Please Wait
33290
Faktor-faktor kelalaian senantiasa ada pada seluruh tingkatan usia manusia. Biasanya kita tidak dapat mencerabut akar kelalaian ini secara sempurna pada satu tingkatan usia tertentu. Boleh jadi Anda dapat mencari pertolongan kepada al-Qur’an dan ajaran-ajaran mulianya untuk berjuang di jalan ini. Dengan mengamalkan seluruh instruksi al-Qur’an Anda pasti dapat terlepas dari kelalaian yang mengepung Anda. Apabila Anda bersungguh-sungguh usaha dalam masalah ini maka tentu saja Allah Swt akan segera menolong Anda.
Pertama-tama kami ucapkan selamat kepada Anda yang tengah meniti jalan konstruksi diri yang ujungnya adalah sampainya Anda kepada Tuhan dan tersingkirnya pelbagai rintangan yang menghalangi Anda. Dan yakinlah bahwa apabila Anda berkukuh dan bersikap istiqamah di jalan ini maka Anda akan menuai hasil yang baik sebagaimana Allah Swt berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. Al-Ankabut [29]:69)
Adapun sehubungan dengan pertanyaan Anda harus dikatakan bahwa apabila kita ingin mencari jalan keluar yaitu dengan mencerabut akar kelalaian dari dalam diri kita maka mungkin Anda tidak akan pernah berhasil melakukan hal itu. Karena kehendak takwini Ilahi adalah bahwa setan akan senantiasa bersama dan menyertai gerak langkah manusia di seluruh tingkatan usianya sebagaimana gerakan aliran darah dalam tubuh manusia.[1]
Atas dasar itu, setan senantiasa berupaya sehingga manusia terjerembab dalam kubangan kelalaian dan menjauh dari Allah Swt serta merintangi pelbagai jalan manusia untuk sampai kepada Allah Swt.
Akan tetapi aturan universal yang berlaku pada kehidupan manusia ini tidak boleh menyebabkan manusia putus asa dan harapan. Karena pada titik bersebelahan, kita memiliki Allah Swt yang Mahapengasih yang bagaimanapun alasannya akan senantiasa menyeret dan menggiring kita untuk mendekat kepada-Nya dan kita yakin bahwa apabila kita sedikit berusaha dan berpeluh, maka makar dan tipu daya setan tidak akan berpengaruh di hadapan kehendak Ilahi.[2]
Allah Swt sangat dekat kepada para hamba-Nya dan menjawab permohonan mereka.[3] Akan mengampuni seluruh dosa-dosa mereka[4] dan terkadang dengan segala kepengasihan dan ketika hamba bertaubat, Allah Swt akan mencatatkan ganjaran bagi para hamba dalam catatan amalan mereka sebagai ganti dosa-dosa yang telah dilakukannya.[5]
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa apabila seorang hamba berniat melakukan sebuah dosa namun ia urung mengerjakannya maka Allah Swt tidak akan menuliskan baginya apa pun dan bahkan apabila si hamba mengerjakan dosa tersebut maka hanya dituliskan baginya satu dosa semata. Apabila ia berniat melalukan satu amalan kebaikan namun ia tidak berhasil menunaikannya maka Allah Swt akan menuliskan ganjaran baginya dalam catatan amalannya dan apabila ia berhasil menunaikan amalan tersebut maka Allah Swt akan menuliskan sepuluh ganjaran kebaikan baginya. Apabila setelah si hamba mengerjakan dosa kemudian memohon ampunan dari-Nya maka Allah Swt akan mengampunkan dosa orang tersebut. Dalam pada itu, kesempatan taubat tetap tersedia hingga sakratul maut datang menjemput.[6]
Maksud kami menjelaskan masalah ini adalah bahwa sekali waktu pun kita tidak boleh berputus asa karena hanya orang-orang kafir dan tersesat yang putus asa dari rahmat Allah Swt.[7] Demikian juga harap dicamkan baik-baik bahwa salah satu jalan was-was setan adalah melumpuhkan semangat manusia untuk memperbaiki diri dengan bisikan macam-macam misalnya jalan untuk memperbaiki diri sangat susah dan akan membuat ia kepayahan. Bisikan setan lainnya misalnya ia mewas-wasi Anda bawha Anda tidak memiliki kemampuan untuk melaluinya! Jalan memperbaiki diri memerlukan para guru yang berpengalaman dan Anda tidak memiliki jalur untuk berhubungan dengan mereka! Atau mempertanyakan manfaat dari perbaikan diri ini apa selain membuat pikiran-pikiran kita sibuk dan menahan diri Anda untuk mencapai kemajuan di bidang-bidang lainnya? Dan seratus was-was lainnya.
Harap diperhatikan bahwa usaha untuk memperbaiki diri secara spiritual harus dijalankan sedemikian sehingga tidak menyimpangkan manusia dari jalur kebiasaan normal kesehariannya yang berpotensi menyebabkan munculnya was-was dan menjadi obyek was-was setan jin dan manusia. Anda boleh menjadi orang yang berhasil di dunia dan pada saat yang sama mengumpulkan bekal akhirat dengan perbuatan baik dan berharap kepada rahmat Ilahi, karena apa yang melalaikan manusia bukanlah kehidupan yang baik dan tidak layak di dunia ini melainkan mencukupkan diri semata-mata dengan kehidupan dunia dan tidak meyakini kehidupan ukhrawi.
Dalam hal ini kita membaca dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. tempat mereka itu ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Qs. Yunus [10]:7-8) Dengan memperhatikan apa yang telah diuraikan di atas bahwa kita harus senantiasa berjuang pada seluruh usia kita dan mengusung perlawanan melawan setan sehingga kita bisa sampai kepada haribaan rahmat Ilahi.
Berikut ini beberapa poin yang bermanfaat yang mengawal Anda dalam perjuangan ini yang akan kami sampaikan secara ringkas:
1. Membaca dan memikirkan ayat-ayat al-Qur’an:
Sebagaimana kita ketahui bahwa al-Qur’an merupakan sebuah kitab yang dengan mengulang-ngulang dan memikirkan kandungan-kandungannya manusia dapat berjuang melawan beberapa faktor yang membuat manusia lalai sebagaimana dalam banyak hal kitab suci ini disebut sebagai dzikir[8] yang makna niscayanya adalah jauh dari kelalaian. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, apabila seseorang pada setiap malam membaca sepuluh ayat (dengan tadabbur) maka ia tidak akan tergolong sebagai orang yang lalai.[9] Imam Shadiq As bersabda, “Al-Qur’an adalah catatan ikrar janji Tuhan dengan para hamba-Nya dan layak kiranya setiap hamba Muslim memikirkan catatan ikrarnya dan setiap harinya membaca lima puluh ayat dari al-Qur’an.[10] Dengan membaca al-Qur’an secara berketerusan dan memikirkan ayat-ayatnya maka Anda akan memahami bahwa dalam perjuangan berat ini Anda tidak sendiri. Al-Qur’an akan senantiasa ada di samping Anda dan siap menemani Anda setiap saat. Jelas bahwa dalam masalah ini, bacaan yang bermanfaat adalah bacaan yang senantiasa disertai dengan tadabbur. Kalau tidak demikian hanya membaca al-Qur’an tanpa mencermati kandungan-kandungan tingginya, kendati boleh jadi orang yang membacanya akan memperoleh ganjaran bacaannya,[11] namun tidak dapat memanfaatkan al-Qur’an secara maksimal.
2. Berjuang melawan Cinta Dunia:[12]
Dunia yang membuat manusia tertawan dengan cintanya akan menyebabkan kelalaian bagi manusia. Dunia tidak bermakna pemanfaatan pelbagai anugerah Ilahi dan kehadiran aktif di tengah masyarakat, karena Allah Swt memandang boleh pemanfaatan seperti ini sebagaimana yang diungkapkan pada banyak ayat al-Qur’an bahkan mendapatkan motivasi dari ayat-ayat tersebut.[13] Dengan ungkapan lain, dapat dikatakan bahwa mencintai dunia tidak bermasalah. Yang bermasalah adalah menjadi hamba dunia yang akan membuat manusia lalai mengingat Tuhan dan hari akhirat. Dalam al-Qur’an kita membaca, “Maka orang yang melampaui batas. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia. Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (Qs. Al-Naziat [79]:37-39) Imam Shadiq As bersabda dalam masalah ini bahwa mencintai dunia (secara berlebihan) merupakan akar seluruh dosa.”[14] Dan hal ini dengan mencermati dosa-dosa yang kita lakukan sehari-hari akan menjadi jelas. Karena seluruh dosa-dosa tersebut sedemikian sebenarnya kembali kepada hasrat cinta dunia kita misalnya mencakup mencintai harta, kedudukan, popularitas dan sampai kepada pelbagai kelezatan dunia yang tidak seberapa nilainya. Kecintaan manusia kepada dunia adalah bersumber dari sikap manusia yang tidak yakin terhadap janji-janji Tuhan tentang hari Kiamat dan hari akhirat.
3. Senantiasa Memandang Tuhan Hadir dan Menyaksikan seluruh Perbuatan kita:
Dalam al-Qur’an kita membaca bahwa setiap orang yang merupakan orang bertakwa dan berperang melawan hawa nafsunya maka tentu saja surga akan menjadi tempat kembalinya. Allah Swt berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (Qs. Al-Naziat [79]:41-42) Imam Shadiq As dalam menafsirkan ayat ini bersabda, “Barang siapa mengetahui bahwa Allah Swt melihatnya dan mendengar ucapannya serta mengetahui perbuatannya baik dan buruk. Dan pengetahuan orang ini tidak menjerumuskannya sehingga mengerjakan perbuatan-perbuatan buruk maka orang tersebut mungkin saja menjadi salah satu obyek dari ayat ini.[15]
Al-Qur’an dalam mendeskripsikan orang-orang bertakwa (muttaqin) menyatakan, “Sesungguhnya bila orang-orang yang bertakwa ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Qs. Al-A’raf [7]:201) Imam Shadiq As menafsirkan ayat ini sedemikian bahwa ayat ini terkait dengan seseorang yang memutuskan untuk melakukan sebuah perbuatan maksiat namun karena mengingat Tuhan ia mengurungkan niatnya.[16] Demikian juga Anda saksikan boleh jadi manusia yang beriman terjangkiti penyakit was-was setan dalam beberapa masa tertentu namun segera dengan mengingat Tuhan maka ia dapat melepaskan diri jeratan dan perangkap setan. Mengingat Allah Swt (dzikir) merupakan faktor berpengaruh dalam proses peningkatan spiritual manusia dan seluruh dzikir dan wirid yang disebutkan dalam kitab-kitab riwayat, meski boleh jadi masing-masing memiliki pengaruh tersendiri-sendiri namun pada akhirnya kesemua ini bermanfaat bagi mereka untuk mengingat Allah Swt.
Atas dasar ini, sebagaimana Anda sendiri telah sampai pada satu kesimpulan yang benar tidak mesti harus mencari dzikir khusus dan menantikan mukjizat dari dzikir semacam itu, melainkan Anda harus tetap berusaha dengan setiap dzikir yang bersumber dari riwayat untuk mengingat Allah Swt. Dan sesuai dengan sabda Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As dalam doa Kumail, seluruh perbuatan dan dzikir anda berada dalam satu lingkup sistemik dan menyebabkan Anda senantiasa berada dalam rel penghambaan kepada Allah Swt.[17]
4. Sadar terhadap Pelbagai Perangkap Setan:
Salah satu dalil kelalaian kita adalah karena kita tidak yakin atau melupakan bahwa kita memiliki seorang musuh yang bernama setan yang telah bersumpah untuk menyesatkan manusia.[18] Dan sesuai dengan sabda Imam Shadiq As, “Apabila kita yakin bahwa kita memiliki seorang musuh yang bernama setan lantas apa yang menjadi alasan kelalaian kita?[19] Dalam sebuah pertarungan apabila seorang pasukan yakin terhadap adanya musuh dan telah memproklamirkan untuk menyerangnya maka sekali-kali ia tidak akan tertidur pulas dan melalaikan musuhnya yang sewaktu-waktu datang menyerangnya!
5. Hal lainnya yang telah Anda singgung sendiri yaitu mengerjakan apa yang diketahui dan hal itu tidak bermakna bahwa Anda telah mencukupkan diri dengan ilmu Anda dan tidak lagi meng-upgrade pengetahuan Anda. Hal ini bermakna bahwa dari satu sisi, sesuai dengan kemampuan Anda sendiri menjaga ketakwaan Ilahi[20] dan dari sisi lain apabila Anda mengamalkan pengetahuan Anda, Allah Swt (karena lurus dan tulusnya perbuatan Anda) akan menutup mata terhadap segala apa saja yang tidak Anda ketahui (yang tidak bersumber dari sikap menggampangkan).[21]
6. Sehubungan dengan Anda tidak dapat mengakses guru-guru akhlak juga demikian sebagaiamana yang telah dijelaskan. Dengan memikirkan ayat-ayat al-Qur’an yang merupakan kitab dzikir dan melenyapkan kelalaian serta senantiasa dapat diakses maka Anda hingga pada batasan tertentu dapat memenuhi kekosongan guru-guru akhlak khususnya dengan memperhatikan latar belakang pendidikan Anda yang tentu saja lebih banyak mengenal konsep-konsep al-Qur’an demikian juga bahasa Arab yang apabila diperlukan Anda dapat memanfaatkan kitab-kitab tafsir dan riwayat. Di samping itu, apabila manusia dengan pandangan ibrah (mengambil pelajaran) mengamati di sekelilingnya, maka ia akan menemukan hal-hal yang memadai untuk dijadikan sebagai penasihat dan sesuai dengan sabda Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As bahwa memikirkan tentang kesementaraan di dunia dan kepastian kematian dengan sendirinya telah memadai untuk dijadikan sebagai nasihat.[22]
Namun tentu saja hal ini tidak bermakna bahwa Anda tidal lagi perlu berpartisipasi dalam majelis-majelis ilmu dan akhlak melainkan sesuai dengan sabda Imam Sajjad As dalam doa Abu Hamzah Tsumali, menjauh dari majelis-majelis ilmu akan mendegradasi derajat manusia di sisi Allah Swt.[23] Namun dengan mencermati bahwa bahkan dengan adanya akses kepada guru-guru akhlak maka tidak terdapat kemungkinan sebagamaina kita ikut serta dalam majelis-majelis ilmu siang dan malam. Dari satu sisi, kita harus senantiasa sigap supaya tidak terpuruk dalam jurang kelalaian. Dalam masalah ini terdapat anjuran untuk memanfaatkan ilmu yang kita miliki. Jawaban No. 624 yang terdapat pada site ini juga mengandung poin-poin berharga untuk ditelaah. Demikian juga Anda dapat merujuk pada pertanyaan-pertanyaan 860 dan 2133 untuk menelaah beberapa tips supaya tidak terjurumus dalam perbuatan dosa dan faktor-faktor yang membuat manusia diampunkan dari dosa-dosa.
Akhir kata, kami berharap semoga Anda berhasil dalam masalah ini meski usaha Anda di jalan ini merupakan kesuksesan itu sendiri yang kebanyakan orang tidak memiliki usaha dalam hal ini. [IQuest]
[1]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 60, hal. 268, Hadis 154, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1404 H.
[2]. “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan tagut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (Qs. Al-Nisa [4]:76)
[3]. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Oleh karena itu, hendaknya mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada di atas jalan petunjuk.” (Qs. Al-Baqarah [2]:186)
[4]. “Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Zumar [39]:53)
[5]. “Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka Allah akan mengganti kejahatan mereka dengan kebaikan, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Furqan [25]:70)
[6]. Bihâr al-Anwâr, jil. 6, hal. 18, sesuai nukilan dari al-Kâfi.
[7]. “Hai anak-anakku, pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf [12]:87); “Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.” (Qs. Al-Hijr [15]:56)
[8]. “Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu melalui perantara seorang laki-laki dari golonganmu agar ia memberi peringatan kepadamu, supaya kamu bertakwa, dan agar kamu mendapat rahmat?” Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu melalui perantara seorang laki-laki dari kalangan dirimu agar ia memberi peringatan kepadamu?” (Qs. Al-A’raf [7]:63 dan 69); “Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka terhadap seruanmu ini, itu tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.” (Qs. Yusuf [12]:104); “Dan Al-Qur’an ini adalah suatu kitab peringatan yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapa kamu mengingkarinya?” (Qs. Al-Anbiya [21]:50); “Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan dan kitab yang memberi penjelasan.” (Qs. Yasin [36]:69); “Ini adalah sebuah peringatan. Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. (Qs. Shad [38]:49 dan 87); “Sedangkan Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat.” (Qs. Al-Qalam [68]:52); “Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.” (Qs. Al-Takwir [81]:27); Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-dzikra (Al-Qur’an).” (Qs. Al-Hijr [15]:9)
[9]. Syaikh Hurr al-Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 6, hal. 201, Riwayat 7731, Muassasah Ali al-Bait, Qum, 1409 H.
[10]. Ibid, jil. 6, hal. 198, Riwayat 7721.
[11]. Karena dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa memandang al-Qur’an juga tergolong sebagai ibadah.
[12]. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa dengan memikirkan ayat-ayat al-Qur’an Anda dapat melenyapkan ruang-ruang kelalaian dan hal ini serta hal-hal selanjutnya adalah hal-hal yang merupakan ajaran-ajaran al-Qur’an bahkan sebagian poin yang diadopsi dari al-Qur’an.
[13]. “Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Qs. Al-Mulk [67]:15); Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah.” (Qs. Al-Baqarah [2]:168 & 172); “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu.” (Qs. Al-Maidah [5]:88); “Dan Dia-lah yang menciptakan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma dan tanam-tanaman yang bermacam-macam rasa dan buahnya, serta zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya. Dan (Dia-lah) yang menciptakan binatang pengangkut dan binatang bertubuh kecil (untuk keperluan lain) di antara binatang ternak itu. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu.” (Qs. Al-An’am [6]:141 – 142); Hai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.” (Qs. Al-A’raf [7]:31); “Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.” (Qs. Thaha [20]:81); “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.” (Qs. Al-Mukminun [23]:51)
[14]. Wasâil al-Syiah, jil. 16, hal. 8, Riwayat 20821.
[15]. Ibid, jil. 15, hal. 219, Riwayat 20321.
[16]. Ibid, jil. 15, hal. 257, Riwayat 20441.
[17]. Misbâh al-Mujtahid, hal. 849, Muassaah Fiqh al-Syiah, Beirut, 1411.
حتی تکون اعمالی و اورادی کلها وردا واحدا و حالی فی خدمتک سرمدا
[18]. “Iblis berkata, “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menghiasi (seluruh kenikmatan duniawi) di muka bumi (sehingga indah menawan dalam pandangan) mereka, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Qs. Al-Hijr [15]:39); “Iblis menjawab, “Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (Qs. Shad [38]:82)
[19]. Bihâr al-Anwâr, jil. 70, hal. 157.
[20]. “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu, dengarkan, taatlah, dan berinfaklah; karena yang demikian itu lebih baik bagimu.” (Qs. Al-Taghabun [64]:16)
[21]. Wasâil al-Syiah, jil. 27, hal. 164, Riwayat 33498.
[22]. Ibid, jil. 2, hal. 436, Riwayat 2576.