Carian Terperinci
Pengunjung
10130
Tarikh Kemaskini 2010/06/09
Ringkasan pertanyaan
Apakah karâmah (kemuliaan) itu? Bagaimana cara mencapai karâmah? Bagaimana posisi orang-orang yang memiliki karâmah di sisi Allah Swt?
soalan
Apakah karâmah (kemuliaan) itu? Bagaimana cara mencapai karâmah? Bagaimana posisi orang-orang yang memiliki karâmah di sisi Allah Swt?
Jawaban Global

Karâmah (kemuliaan) adalah bermakna jauh dari maksiat dan tunduk kepada hawa nafsu. Setiap jiwa agung yang suci dari berbagai kotoran dipanggil “mulia”. Karâmah berlawanan dengan kelemahan dan kehinaan. Untuk sampai kepada puncak karâmah, seseorang harus sentiasa mengenakan pakaian takwa dan menjauhi segala larangan Allah Swt. Takwa itulah yang akan menjauhkan seseorang dari segala sesuatu yang mengarahkannya kepada perbuatan dosa.

Hal itu sesuai dengan ucapan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As: “Barang siapa yang menjaga takwanya, ia akan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, Allah akan menempatkannya di dalam rumah karâmah Nya. Iaitu sebuah rumah khusus bagi Allah SWT, atapnya adalah ‘Arsy Tuhan, cahayanyna adalah dari keindahan Tuhan dan tetamunya adalah para malaikat dan sahabat-sahabat dari kalangnan para Anbia’ Allah Swt.

Jawaban Detil

Karâmah bermaksud jauh dari maksiat dan tidak tunduk kepada hawa nafsu. Setiap jiwa agung yang suci dari berbagai kotoran dipanggil karim (mulia)[1].

Hina lawannya mulia[2]. La'âmat dan danâ'at memiliki satu makna, iaitu kehinaan. Maka itu, danâ'at  berlawanan dengan karâmah dan dani berlawanan dengan karim (mulia)[3].

 

Karâmah Dalam Pandangan Imam Maksum As

Rasulullah Saw bersabda: Allah Swt adalah Maha Mulia dan Dia menyukai kemuliaan.[4]

Amirulmukmin Ali As bersabda:  Barangsiapa memberi sebelum diminta, ia adalah orang yang mulia.[5] Peristiwa yang tidak diinginkan tidak akan memberi kesan di dalam hati orang-orang yang memiliki kemuliaan.[6]

Orang mulia adalah orang yang menjauhi hal-hal yang diharamkan dan suci dari segala kejelekan.[7]

Orang mulia adalah orang yang bebas dari segala yang menjadi kebanggaan orang-orang terhina[8].

Orang mulia adalah orang yang menjaga harga diri dengan hartanya. Sementara orang yang hina menjaga hartanya dengan harga dirinya.[9]

Apabila seseorang memperkenalkan keagungan dan kemuliaan kepada ruhnya, maka dunia dan semua isinya ini akan kecil di matanya[10].

 

Jalan Menuju Kemuliaan

Dengan terang sekali telah dijelaskan di dalam riwayat-riwayat Imam-imam Maksum As bahawa terdapat kontradiksi antara karâmat (kemuliaan) dan laamat (kehinaan). Karâmat adalah kemuliaan dan jauh dari kelemahan dan kehinaan, ini kerana ia adalah merupakan satu sifat yang bernilai tinggi dan salah satu nama Allah yang Maha Haq. Sebaliknya, segala sesuatu yang menjauhkan seseorang dari mendekatkan diri kepada Tuhan adalah tunjang dan sumber kepada kehinaan dan kejahatan. Sesuai dengan sabdaan Rasulullah Saw; cinta dunia merupakan sebab segala maksiat dan permulaan bagi segala dosa[11]. Dunia disebut sebagai dunia karena ia lebih rendah dan tidak bernilai dibandingkan dengan yang lain.[12] Sepertimana yang telah dijelaskan di atas, danâ'at adalah lawan karâmat, dani adalah lawan karim, Danâ'at, dani, dan dunia merupakan dari satu akar kata. Maka itu, keagungan dan kemuliaan tidak akan dapat ditemui pada cinta dunia. Imam Ali As bersabda: “Dunia membuat manusia hina dan rendah”.[13]

Karâmat adalah titik lawan dari kehinaan dan kerendahan. Untuk sampai kepada puncak tinggi karâmah, seseorang harus mempersenjatai dirinya dengan takwa agar terhindar dari dosa, cinta dunia dan hawa nafsu. Dengan satu ungkapan ia harus sentiasa lengkap dengan senjata takwa. Imam Ali As bersabda: Kemuliaan itu tidak akan pernah dicapai tanpa ketakwaan.[14]

Allah Swt berfirman di dalam Al-Qur’an: Sesungguhnya orang yang paling agung di sisi Allah di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa.[15]

Sabda Amirul Mukminin As: "Kunci kemuliaan adalah takwa."[16]

 

Mengenal Takwa

Amirul Mukminin As bersabda: "Takwa itu menjauhkan seseorang dari segala sesuatu yang mendorongnya kepada perbuatan dosa."[17]

Hazrat As bersabda: " Takwa dan takut kepada Tuhan adalah merupakan ubat bagi penyakit jiwa-jiwa, penerang hati-hati, rawatan bagi penyakit badan-badan, penyembuh luka jiwa-jiwa, pembersih noda-noda kekotoran ruh-ruh, penerang kegelapan mata-mata, keamanan dalam kekacauan, dan penerang bagi segala kegelapan kamu. Maka itu, hiasilah hatimu dengan ketaatan kepada Tuhan dan bukan sekadar pakaian lahiriah sahaja. Jadikanlah jiwa sebagai pembimbingmu, dan bukannya jasad. Hingga dengan itu, kamu dapat mengarahkan seluruh anggota badanmu dan ruh menjadi hakim dalam seluruh urusanmu. Taat kepada Tuhan adalah jalan menuju sumber kehidupan, memperolehi segala keinginan dan harapan, tempat berlindung di kala sulit, pelita penerang kuburan, penenang ketakutan-ketakutan yang panjang di Alam Barzakh dan jalan penyelamat di saat-saat kesulitan hidup, kerana ketakwaan kepada Allah SWT adalah wasilah untuk menjaga diri dari berbagai peristiwa yang membinasakan, tempat berlindung dari ketakutan dan dari panasnya api yang membara.

Maka itu, barangsiapa yang memilih takwa, segala kesulitan akan jauh darinya, kepahitan menjadi manis, tekanan kesulitan dan kesedihan akan hilang dan kesulitan yang berterusan dan yang melelahkan akan menjadi mudah, permata kemulian dan keagungan yang hilang darinya akan datang mencurah seperti titisan air hujan kepadanya. Rahmat Tuhan yang disekat akan kembali dan nikmat-nikmat Tuhan setelah berlalu akan kembali tumbuh dan berkah yang sedikit akan menjadi banyak tercurah.[18]

 

Kemuliaan dan Ruh Tuhan

Al-Qur’an al-Karim memperkenalkan permata asli manusia sebagai kewujudan agung dan mulia, di mana bila manusia menjadi mulia, pada hakikatnya mereka telah menjalani jalan fitrahnya dan telah menemui permata aslinya. Karena ketaatan dan bergerak ke atas (kesempurnaan) seiring dengan permata zat insan yang mulia. Maka itu, maksiat dan kejatuhan (terjerumus ke lembah kebinasaan) adalah satu keterpaksaan kepada manusia –bukan sifat zatnya-. Sedangkan karâmah (kemuliaan) tidak demikian, kerana zat manusia adalah mulia. Allah Swt berfirman; "Sungguh, Kami telah memuliakan manusia."[19] sebab proses penciptaannya berasal dari sumber-sumber yang mulia.

Jika manusia seperti mahluk lain yang diciptakan dari tanah, maka karâmah baginya bukanlah sesuatu yang berbentuk zat dan sifat utamanya. Tetapi -ciptaan- manusia, berasaskan kepada dua sumber; sumber asas dan sumber cabang. Cabang penciptaannya kembali kepada tanah. Sementara asasnya –zat- kembali kepada Allah Swt. Allah Swt di dalam Al-Qur’an al-Karim menisbahkan ruh –manusia- kepada diri-Nya sedangkan jasadnya yang ada hubungan dengan alam semulajadi dinisbahkan kepada tanah –thin- [20].  Allah SWT tidak menyebut bahwa "Aku ciptakan manusia dari tanah dan ruh." Tetapi Dia berfirman: "Telah Aku “bentuk” manusia dari tanah kemudian aku tiupkan ruh-Ku ke dalam dirinya.". oleh kerana ruh manusia dinisbahkan kepada Allah Swt sebagai pembimbingnya, maka itulah mereka memiliki sebagian kemuliaan. Dengan demikian bahawa Ruhullâh itu bererti ruh kemuliaan.[21]

 

Balasan bagi Orang-orang Mulia

Sesuai dengan sabda Amirulmukminin Ali As: "Tuhan kamu telah berpesan kepada takwa dan telah menjadikannya sebagai kemuncak kebahagiaan diri-Nya dan keinginan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Maka takutlah kepada Allah yang kamu senantiasa berada dalam perhatian-Nya, segala kehendak kamu berada di genggaman-Nya dan seluruh gerak-gerik kamu berada di bawah pengawasan-Nya. Dia mengetahui setiap apa yang kamu sembunyikan dan mencatat setiap apa yang kamu tampakkan. Untuk mencatat amal –baik dan buruk-, terdapat Malaikat yang agung yang tidak akan pernah melupakan kebaikan dan kebatilan. Ketahuilah! Siapa yang bertakwa ,  dia akan selamat dari segala fitnah, dan dengan cahaya hidayah, dia meninggalkan kegelapan dan senantiasa mencari jalan kebahagiaan abadi. Allah SWT akan menempatkannya di rumah kemuliaan-Nya, sebuah rumah yang khusus milik-Nya. Atapnya adalah ‘Arsy Tuhan, cahayanya adalah keindahan Tuhan serta tetamu-tetamunya adalah para Malaikat dan sahabat-sahabat para Nabi Allah Swt."[22]



[1] . Karâmat dar Qur’an, Jawadi Amuli, M/S: 22

[2] . Fiqhu Lughah, Tsa’alibi an-Naisyaburi, M/S:139

[3] . Karâmat dar Qur’ân, Jawadi Amuli M/S: 22.

[4] . Muntakhab Mizânul Hikmah, Rey Syahri hadis 5493.

[5] . Ghurar al-Hikam wa Durar al-Hikam, Abdul Wahid Amudi, 1/365 hadis 1389

[6] . Ibid. 2/1 hadis 1555

[7] . Ibid. 2/4 hadis 1565

[8] . Ibid  2/44 hadis 177

[9] . Ibid. 2/154 hadis 2159

[10] . Ibid 5/451 hadis 9130

[11] . Ibid. hadis 2194

[12] . Ibid. hadis 2171

[13] . Ibid. hadis 2192

[14] . Nahjul Balâghah, hikmah ke 113

[15] . QS. Hujurat: 13

[16] . Muntakhab Mizân al-Hikmah, Rei Shahr, hadis 6664

[17] . Ibid. hadis 6683

[18] . Nahjul Balâgah, khutbah 198

[19] . QS. Isra: 70

[20] . QS. Shad 71-72

[21] . Karâmat dar Qur’ân, Jawadi Amuli, M/S: 62

[22] . Nahjul Balâgah, khutbah 183

Terjemahan pada Bahasa Lain
Opini
Bilangan komen 0
Sila masukkan nilai
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Sila masukkan nilai
Sila masukkan nilai

Kategori

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Dimanakah letak kebahagiaan dan kesempurnaan manusia?
    12210 Akhlak Praktikal 2011/01/01
    Jawapan lengkap untuk pertanyaan ini berada dalam ruang lingkup jawapan terhadap dua pertanyaan asasi berikut ini:1.     Apa erti kebahagiaan? Apakah kebahagiaan tersebut terpisah dari kesempurnaan atau tidak?
  • Bagaimana mampu diandaikan keberadaan mumkinul wujud di samping Wâjibul Wujud yang basith dan tidak memiliki gabungan dalam ZatNya?
    6721 Falsafah Islam 2010/11/14
    Pada rangkaian salasilah sistem wujud yang menegak (Nizam at-Tuli), selain seluruh hakikat wujud adalah wujud dan ada, mereka juga memiliki darjat-darjat dan tingkatan-tingkatan yang berbeza, di mana dalam tingkatan-tingkatan mereka ini terdapat persamaan dan perbezaan dalam aspek kewujudan atau wujud itu sendiri.
  • Apa hubungan antara agama dan kebudayaan?
    15360 Teologi Baru 2011/09/22
    "Agama" (din) secara leksikal bermakna mengikuti, mentaati, kepasrahan dan ganjaran. Dan secara terminologi bererti "sekumpulan keyakinan, akhlak dan aturan," yang bertujuan untuk "mengatur urusan masyarakat dan membina manusia."Agama kadangkala merupakan agama hak, kadang-kadang juga agama batil dan ada juga penyatuan aliran antara keduanya. ...
  • Dalam perspektif agama Islam dan Syiah, dalam masalah-masalah apa sajakah manusia memiliki ikhtiar dan kebebasan?
    7258 Teologi Klasik 2011/07/21
    Dengan merujuk pada teks-teks agama dan mencermati kandungan ayat-ayat dan riwayat-riwayat, dapat ditemukan adanya pemahaman akan kebebasan manusia. Makna dari pernyataan ini bukanlah bermaksud manusia itu memiliki kebebasan secara mutlak dan tidak ada satupun faktor atau kekuatan yang mampu memberikan pengaruh atau menguasai ke atas perbuatannya, bahkan ...
  • Bagaimana mukjizat itu dapat didefinisikan dan dibuktikan?
    15516 Ulum Al-Quran 2011/04/19
    Mukjizat dari satu sisi bermakna suatu hal yang luar biasa, di sertai dengan cabaran dan dari sisi lain, mukjizat yang dipraktikalkan itu selaras dengan dakwaan yang dilontarkan oleh pemilik mukjizat. Keluarbiasaan ertinya ialah, terjadinya suatu perkara yang berbeza dengan aturan-aturan semulajadi.
  • Munurut perspektif al-Qur'an, apakah manusia itu merupakan makhluk yang amat zalim (ẓulûm) dan amat bodoh (jahûl) atau ia merupakan seorang khalifah Allah?
    10694 انسان و خلافت الاهی 2012/07/18
    Al-Qur'an dari satu sisi menyebut kedudukan tinggi manusia dengan berbagai persepsi yang mulia, manakala dari satu sisi yang lain, terdapat banyak ayat-ayat yang mencela dan mengecam manusia. Gerakan manusia yang berada di dalam dua garis lengkung menaik (qaws ṣuʻūd) dan menurun (qaws nuzūl) adalah infiniti serta ...
  • Apabila Tuhan mengetahui apa yang hendak kita lakukan apakah ini bukan bermaksud paksaan (al-jabar)?
    5499 Teologi Klasik 2011/07/21
    Dalam menjawab orang-orang yang memberikan daliltentang paksaan(aljabar) melalui ilmu azali Tuhan maka harus dijawab sebegini:“Tuhan semenjak azal mengetahui bahawa manusia dengan kebebasan dan ikhtiar yang dimilikinya akan melakukan perbuatan-perbuatan.” Jawapan ini tidak bertentangan dengan pengetahuan menyeluruh dan azali Tuhan. Kerana Tuhan semenjak azal mengetahui bahawa manusia akan ...
  • Apakah maksud wahdatul wujud?
    15604 Falsafah Islam 2014/04/20
    Maksud golongan irfan dan ahli hikmah tentang wahdatul wujud bukanlah satu set dunia kewujudan yang dikatakan sebagai Allah (s.w.t). Ini disebabkan penggolongan wujud dan wahdat bukanlah sesuatu yang hakiki. Begitu juga ianya tidak bermaksud penyatuan Allah (s.w.t) dengan kewujudan-kewujudan kerana perkara itu adalah mustahil (dengan maksud dua ...
  • Apakah tanda-tanda kemunculan Imam Mahdi a.s?
    37899 Teologi Baru 2010/11/14
    Perbahasan tentang kemunculan Imam Mahdi a.s merupakan perbahasan yang agak rumit sehingga memerlukan penelitian secara menyeluruh terhadap topik mahdawiyat, tetapi secara keseluruhan daripada riwayat yang telah digunakan di mana tanda-tanda kemunculannya adalah dapat dilihat dari satu sudut yang terbahagi kepada dua:
  • Apakah teori world line tidak bertentangan dengan kewujudan dan keabadian ruh (sekurang-kurangnya setelah kematian)?
    7419 Teologi Klasik 2012/03/08
    Jawaban Global: Dari perspektif Islam "aku" merupakan sebuah realiti yang berbeza dengan tubuh badan. Ayat-ayat seperti berikut ini menegaskan dan menjelaskan makna dan hakikat ini. "Maka apabila Aku telah menyempurnakan penciptaannya, dan telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu ...

Populer Hits