar al-Ma’rifah, Beirut, Cetakan Pertama, Tanpa Tahun.
[5]. Muhammad bin Sa’ad bin Sa’ad Katib Waqidi,
al-Thabaqât al-Kubrâ, jil. 2, hal. 99, Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiah, Cetakan Kedua, 1418 H.
[6]. Pada sebagian literatur disebutkan bahwa hanya tiga puluh orang berkuda yang dikirim menyertainya; Fadhlullah bin Ali Rawandi Kasyani
, al-Nawâdir, Riset dan edit oleh Ahmad Shadiqi Ardestani, hal. 33, Qum, Dar al-Kitab, Cetakan Pertama, Tanpa Tahun.
[7]. Syaikh Mufid,
al-Irsyâd fi Ma’rifat Hujajillâh ‘ala al-‘Ibâd, jil. 1, hal. 114-116, Qum, Kongre Syaikh Mufid, Cetakan Pertama, 1413 H; Fadhl Hasan Thabarsi
, I’lâm al-Warâ bi A’lâm al-Huda, hal. 195-196, Tehran, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cetakan Ketiga, 1390 H.
[8]. Ibnu Syahr Asyub Mazandarani,
Manâqib Alu Abi Thalib As, jil. 3, hal. 140, Qum, Intisayarat Allamah, Cetakan Pertama, 1379 H; Hasan bin Yusuf Allamah Hilli,
Kasyf al-Yaqin fi Fadhâil Amir al-Mu’minin As, Riset dan edit oleh Husain Dargahi, hal. 151, Wizarat Irsyad Tehran, Cetakan Pertama, 1411 H.
[9]. Said bin Abdullah Quthbuddin Rawandi
, al-Kharâij wa al-Jarâih, jil. 1, hal. 167, Qum, Muassasah Imam Mahdi Ajf, Cetakan Pertama, 1409 H.
[10]. Abu al-Qasim Furat Kufi,
Tafsir Furât, Riset oleh Muhammad Kazhim Mahmudi, hal. 599, Tehran, Wizarat Irsyad Islami, Cetakan Pertama, 1410 H.
«فإنما حبی علیا من أمر الله و الله أمرنی أن أحب علیا»
[11]. Sebagai contoh silahkan lihat, Ali Ibrahim Qummi,
Tafsir al-Qummi, Riset dan edit oleh Sayid Thayyib Musawi Jazairi, jil. 2, hal. 438, Qum, Dar al-Kitab, Cetakan Ketiga, 1404 H.
[12]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai,
al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, Mukaddimah Muhammad Jawad Balaghi, jil. 10, hal. 803, Tehran, Nasir Khusruw, Cetakan Ketiga, 1372 S.