Advanced Search
Hits
8777
Tanggal Dimuat: 2011/07/12
Ringkasan Pertanyaan
Tolong Anda sebutkan sirah akhlak Imam Sajjad As?
Pertanyaan
Bagaimaan sirah akhlak Imam Sajjad As sebelum dan sesudah masa imamah khususunya pasca tragedi Karbala?
Jawaban Global

Pemimpin Keempat adalah seorang manusia sempurna dan terpilih. Beliau adalah seseorang yang telah mencapai puncak kesempurnaan dari segala dimensi moral, ritual, keilmuan. Imam Sajjad As merupakan jelmaan al-Qur’an dan Rasulullah Saw.

Pada masa kelam pemerintahan Bani Umayya dimana nilai-nilai kemanusiaan dan keutamaan dilupakan, Imam Sajjad laksana surya terang bersinar dan keberadaannya sebagai penghimpun seluruh keutamaan dan nilai-nilai yang telah dilupakan itu.

Pada kesempatan ini, pelbagai jelmaan dan contoh keutamaan, sirah dan kemuliaan akhlak Imam Sajjad yang menjelma menjadi teladan tanpa tanding bagi umat manusia, akan kami ilustrasikan sebagaimana berikut:

1.     Imam Sajjad teramat banyak melakukan ibadah dan doa di haribaan Tuhan sedemikian sehingga beliau digelari sebagai penghulu keindahan para abid (sayyid al-‘abidin, zain al-abidin) dan orang yang banyak melakukan sujud (sajjad).

2.     Memaafkan dan membalas kejahatan dengan kebaikan adalah salah satu keutamaan Imam Sajjad As.

3.     Menderma kepada orang-orang yang membutuhkan dan mengurus masalah-masalah mereka merupakan karakter utama seluruh Imam Maksum As dan termasuk salah satu keutamaan Imam Sajjad As.

4.     Imam Keempat sebagaimana para Imam Maksum As lainnya, berani, prawira dan anti kezaliman. Sikapnya yang keras dan tuturannya yang pedas di hadapan para penguasa zalim seperti Ubaidillah, Yazid dan Abdul Malik merupakan sebaik-baik bukti kekuatan mental dan keprawiraan Imam Sajjad pada peristiwa pasca tragedi Karbala dan pada masa imamah beliau.

Kesimpulan sirah akhlak, keutamaan dan kemuliaah Ahlulbait As adalah sirah dan keutamaan paling sempurna dan keutamaan akhlak dan tidak terbatas pada satu masa atau tingkatan kehidupan beliau. Keutamaan dan kesempurnaan ini senantiasa mengalir pada detik detik kehidupan beliau. Hanya saja mental dan kesempurnaan ini bergantung pada situasi dan kondisi ruang dan waktu dan berbeda-beda di hadapan setiap orang dan setiap peristiwa.

Jawaban Detil

Imam Keempat adalah seorang manusia sempurna dan terpilih. Beliau adalah seseorang yang telah mencapai puncak kesempurnaan dari segala dimensi moral, ritual, keilmuan. Imam Sajjad As merupakan jelmaan al-Qur’an dan Rasulullah Saw. Pada masa kelam pemerintahan Bani Umayya nilai-nilai kemanusiaan dan keutamaan dilupakan. Alih-alih masyarakat menyaksikan kehidupan zuhud, hidup sederhana, rendah-hati (tawadhu), cinta sesama, bersikap lembut, dan mematuhi pemimpin mereka sebagai khalifah Rasulullah Saw, mereka justru menjadi saksi atas cinta dunia, aristokrasi, hidup bermegah-megahan, individualisme, takabbur. Imam Sajjad laksana surya terang bersinar dan keberadaannya menjelma sebagai penghimpun seluruh keutamaan dan nilai-nilai yang telah dilupakan itu; sedemikian sehingga kawan dan lawan menyampaikan pujian terhadap perilakunya.[1]

Muhammad bin Thalha Syafi’i menulis, “Ia adalah keindahan para abid, imam orang-orang zuhud, pemimpin orang-orang bertakwa dan imam orang-orang beriman. Sirahnya menjadi saksi bahwa ia adalah putra saleh Rasulullah Saw dan raut wajahnya melukiskan kedudukannya di sisi Allah Swt..”[2]

Pada kesempatan ini, kami akan ilustrasikan pelbagai manifestasi dan contoh keutamaan, sirah dan kemuliaan akhlak Imam Sajjad yang menjelma menjadi teladan tiada tara, tanpa tanding dan paling sempurna bagi umat manusia sebagaimana berikut:

1.     Ibadah dan munajat Imam Sajjad di hadapan Allah Swt sedemikian banyak sehingga beliau mendapat julukan dan gelar sebagai keindahan para abid (sayid al-‘Âbidin, zain al-‘Âbidin) dan orang yang sangat banyak melakukan sujud (sajjâd). Imam Ali bin Husain As sedemikian meletakkan keningnya di atas tanah sehingga anggota-anggota sujud ayahku memiliki bekas-bekas yang sangat menonjol. Ia selalu memotongnya sebanyak dua kali dalam setahun. Pada setiap kalinya, ia memotong sebanyak lima potong. Oleh karena itu, ia diberi julukan Dzuts Tsafanât (Orang yang memiliki kantung-kantung).[3] Imam Sajjad As tatkala berwudhu raut wajahnya berubah menjadi pucat. Beliau ditanya mengapa demikian? Beliau menjawab, “Apakah engkau tahu di hadapan siapa gerangan aku berdiri?[4]

Sekaitan dengan mengapa ayahnya Ali Zainul Abidin digelari al-Sajjad (Orang Yang Banyak Bersujud), Imam Baqir As berkata, “Ali bin Husain tidak mengingat sebuah nikmat Allah „Azza Wajalla kecuali ia melakukan sujud. Ia tidak membaca ayat kitab Allah „Azza Wajalla yang mengandung ayat sajdah kecuali ia melakukan sujud. Allah tidak menyelamatkannya dari kejelekan yang dikhawatirkannya kecuali ia melakukan sujud. Ketika usai mengerjakan salat wajib, ia melakukan sujud. Bekas-bekas sujud terdapat pada seluruh anggota sujudnya. Oleh karena itu, ia diberi gelar al-Sajjâd.[5]

2.     Gemar memaafkan. Membalas perlakuan buruk dengan kebaikan adalah salah satu karakter utama Imam Sajjad As. Imam Ali bin Husain Zain al-Abidin menyebutkan kebaikan sifat utama ini, “Aku tidak mereguk air lebih menyegarkan daripada memendam amarah kepada orang lain.” “Memendam amarah merupakan air yang paling menyegarkan bagiku.”[6]

Suatu hari, seorang dari keturunan Bani Hasyim berlaku kurang ajar kepada Imam Sajjad As. Imam Sajjad As tidak berkata sepatah kata pun. Setelah orang itu pulang, Imam Sajjad As berkata kepada orang-orang yang hadir di tempat itu, “Apakah kalian mendengar apa yang disampaikan orang itu? Saya ingin kalian pergi bersamaku ke orang itu dan mendengarkan jawabanku.”

Imam Sajjad As melangkah menuju tempat orang ini dan membaca ayat ini, “(yaitu) orang-orang yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”[7]

Imam Sajjad As tiba di rumah orang itu. Orang itu menyangka bahwa beliau datang untuk menuntut balas atas ucapan yang ia sampaikan karena itu ia keluar rumah untuk mendengarkan jawaban dan berkonfrontasi dengannya. Imam Sajjad As bersabda kepadanya, “Wahai saudaraku! Beberapa menit yang lalu engkau datang kepadaku dan menyampaikan perkataaan (yang tidak benar); Semoga Allah Swt mengampuni sekiranya apa yang engkau sampaikan itu terdapat pada diriku. Dan memohon ampunan bagimu sekiranya apa yang engkau sampaikan itu tidak terdapat pada diriku.”

Mendapatkan reaksi Imam Sajjad As seperti ini, orang itu merasa malu kepadanya dan mengecup keningnya lalu berkata, “Apa yang aku katakan tidak terdapat pada diri Anda dan ketahuilah aku sebenarnya yang lebih tepat atas perkataan itu.”[8]

3.     Menderma kepada orang-orang yang membutuhkan dan mengurus masalah-masalah mereka merupakan karakter utama seluruh Imam Maksum As. Teramat banyak contoh dari karakter utama ini pada kehidupan masing-masing setiap Imam Maksum As.

Imam Sajjad As banyak menyantuni keluarga-keluarga miskin.[9] Setiap malam, tanpa dikenali, beliau pergi ke rumah-rumah mereka dengan sekantung karung yang berisikan roti, korma dan lain sebagainya. Selama masa hidupnya tiada seorang pun yang mengetahui bahwa siapa gerangan orang yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Setelah kesyahidan (syahâdah) Imam Sajjad As mereka memahami bahwa orang yang tidak dikenali itu adalah Ali bin Husain As (Imam Sajjad As).[10]

Imam Keempat As tidak memakan makanan kecuali ia mendermakan semisal dengannya. Beliau bersabda, “Kamu sekali-kali tidak akan menggapai kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.” (Qs. Ali Imran [3]:92)[11]

Metode Imam Zain al-Abidin dalam memberikan infak dan sedekah adalah sebelum menyerahkan sedekah tersebut kepada orang-orang membutuhkan beliau mencium sedekahan tersebut. Tatkala beliau ditanya alasanyna, Imam Sajjad As bersabda, “Aku tidak mencium tangan peminta-minta namun aku mencium tangan Tuhanku. Sedekah sampai ke tangan Tuhan sebelum ia sampai ke tangan orang yang membutuhkan.”[12]

Cara lainnya Imam Sajjad dalam bersedekah adalah beliau menyerahkanyna secara diam-diam. Imam Sajjad As bersabda, “Sedekah secara diam-diam akan memadamkan murka Tuhan.”[13]

 

4.     Imam Keempat sebagaimana para Imam Maksum lainnya adalah pemberani, prawira dan anti kezaliman. Sikapnya yang keras dan tuturannya yang pedas di hadapan para penguasa zalim seperti Ubaidillah, Yazid dan Abdul Malik merupakan sebaik-baik bukti kekuatan mental dan keprawiraan Imam Sajjad pada peristiwa pasca tragedi Karbala dan pada masa imamah beliau. Di hadapan Ubaidillah yang mengancam membunuhnya, Imam Sajjad As bersabda, “Apakah engkau mengancam untuk membunuhku?” Tidakkah engkau tahu bahwa terbunuh (di jalan Allah) adalah kebiasaan kami dan kesyahidan adalah kemuliaan kami.”[14]

Imam Sajjad As berkata di hadapan Yazid, “Wahai Putra Muawiyah, Hind dan Sakhr! Engkau tahu bahwa datukku Ali bin Abi Thalib As adalah pemegang panji Islam pada hari Badar, Uhud dan Ahzab; namun ayah dan datukmu adalah pemegang panji orang-orang kafir.”[15]

Di hadapan Abdul Malik yang meminta Imam Sajjad As menghadap dan berkata, “Aku bukanlah pembunuh ayahmu. Lantas mengapa engkau tidak datang kepada kami?” Imam Sajjad berkata, “Meski pembunuh ayahku telah mati namun ia telah merusak akhiratnya dengan kejahatan ini; silahkan apabila engkau juga suka seperti dia!”[16]

Bersikap tegas dan berkata-kata pedas seperti ini di hadapan para penguasa zalim dan jahat seperti ini di istana dan wilayah kekuasaan mereka memerlukan keberanian ekstra.

Di samping khutbah membakar Imam Sajjad As di istana Yazid yang mengungkap pelbagai kejahatan, kezaliman dan kerusakan Dinasti Bani Umayyah dan khususnya Yazid juga menunjukkan puncak keberanian mental dan keprawiraan Imam Sajjad As.

 

Kesimpulan sirah akhlak, keutamaan dan kemuliaah Ahlulbait As adalah sirah dan keutamaan paling sempurna dan keutamaan akhlak dan tidak terbatas pada satu masa atau tingkatan kehidupan beliau. Keutamaan dan kesempurnaan ini senantiasa mengalir pada detik detik kehidupan beliau. Hanya saja mental dan kesempurnaan ini bergantung pada situasi dan kondisi ruang dan waktu dan berbeda-beda di hadapan setiap orang dan setiap peristiwa.

Terkadang di hadapan orang-orang lemah, susah dan miskin masyarakat beliau bersikap “walkazhimina al-ghaizh wa al-‘afina ‘an al-nas” (orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang) dan berderma, mencintai dan memaafkan memenuhi seluruh kehidupannya, dan terkadang di hadapan orang-orang zalim dan penguasa jahat Imam Sajjad adalah orang yang paling berani, prawira dan paling tegas dalam rangka menyuarakan hak orang-orang yang dianiaya dari para penganiaya. [IQuest]



[1]. Ali Rafi’i, Târikh Islâm dar Ashr-e Imâmat Imâm Sajjâd As wa Imâm Bâqir As, hal-hal 17-21. Markaz-e Tahqiqat-e Islami, 76.

[2]. Muhammad bin Thalha Syafi’I, Mathâlib al-Su’ûl, hal. 77. Diadaptasi dari Ali Rafi’i, Târikh Islâm dar Ashr-e Imâmat Imâm Sajjâd As wa Imâm Bâqir As.

[3]. Syaikh Shaduq, ‘Ilal al-Syarâ’i, jil. 1, hal. 233, Software Jâmi’ al-Ahâdits.

[4]. Ibid, hal. 232, Software Jâmi’ al-Ahâdits.

[5]. Ibid, hal. 233, Software Jami’ al-Ahadits.

[6]. Ushûl al-Kâfi, jil. 2, hal. 109. Software Jami’ al-Ahadits.

ما تَجَرَّعْتُ جُرْعَةً اَحَبَّ اِلَىَّ مِنْ جُرْعَةِ غَیْظٍ لا اُکافى بِها صاحِبَها.

[7]. (Qs. Ali Imran [3]:134)

الَّذینَ یُنْفِقُونَ فِی السَّرَّاءِ وَ الضَّرَّاءِ وَ الْکاظِمینَ الْغَیْظَ وَ الْعافینَ عَنِ النَّاسِ وَ اللهُ یُحِبُّ الْمُحْسِنینَ

[8]. Syaikh Mufid, al-Irsyâd, jil. 2, hal. 146.

[9]. Dalam sebuah riwayat yang dinukil dari Imam Baqir As disebutkan bahwa terdapat sejumlah besar keluarga yang ditanggung biaya hidupnya oleh Imam Sajjad As. Silahkan lihat, Manâqib Ibnu Syahr Asyub, jil. 4, hal. 154. Software Jâmi’ al-Ahâdits.

[10]. Syaikh Mufid, al-Irsyad, jil. 2, hal. 146. Diadaptasi dari Ali Rafi’i, Târikh Islâm dar Ashr-e Imâmat Imâm Sajjâd As wa Imâm Bâqir As.

[11]. Allamah Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 46, hal. 89. Software Jâmi’ al-Ahâdits.   (Qs. Ali Imran [3]:92)

لَنْ تَنالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَ ما تُنْفِقُوا مِنْ شَیْ‏ءٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلیمٌ

[12]. Ibid, hal. 74. Software Jâmi’ al-Ahâdits.

[13]. Ibid, hal. 88. Software Jâmi’ al-Ahâdits.

[14]. A’yân al-Syiah, jil. 1, hal. 633.

اءبـِالْقـَتْلِ تُهَدِّدُنى؟ اَما عَلِمْتَ اَنَّ الْقَتْلَ لَنا عادَةٌ وَ کَرامَتُنا الشَّهادَةُ

15]. Ibid.

[16]. Bihar al-Anwar, jil. 46, hal. 121. Software Jâmi’ al-Ahâdits.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261177 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246303 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230086 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214952 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176281 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171592 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168080 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158120 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140918 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134022 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...