Advanced Search
Hits
25809
Tanggal Dimuat: 2010/11/08
Ringkasan Pertanyaan
Apakah dapat dikatakan bahwa Tuhan bersemayam di hati kita?
Pertanyaan
Apakah dapat dikatakan bahwa Tuhan bersemayam di hati kita? Lalu Tuhan dimana? Sebagian berkata bahwa Tuhan bersemayam di arsy atau di langit-langit. Tolong Anda jelaskan masalah ini.
Jawaban Global

Tuhan ada di tujuh petala langit dan bumi. Dia juga bersemayam di arsy dan dalam hati kita. Dengan kata lain, meski Tuhan tidak membutuhkan ruang dan waktu, Dia ada di setiap ruang dan waktu. Wujud-Nya dapat dirasakan di setiap waktu. Kesemua ucapan ini bukan merupakan ucapan sia-sia dan tidak bermakna, melainkan hal ini dengan sedikit cermat dapat dilakukan untuk memahaminya dengan benar – sedemikian sehingga tidak kontradiktif.  Pada sebagian kecil perkara, untuk memahami keberadaan Tuhan di setiap ruang dan waktu itu memerlukan pemikiran, kontemplasi tinggi yang hanya dapat dilakukan oleh hamba-hamba khusus Tuhan.

Kemungkinan ini tetap ada bahwa seorang Muslim sejati dapat memahami keberadaan Tuhan melalui ciptaan dan makhluk-makhluk-Nya, tanpa ia harus berpikir ekstra keras untuk mengetahui dan membuang-buang waktu untuk memikirkan bagaimana wujud-Nya. Sebagaimana kita  melalui cara-cara seperti ini dalam berhubungan dengan pengetahuan-pengetahuan manusia.

Jawaban Detil

Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran-Nya). Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia-lah Yang Maha Awal dan Yang Maha Akhir, Yang Maha Zahir dan Yang Maha Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.(Qs. Al-Hadid [57]:1-6)

Setelah menerjemahkan ayat di atas, dalam menjawab pertanyaan di atas, pertama-tama kami akan menjelaskan sebuah riwayat kemudian memberikan analisa ringkas atas riwayat tersebut.

Hisyam bin Hakam yang merupakan salah seorang murid Imam Shadiq As, menukil bahwa seseorang bernama Abu Syakir Daishani, seorang penyembah dualism, berkata kepadaku bahwa dalam al-Qur’an Anda terdapat sebuah ayat yang menegaskan pemikiran kami yang  berdasarkan penyembahan dualisme! Saya berkata, “Ayat yang mana?” Ia berkata, “Wa huwalladzi fi al-samâ ilahun wa fi al-ardh ilahun.”[1] Artinya Dia adalah Tuhan (yang disembah) di langit dan Dialah Tuhan (yang disembah) di bumi. (karena itu tampak ada dua tuhan). Saat itu aku tidak menemukan jawaban untuk aku sampaikan hingga aku mengabarkan hal ini kepada Imam Shadiq As pada hari-hari haji. Imam Shadiq As bersabda, “Tatkala Anda pulang, tanyalah kepadanya bahwa siapa nama Anda di kota Kufah? Maka ia akan menyampaikannya kepada Anda (namanya di kota Kufah)! Kemudian tanya lagi siapa nama Anda di kota Basrah ? Tentu ia akan mengulang nama yang sebelumnya telah disampaikan. Kemudian sampaikan kepadanya Tuhan kami juga demikian adanya! Dia adalah Tuhan (yang disembah) di langit dan Dia adalah Tuhan. Dia adalah Tuhan di laut dan Tuhan di di sahara. Dia adalah Tuhan (yang disembah) di  mana pun!”[2]

Dengan memperhatikan riwayat yang telah dijelaskan harap Anda perhatikan dua poin berikut ini:

Poin pertama, riwayat lain yang menyoroti sebagian pertanyaan Anda yang menjelaskan nukilan dari Allah Swt, “Bumi dan langit tidak dapat memuatku. Namun aku termuat dalam hati hamba-Ku yang beriman.”[3]

Dengan asumsi bahwa hadis ini sahih,[4] pertanyaan Anda adalah bahwa apabila Anda berkata kepada sahabat Anda bahwa ia berada di hati Anda atau hatinya berdenyut untuk Anda makna dari ucapan sarat cinta ini bahwa Anda menempatkan jasmani fisiknya dalam hati Anda atau hati Anda menempati badannya dan mengalirkan darah ke seluruh anggota badannya? Tentu saja tidak demikian adanya. Kalimat seperti ini menunjukkan cinta yang melimpah Anda kepada sahabat Anda. Dengan demikian, apabila Tuhan menjelaskan bahwa Aku termuat dalam hati hamba-Ku yang beriman. Makna dari penjelasan Tuhan ini adalah bahwa hamba tersebut memiliki hubungan akrab dan lekat dengan Tuhannya, bukan bahwa Tuhan itu adalah jasmani yang menempati hati yang terangkum dalam ruang dan waktu, melainkan harus diketahui bahwa Dia adalah Pencipta ruang dan waktu yang memiliki tipologi material. Karena itu, tidak benar mencirikan dan mendeskripsikan Tuhan dengan tipologi seperti ini.

Poin kedua, pada konteks ini, arasy Tuhan tidak dapat ditafsirkan sebagai sebuah tempat khusus yang diduduki Tuhan. Tuhan menjelaskan banyak redaksi kalimat terkait dengan arasy.[5] Sekali waktu, menyebut diri-Nya sebagai Tuhan pemilik arasy”[6] Pada ayat lainnya dengan menyebut dirinya “pemilik arasy.”[7] dan terkadang duduk di atas arasy.”[8]

Jelas bahwa kita tidak dapat menafsirkan “arasy” pada seluruh ayat di atas dengan satu penafsiran tunggal. Mengikut Allama Majlisi, redaksi “arasy”, harus diperhatikan konteks penggunaan kalimatnya.  Dengan memperhatikan konteks penggunaan kalimatnya maka makna khusus (kalimat) itu dapat dipahami. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan tingkat tinggi tentang ketuhanan.”[9]

Atas dasar itu, dengan memperhatikan bahwa al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang tidak seperti bahasa-bahasa lainnya, di samping ia memiliki makna primer dan hakiki ia juga memiliki makna sekunder dan kiasan, maka harus dicermati penggunaan redaksi “istawa ‘ala al-arsy” yang terdapat dalam al-Qur’an dan menjadi sumber ketidakjelasan Anda.

Beberapa makna dapat digambarkan atas kalimat “istawa ‘ala al-arsy” ini:

Dalam kamus-kamus Arab, terdapat beberapa makna penggunaan “istawa.” Di antaranya, duduk, naik ke atas, muncul, menguasai dan seterusnya…[10] Jelas bahwa seluruh makna ini tidak dapat menjadi dalil bahwa tempat dan kedudukan Tuhan disebut sebagai arasy!

Coba Anda cermati sedikit syair berikut ini yang digunakan dalam menafsirkan salah satu makna “istawa,”

Qad istawa Basyar ‘ala al-Irâq

Min ghairi shaif wa dam Mahrâq

Seseorang bernama Basyar telah menguasai Irak

Tanpa menggunakan pedang dan menumpahkan darah

Apakah penggunaan redaksi “istawa” pada syair ini menunjukkan bahwa panglima perang itu, menempati seluruh negeri Irak?

Tafsir seperti ini tidak dapat diterima sekali-kali oleh mereka yang belajar sastra Arab. Karena itu, dengan memperhatikan kaidah-kaidah sastra dan tafsir maka tafsir istawa ‘ala al-arasy yang disebutkan pada ayat-ayat di atas bermakna sebuah tempat yang diduduki Tuhan di dalamnya sekali-kali tidak dapat diterima.

Boleh jadi pertanyaan yang kemudian hadir dalam benak Anda, bahwa karena kita memandang Tuhan sebagaimana entitas-entitas dan makhluk-makhluk material lainnya, maka semestinya Dia harus mendiami ruang dan waktu lain selain hati dan arasy lalu bertanya dimanakah Dia gerangan berada?

Jawaban sederhana dan globalnya bahwa Tuhan bukan dari jenis materi sehingga Dia memerlukan tempat. Mengingat sepanjang sejarah, banyak orang berhadapan dengan keburaman ini dan bahkan orang-orang beriman juga banyak menyalahkan diri sendiri untuk dapat memahami secara akurat persoalan ini maka kami memandang perlu menyampaikan beberapa persoalan penting sebagai berikut:

Apabila kita melakaukan pelancongan terhadap al-Qur’an dan riwayat maka kita akan mendapatkan poin ini bahwa orang lebih banyak memperkenalkan Tuhan melalui jalan berpikir dan berkontemplasi serta bagaimana Tuhan mengelola alam semesta ketimbang menetapkan bagaimana Tuhan berikut tipologi-Nya itu kepada masyarakat.[11]

Suatu waktu Rasulullah Saw berhadapan dengan sebuah kelompok yang sedang berpikir. Rasulullah Saw bertanya kepada mereka, “Apa yang kalian pikirkan?” Mereka menjawab kami sedang memikirkan tentang ciptaan-ciptaan Tuhan! Sembari menyokong perbuatan mereka, Rasulullah Saw menganjurkan kepada mereka untuk melanjutkan cara seperti ini dan menghindar untuk memikirkan Tuhan itu sendiri.”[12]

Imam Askari As juga dalam menjawab pertanyaan salah satu sahabatnya tentang bagaimana Tuhan itu, pertama-tama menjelaskan bahwa Tuhan tidak menghendaki kalian untuk bertanya seperti itu. Kemudian Imam Askari memberikan penjelasan dalam kaitannya dengan Tuhan.[13]

Bagaimanapun tema ini tidak terkhusus pada masalah ini saja, melainkan juga termasuk pengetahuan manusia demikian adanya:

Meski kita meyakini adanya miliaran galaksi yang masing-masing mengandung jutaan bintang dan kita tidak memiliki secuil pun keraguan tentangnya namun apabila tanpa melalui pendahuluan-pendahuluan ilmu perbintangan dan bahkan dengan melaluinya sekali pun, apabila kita ingin konsentrasi memikirkan bagaimana penciptaan satu-satu galaksi-galaksi dan bintang-bintang tersebut maka kita berhadapan dengan sebuah dunia yang penuh ketakjuban dan keheranan sedemikian sehingga tidak ada pekerjaan yang kita lakukan, meski seluruhnya adalah ciptaan Tuhan yang tidak seorang pun punya hubungan dengannya, maka kita tidak akan memperoleh ilmu yang sempurna.[14]

Namun demikian, harap diperhatikan bahwa seluruh apa yang disampaikan di atas tidak bermakna bahwa hal ini merupakan larangan adanya riset dan berpikir tentang Tuhan secara keseluruhan, melainkan orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi, baik dari sisi keilmuan dan spiritualitas, dapat melakukan hal ini dengan memperhatikan syarat-syarat dalam hal ini.

Harap Anda perhatikan riwayat di bawah ini:

“Imam Sajjad As ditanya tentang makrifatullah. Beliau menjawab bahwa di akhir zaman akan datang orang-orang yang jeli dan berpikir sublim mengetahui dengan baik tafsiran surah Tauhid dan juga ayat-ayat surah al-Hadid yang menyinggung tipologi Tuhan (ayat-ayat yang dijelaskan pada pendahuluan di atas).” [15]

Dengan kata lain, apabila bukan karena mereka, ayat-ayat ini tidak akan diturunkan. Kaum Muslimin yang semasa dengan Rasulullah Saw dan para Imam Maksum tidak mampu memahami makna hakiki ayat-ayat ini!

Atas dasar itu, meski kami tidak melarang secara mutlak pemikiran akurat, subtil dan sublim tentang Tuhan berikut tipologi wujud-Nya namun harus dikatakan orang-orang beriman secara umum tidak diminta untuk bersikap jeli dan teliti dalam hal ini. Mereka juga rata-rata tidak mampu untuk melakukan hal itu. Hanya bagi orang-orang yang telah menyiapkan pelbagai pendahuluan yang lumayan pelik memiliki hubungan maknawi yang kuat dengan Tuhan. Selain itu, masuknya orang lain dalam hal ini tidak akan memberikan kegunaan dan faidah bagi mereka kecuali kebingungan dan ketercengangan. [IQuest]



[1]. (Qs. Al-Zukhruf [43]:84)  

[2]. Muhammad Ya’qub Kulaini, al-Kâfi, jil. 1, hal. 128, hadis 10, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1365 S.  

[3]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 55, hal. 39, Muasssah al-Wafa, Beirut, 1404 H.  

[4].  Karena riwayat ini tidak memiliki sanad-sanad muktabar yang dapat dijadikan sebagai sandaran.

[5]. Terkait dengan makna arasy dan kursi, kami persilahkan Anda melihat Pertanyaan No. 245 (Site: 2004) dan No. 60 (Site: 296).  

[6]. (Qs. Al-Taubah [9]:129); (Qs. Al-Anbiya [21]:22); (Qs. Al-Mukminun [23]:86 & 116); (Qs. Al-Naml [27]:26); (Qs. Al-Zukhruf [43]:82), Rabb al-Arsy ‘amma yashifun 

[7]. (Qs. Al-Ghafir [40]:15); (Qs. Al-Buruj [85]:15); (Qs. Al-Isra [17]:42); (Qs. Al-Ankabut [29]:20).

[8]. (Qs. Al-A’raf [7]:54); (Qs.Yunus [10]:3); (Qs. Al-Ra’ad [13]:3) (Qs. Thaha [20]:5); (Qs. Furqan [24]:59); (Qs. Al-Sajdah [32]:4); (Qs. Al-Hadid [57]:4)  

[9]. Bihâr al-Anwâr, jil. 55, hal. 31.  

[10]. Ibnu Manzhur, Lisân al-‘Arab, jil. 14, hal. 414.  

[11]. (Qs. Ali Imran [3]:191); (Qs. Yunus [10]:24); (Qs. Al-Ra’ad [13]:3); (Qs. Al-Nahl [16]:11 dan 69); (Qs. Al-Rum [30]:21); (Qs. Al-Zumar [35]:42); (Qs. Al-Mulk [67]:3-4) dan puluhan ayat lainnya.   

[12]. Warram bin Abi Firas, Majmû’e Warrâm, jil. 10, hal. 250, Intisayarat-e Maktabat al-Faqih, Qum, tanpa tahun.

[13]. Bihâr al-Anwâr, jil. 3, hal. 260, hadis 10.

[14]. Al-Kâfi, jil. 1, hal. 103, hal. 12.  

[15]. Ibid.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261259 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246373 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230162 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215026 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176357 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171647 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168137 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158224 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140990 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134075 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...