Please Wait
Hits
10334
10334
Tanggal Dimuat:
2012/05/17
Ringkasan Pertanyaan
Mengapa tatkala hujan turun, doa-doa lebih cepat diijabah?
Pertanyaan
Tolong jelaskan mengapa tatkala hujan turun doa-doa lebih cepat dikabulkan dan diijabah?
Jawaban Global
Waktu-waktu yang dianjurkan untuk membaca doa salah satunya adalah ketika turun hujan; dalil umumnya, sesuai dengan apa yang disebutkan dalam beberapa ayat dan riwayat, dapat disimpulkan bahwa salah satu tanda rahmat Ilahi adalah hujan dan tatkala hujan turun pintu rahmat Ilahi terbuka, sehingga harapan untuk terkabulkannya doa lebih besar.
Jawaban Detil
Dalam ajaran-ajaran agama disebutkan tentang aturan-aturan praktis terkait dengan doa dan syarat-syarat terkabulkannya doa. Di samping aturan-aturan praktis ini, juga ditekankan untuk berdoa kepada Allah Swt pada waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu karena tipologi yang dimilikinya.
Di antara waktu yang dianjurkan untuk membaca doa adalah ketika hujan turun. Dalil umumnya, sesuai dengan apa yang disebutkan dalam beberapa ayat dan riwayat, dapat disimpulkan bahwa salah satu tanda rahmat Ilahi adalah hujan dan tatkala hujan turun pintu rahmat Ilahi terbuka, sehingga harapan untuk terkabulkannya doa lebih besar.
Sebagian ayat dan riwayat yang disebutkan dalam hal ini adalah sebagai berikut:
Di antara ayat yang menyinggung hal ini adalah:
"وَ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّياحَ بُشْراً بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَ أَنْزَلْنا مِنَ السَّماءِ ماءً طَهُورا"
“Dia-lah yang mengirim angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang dapat menyucikan." (Qs. al-Furqan [25]:48)
Dalam penafsiran ayat ini, dalam sebuah riwayat Imam Shadiq As sesuai nukilan dari ayahnya, “Pada hujan pertama yang turun pada setiap tahunya, Ali berada di bawah kucuran air hujan sehingga sekujur tubuhnya basah. Tatkala orang-orang ingin memberikan lindungan atau penutup supaya Imam Ali tidak basah, Imam Ali As bersabda, “Inilah air yang dekat kepada arsy Ilahi.”[1]
"وَ مِنْ آياتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّياحَ مُبَشِّراتٍ وَ لِيُذيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ"
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya.” (Qs. al-Rum [30]:46)
Para ahli tafsir menafisrkan “mubassyirat” pada ayat ini sebagai turunnya hujan.[2]
Adapun beberapa riwayat yang disebutkan dalam hal ini adalah sebagai berikut:
Di antara waktu yang dianjurkan untuk membaca doa adalah ketika hujan turun. Dalil umumnya, sesuai dengan apa yang disebutkan dalam beberapa ayat dan riwayat, dapat disimpulkan bahwa salah satu tanda rahmat Ilahi adalah hujan dan tatkala hujan turun pintu rahmat Ilahi terbuka, sehingga harapan untuk terkabulkannya doa lebih besar.
Sebagian ayat dan riwayat yang disebutkan dalam hal ini adalah sebagai berikut:
Di antara ayat yang menyinggung hal ini adalah:
"وَ هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّياحَ بُشْراً بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَ أَنْزَلْنا مِنَ السَّماءِ ماءً طَهُورا"
“Dia-lah yang mengirim angin (sebagai) pembawa kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang dapat menyucikan." (Qs. al-Furqan [25]:48)
Dalam penafsiran ayat ini, dalam sebuah riwayat Imam Shadiq As sesuai nukilan dari ayahnya, “Pada hujan pertama yang turun pada setiap tahunya, Ali berada di bawah kucuran air hujan sehingga sekujur tubuhnya basah. Tatkala orang-orang ingin memberikan lindungan atau penutup supaya Imam Ali tidak basah, Imam Ali As bersabda, “Inilah air yang dekat kepada arsy Ilahi.”[1]
"وَ مِنْ آياتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّياحَ مُبَشِّراتٍ وَ لِيُذيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ"
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya.” (Qs. al-Rum [30]:46)
Para ahli tafsir menafisrkan “mubassyirat” pada ayat ini sebagai turunnya hujan.[2]
Adapun beberapa riwayat yang disebutkan dalam hal ini adalah sebagai berikut:
- Imam Shadiq As bersabda, “Kejarlah waktu berdoa pada empat waktu: Ketika angin berhembus, ketika waktu Dhuhur, tatkala hujan turun dan ketika tetesan darah pertama mengucur dari darah syahid, karena pada waktu-waktu ini pintu-pintu langit akan terbuka.”[3]
- Diriwayatkan dari Imam Shadiq As bahwa Imam Ali As bersabda, “Berdoalah doa pada empat waktu: Tatkala membaca al-Quran, tatkala mengumandangkan azan, tatkala turun hujan dan tatkala dua pasukan saling berhadap-hadapan untuk jihad.[4]
- Imam Ali As bersabda, “Berdoalah pada empat waktu: Tatkala membaca al-Quran, tatkala turun hujan, tatkala dua pasukan saling berhadap-hadapan untuk mencapai syahadah, dan tatkala orang-orang teraniaya berdoa, yang akan mengangkat hijab dari arsy.”[5]
- Imam Shadiq As bersabda, “Sembari memberikan pelajaran kepada para sahabatnya, Amirul Mukminin bersabda, ‘Pintu-pintu langit akan terbuka pada lima waktu. Tatkala hujan turun, tatkala berjihad melawan musuh, tatkala membaca adzan, tatkala membaca al-Qur’an, awal waktu Zhuhur, tatkala angin fajar berhembus.”[6]
- Imam Shadiq As bersabda, “Tiga waktu yang tidak terdapat penghalang dan rintangan untuk terkabulkannya doa dari sisi Allah Swt: Doa usai salat wajib, tatkala turunnya hujan, munculnya salah satu tanda kekuasaan Allah Swt di muka bumi yang di luar kebiasaan dan kewajaran.”[7]
Untuk telaah lebih jauh terkait dengan bagaimana berdoa dan syarat-syaratnya, silahkan Anda baca indeks terkait berikut ini:
Syarat-syarat Terkabulkannya Doa, Pertanyaan 197 (Site: 983)
Falsafah Doa, Pertanyaan 8961 (Site: 9037)
Syarat-syarat Terkabulkannya Doa, Pertanyaan 197 (Site: 983)
Falsafah Doa, Pertanyaan 8961 (Site: 9037)
[1] Bahrani, Sayid Hasyim, al-Burhān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 3, hal 337, Bunyad Bi’tsat, Tehran, 1416 H.
[2] Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Majma’ al-Bayān fi Tafsir al-Qur’ān, jil. 8, hal. 483, Intisyarat Nasir Khusruw, Tehran, 1372 S.
[3] Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, al-Kāfi, jil. 2, hal. 476, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Tehran, 1365 S.
[4] Ibid., hal. 477.
[5] Syaikh Shaduq, al-Āmāli, hal. 110, Intisyarat Kitabkhaneh Islamiyah, 1362 S.
[6] Syaikh Shaduq, al-Khishāl, jil. 1, hal. 303, Intiyarat Jamiah Mudarrisin, Qum, 1403 H.
[7] Syaikh Thusi, al-Āmāli, hal. 280, Intisyarat Dar al-Tsaqib, Qum, 1414 H.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar