Advanced Search
Hits
12319
Tanggal Dimuat: 2011/08/17
Ringkasan Pertanyaan
Apa saja yang harus dilakukan untuk membina dan memandirikan akal dan pikiran?
Pertanyaan
Apa saja yang harus dilakukan untuk membina akal dan pikiran serta mencetak kemandirian berpikir pada setiap orang?
Jawaban Global

Akal adalah sebuah fakultas dalam jiwa manusia yang mengidentifikasi kebaikan (husn) dan keburukan (qubh). Kesempurnaan (kamal) dan kecacatan (naqsh). Dalam Islam akal memiliki kedudukan yang tinggi dan menjulang.

Sebagian dari cara untuk membina akal dan pikiran serta memperoleh kemandirian berpikir adalah sebagai berikut:

Memanfaatkan ustad dan guru yang simpatik, berhubungan dengan buku dan telaah, menapak tilas kitab-kitab sejarah masa lalu, berpikir dan kontemplasi terhadap ayat-ayat Ilahi, menjauhi taklid buta, mengikuti pikiran dan gagasan, menjalin hubungan dengan orang-orang berakal, cerdik cendikia dan ilmuan, tidak membiarkan perasaan mendominasi akal, dan sebagainya.

Jawaban Detil

Mutiara akal merupakan anugerah Ilahi yang paling bernilai bagi manusia. Karena akal manusia disebut sebagai semulia-mulia makhluk di dunia. Melalui perantara anugerah besar ini manusia dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara petunjuk dan kesesatan, antara kawan dan lawan, antara cahaya dan kegelapan. Di samping itu, akal juga mampu menjaga manusia dari segala kejelekan dan mara-bahaya.

Dalam firman Ilahi terdapat banyak penegasan terkait dengan berpikir dan melakukan pereungan. Demikian juga berita gembira kepada orang-orang yang berpikir dan merenung. Imam Shadiq As bertutur ihwal akal, “Dengan perantara akal, Allah Swt disembah dan surga firdaus direngkuh.”[1]

Allamah Thabathabai Ra dalam mendeskripsikan akal berkata, “Akal merupakan fakultas yang paling mulia dalam diri manusia.”[2] Meski akal tidak dapat dengan sendirinya mampu mencerap dan menyentuh seluruh kedalaman realitas karena itu kita memerlukan wahyu untuk pemahaman dan pencerapan yang jeluk dan dalam. Namun membina akal dan memperoleh kemandirian berpikir akan menggerakkan manusia dalam lintasan petunjuk dan menanjak menuju kesempurnaan serta dengan ketajaman visi akan melesakkan manusia ke tingkatan tertinggi.

Terdapat banyak jalan untuk membina akal dan pikiran serta memperoleh kemandirian berpikir yang akan kita singgung sebagian darinya di sini:

1.     Memanfaatkan guru dan ustad yang simpatik; Imam Ali As menandaskan bahwa salah satu kelompok yang meraih kebahagiaan adalah orang-orang yang menuntut ilmu yang menemukan jalan melalui proses pembelajaran dan memanfaatkan guru-guru dan ustad-ustad yang simpatik.[3]

2.     Menjalin hubungan dengan buku dan menggemarkan telaah sebagaimana yang disabdakan Imam Shadiq As, “Banyak menelaah dalam masalah-masalah ilmiah akan membuka dan menyemai akal.”[4]

3.     Melakukan pelancongan dan perjalanan pada tempat-tempat bersejarah dan melakukan telaah sejarah orang-orang masa lalu; al-Qur’an dalam banyak hal menginstruksikan manusia untuk melakukan perjalanan riset dan menyatakan, Katakanlah, “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.”[5] Katakanlah, “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.”[6] Katakanlah, “Berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan, kemudian Dia mewujudkan dunia akhirat? Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”[7] Katakanlah, “Berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”[8]

4.     Berpikir dan melakukan renungan atas ayat-ayat al-Qur’an; Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.[9]

5.     Menjauhi sikap taklid secara membabi-buta: Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, “Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.” Katakanlah, “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji. Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”[10] 

6.     Menjalin hubungan dengan para cerdik-cendikia dan para ilmuan. Amirul Mukminin Ali As bersabda, “Memutuskan hubungan dengan seorang cendekia bermakna menjalin hubungan dengan orang-orang bodoh.”[11] Atau dalam sebagian hadis dari Rasulullah Saw disebutkan, “Alangkah baiknya apabila seorang berakal membagi waktunya siang dan malam menjadi empat bagian:.. mengalokasikan sebagian waktunya untuk duduk bersama seorang cendikia yang menolongnya dalam urusan agama.”[12]

7.     Mengikut pada pikiran dan perenungan; sebagaimana para nabi dan rasul Ilahi yang juga senantiasa menyeru masyarakat untuk berpikir dan merenung tentang instruksi dan ajaran-ajaran agama mereka. Dalam hal ini, al-Qur’an berkata, Katakanlah, “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”[13] Demikian juga Rasulullah Saw bersabda, “Berserah dirilah terhadap bimbingan akal sehingga kalian mencapai kesempurnaan. Dan janganlah mengingkarinya karena kalian akan menyesal.”[14]

8.     Tidak membiarkan perasaan tidak mendominasi akal. Cara ini merupakan salah satu cara supaya akal dapat mencapai kematangan dan memperoleh kemandirian berpikir. Imam Sajjad As dalam hal ini bersabda, “Barang siapa yang tidak menjadikan akal sebagai khazanahnya yang paling sempurna maka kecelakaan akan sangat mudah baginya.”[15]

 

Sebagai kesimpulannya, membina pikiran dan memperoleh kemandirian berpikir, dengan memperhatikan ayat dan riwayat, manusia akan mengalami kemajuan di jalan untuk sampai pada kesempurnaan dan ketinggian yang menonjol serta pada akhirnya makrifat dan pengenalannya terhadap Allah Swt. Al-Qur’an dalam hal ini menyatakan, Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian. dan orang-orang yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhan mereka, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan, serta menolak keburukan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).[16] 

Hasil dari kematangan dan ketinggian pemikiran dan akal adalah pengenalan terhadap Allah Swt dan bergerak menuju keridhaan-Nya.[17] [IQuest]



[1]. Al-Kâfi, jil. 1, hal. 11, Hadis 3:

"...أَبِی عَبْدِ اللَّهِ ع قَالَ قُلْتُ لَهُ مَا الْعَقْلُ قَالَ مَا عُبِدَ بِهِ الرَّحْمَنُ وَ اکْتُسِبَ بِهِ الْجِنَانُ". 

[2]. Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân, jil. 3, hal. 57.  

[3]. Nahj al-Balâghah, hal. 496:

النَّاسُ ثَلَاثَةٌ فَعَالِمٌ رَبَّانِیٌّ وَ مُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِیلِ نَجَاةٍ وَ هَمَجٌ رَعَاع.

[4]. Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân, jil. 5, hal. 413.

[5]. (Qs. Al-An’am [6]:11)

"قُلْ سیرُوا فِی الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا کَیْفَ کانَ عاقِبَةُ الْمُکَذِّبینَ".  

[6]. (Qs. Al-Naml [27]:69)

"قُلْ سیرُوا فِی الْأَرْضِ فَانْظُرُوا کَیْفَ کانَ عاقِبَةُ الْمُجْرِمینَ" .

 

[7]. (Qs. Al-Ankabut [29]:20);  

"قُلْ سیرُوا فِی الْأَرْضِ فَانْظُرُوا کَیْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ یُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلى‏ کُلِّ شَیْ‏ءٍ قَدیرٌ".

[8]. (Qs. Al-Rum [30]:42)  

"قُلْ سیرُوا فِی الْأَرْضِ فَانْظُرُوا کَیْفَ کانَ عاقِبَةُ الَّذینَ مِنْ قَبْلُ کانَ أَکْثَرُهُمْ مُشْرِکینَ".

[9]. (Qs. Ali Imran [3]:190-191)

"لّأِوْلىِ الْأَلْبَابِالَّذِینَ یَذْکُرُونَ اللَّهَ قِیَمًا وَ قُعُودًا وَ عَلىَ‏ جُنُوبِهِمْ وَ یَتَفَکَّرُونَ فىِ خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَاذَا بَاطِلًا سُبْحَانَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ".

[10]. (Qs. Al-A’raf [7]:28)

"وَ إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً قالُوا وَجَدْنا عَلَیْها آباءَنا وَ اللَّهُ أَمَرَنا بِها قُلْ إِنَّ اللَّهَ لا یَأْمُرُ بِالْفَحْشاءِ أَ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ ما لا تَعْلَمُون‏".

[11]. Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizan, jil. 5, hal. 114.  

[12]. Ibid, hal. 113.

[13]. (Qs. Yusuf [12]:108)  

"قُلْ هذِهِ سَبیلی‏ أَدْعُوا إِلَى اللهِ عَلى‏ بَصیرَةٍ أَنَا وَ مَنِ اتَّبَعَنی‏ وَ سُبْحانَ اللهِ وَما أَنَا مِنَ الْمُشْرِکینَ

أَفَلَمْ یَسیرُوا فِی الْأَرْضِ فَیَنْظُرُوا کَیْفَ کانَ عاقِبَةُ الَّذینَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَدارُ الْآخِرَةِ خَیْرٌ لِلَّذینَ اتَّقَوْا أَفَلا تَعْقِلُونَ".

[14]. Mustafa Husaini Dasyti, Ma’arif wa Ma’arif (Dairat al-Ma’arif Jami’ al-Islami), jil. 5, hal. 412.

[15]. Ibid.  

[16]. (Qs. Al-Ra’ad [13]:19-22)

"إِنمَّا یَتَذَکَّرُ أُوْلُواْ الْأَلْبَابِالَّذِینَ یُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَ لَا یَنقُضُونَ الْمِیثَاقَوَ الَّذِینَ یَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن یُوصَلَ وَ یخَشَوْنَ رَبهَّمْ وَ یخَافُونَ سُوءَ الحْسَابِوَ الَّذِینَ صَبرَواْ ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبهِّمْ وَ أَقَامُواْ الصَّلَوةَ وَ أَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَ عَلَانِیَة".

[17]. Silahkan lihat, Pertanyaan No. 899 (Site: 987), Indeks: Islam dan Rasionalitas.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...