Advanced Search
Hits
11562
Tanggal Dimuat: 2011/04/19
Ringkasan Pertanyaan
Mengapa Syiah berusaha menampakkan bahwa para sahabat Rasulullah Saw itu adalah orang munafik sementara ayat-ayat surah al-Munafiqun tidak berbicara tentang para sahabat?
Pertanyaan
Mengapa Syiah berusaha mencampur aduk antara ayat-ayat yang berkenaan dengan para sahabat Rasulullah Saw dan ayat-ayat tentang orang-orang munafik? Syiah berkata bahwa orang-orang munafik termasuk para sahabat Rasulullah Saw sementara seluruh sahabat diseru dengan seruan “Wahai orang-orang beriman.” Orang-orang munafik pada tahun-tahun pertama dan kedua dikenal dalam Islam dan ayat-ayat yang turun setelahnya menyokong seluruh Muhajirin dan Anshar.
Jawaban Global

Terdapat klaim dari sebagian orang bahwa Syiah memandang enteng kedudukan para sahabat. Padahal klaim tersebut tidak lain kecuali tuduhan semata; karena Syiah mengikuti Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As memandang besar dan menghormati mayoritas sahabat. Syiah berpandangan bahwa kita tidak dapat memandang seluruh sahabat itu sebagai orang-orang yang adil karena, pertama, dengan merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an kita jumpai bahwa para sahabat memiliki derajat dan tingkatan yang berbeda-beda dan kita tidak dapat menghukumi bahwa mereka itu semua adalah orang-orang yang adil. Al-Qur’an secara tegas menyebutkan bahwa di antara para sahabat terdapat orang-orang pendusta (kaddzâbin), orang-orang munafik, para pendosa (ushat), berbantahan dengan Rasulullah Saw dalam urusan perang, berat hati untuk berperang (mutsaqilain), dan orang-orang yang mengingkari Rasulullah Saw.

Di samping itu, dokumen-dokumen sejarah melaporkan bahwa di antara para sahabat terdapat orang-orang yang melakukan zina sebagaimana Walid, Mughirah dan yang lainnya seperti kelompok Qâsitin (perang Jamal), Nâkitsin (perang Shiffin), dan Mâriqin (perang Nahrawan). Dari apa yang diuraikan menjadi jelas bahwa apa yang dinegasikan Syiah adalah terkait dengan keadilan seluruh sahabat bukan masalah kemunafikan dalam artian terminologis.

Dalam hal ini kami persilahkan Anda untuk merujuk pada jawaban-jawaban yang terdapat pada site ini No. 2929 (Site: 3188), No. 2799 (3502), No. 2800 (Site: 3553), No. 2809 (Site: 3815), No. 3023 (Site: 3422).

Anda juga mesti memperhatikan poin penting ini bahwa apa yang mengemuka dalam pertanyaan kemudian dijadikan sebagai pijakan argumentasi juga tidak dapat diterima; karena pertama Rasulullah Saw pada akhir-akhir hayatnya merasa takut terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Tentu saja rasa takut ini bukan kepada orang-orang kafir. Kedua, klaim yang dilontarkan bahwa orang-orang munafik telah dikenal semenjak awal-awal tahun kemunculan Islam juga kurang akurat lantaran terdapat ayat-ayat yang menunjukkan bahwa tedapat orang-orang munafik dari kalangan sahabat yang tidak dikenal bahkan setelah satu atau dua tahun kemunculan Islam.

Jawaban Detil

Meski telah berulang kali kami mengelaborasi pandangan Syiah terkait dengan masalah sahabat pada site ini. Namun pada pertanyaan di atas terdapat beberapa poin yang harus dikupas sebagai berikut:

1.    Klaim yang dilontarkan oleh sebagian orang bahwa Syiah memandang enteng dan kecil kedudukan sahabat adalah klaim yang tidak lain kecuali tuduhan semata; karena Syiah mengikuti Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As memandang besar dan menghormati para sahabat. Sebagai contoh, ada baiknya kita mencukupkan diri dengan sebuah sabda Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As yang menyatakan, “Aku telah melihat para sahabat Muhammad Saw, tetapi aku tak menemukan seseorang yang menyerupai mereka. Mereka mengawali hari dengan debu di rambut dan wajah (dalam kesukaran hidup) serta melewatkan malam dalam sujud dan berdiri dalam salat. Kadang-kadang mereka letakkan (sujudkan) dahi mereka, dan terkadang pipi mereka. Dengan ingatan akan kebangkitan, mereka nampak seakan berdiri di atas bara menyala. Nampak seakan di antara mata mereka ada tanda-tanda seperti lutut kambing, akibat sujud yang lama. Bilamana nama Allah disebutkan, air mata mereka mengalir deras hingga kerah baju mereka basah. Mereka gemetar karena takut akan hukuman dan harapan akan pahala, seperti pohon gemetar pada hari angin topan.”[1]

2.    Namun terkait dengan apa yang dijelaskan pada ayat-ayat al-Qur’an harus dikatakan bahwa: Allah Swt dalam al-Qur’an berfirman:

A.            Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah ada sekelompok orang yang keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.[2] Apakah ayat al-Qur’an ini tidak menengarai bahwa terdapat orang-orang munafik dari kalangan sahabat bahkan setelah setahun kemunculan Islam yang sebagian dari mereka telah dikenali?

B.            Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika ia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.[3]

C.            Dan mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu; padahal mereka bukanlah dari golonganmu. Tetapi mereka adalah kaum yang sangat penakut. [4]

D.            Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah untuk tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan perjanjian dengan Allah itu akan dimintai pertanggunganjawab.[5]

E.            Allah telah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang jujur dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?[6]

F.            Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka (di Mekah), “(Sementara ini), tahanlah tanganmu (dari berjihad), dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat!” (Tetapi mereka marah atas perintah ini). Setelah jihad diwajibkan kepada mereka (di Madinah), tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan ketakutan mereka lebih sangat dari itu. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan jihad kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berjihad ini) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.” [7]

G.            Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), (ketakutan meliputi diri mereka) seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat sendiri (sebab-sebab kematian itu). Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (kafilah dagang dan bala tentara Quraisy yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah untukmu, padahal Allah menghendaki untuk menguatkan kebenaran dengan kalimat-kalimat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir. agar Allah menetapkan yang hak dan membatalkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya.[8] Dari ayat ini kita jumpai sekelompok orang-orang beriman yang enggan menyertai Rasulullah Saw ke medan perang.

H.            Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Hai penduduk Yatsrib (Madinah), di sini bukanlah tempatmu (untuk bertinggal), maka kembalilah kamu.” Dan sebagian dari mereka minta izin kepada nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata, “Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).” Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanyalah hendak lari.[9]

I.              Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila kamu diseru, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah”, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu merasa puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.”[10] Padahal ayat-ayat ini menggunakan seruan “Wahai orang-orang beriman” dan kita ketahui bahwa Allah Swt mengancam orang-orang yang bersikap lemah untuk pergi berperang (karena alasan terik dan panas) dengan berfirman, Orang-orang yang membangkang (tidak ikut perang Tabuk) itu merasa gembira karena menentang (perintah) Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka berkata (kepada sesama mereka dan kepada orang-orang mukmin), “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah, “Api neraka Jahanam itu lebih sangat panas(nya)”, jika mereka mengetahui.[11]

J.             Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu. Karena itu, mereka selalu bimbang dalam keragu-raguan mereka. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu. Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal (anak-anak kecil, orang-orang tua, dan orang-orang yang sedang menderita penyakit) itu.” Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu. Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka. Maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka, “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal (anak-anak kecil, orang-orang tua, dan orang-orang yang sedang menderita penyakit) itu.”[12] 

 

Tidak diragukan bahwa pertama dan utama ayat-ayat ini berbicara tentang para sahabat Rasulullah Saw. Apakah dengan ayat-ayat ini kita dapat memandang seluruh sahabat itu adil dan berkata bahwa seseorang yang bertemu dengan Rasulullah Saw dalam hitungan semenit sekali pun maka ia adalah seorang yang adil? Sebenarnya pandangan ini dilontarkan oleh sebagian orang untuk menjustifikasi kezaliman dan kejahatan Bani Umayyah.

Dan karena itu kami berkata bahwa apabila kita merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an maka akan kita jumpai bahwa para sahabat memiliki tingkatan derajat yang berbeda-beda dan kita tidak dapat menghukumi bahwa mereka semuanya adalah orang adil; lantaran ayat-ayat secara lugas menyatakan bahwa di antara para sahabat Rasulullah Saw terdapat para pendusta, orang-orang munafik, para pendosa (ushat), berbantahan dengan Rasulullah Saw dalam urusan perang, orang-orang takut perang, orang-orang yang mengingkari Rasulullah Saw, berat hati untuk menyertai Rasulullah berperang dan lain sebagainya.[13]

Sebagaimana yang Anda amati pada sebagian ayat-ayat ini seruan yang digunakan adalah seruan “Wahai orang-orang yang beriman” artinya secara tegas dan keras mengarah kepada orang-orang beriman. Demikian juga menjadi maklum bahwa sesuai dengan ayat-ayat ini pengeksklusifan para sahabat Rasulullah Saw sebagai sahabat adil dan munafik tidak dapat dibenarkan; artinya apabila kita tidak memandang seorang sahabat sebagai seorang yang adil maka kita harus memandangnya sebagai orang munafik. Bahjka para sahabat bisa saja tergolong sebagai pendosa dan jelas bahwa semata-mata melakukan dosa seseorang tidak akan tergolong dalam barisan orang-orang munafik.

3.    Terdapat klaim bahwa pada tahun-tahun pertama kemunculan Islam kemunafikan telah sirna. Katanya sahabat-sahabat munafik telah dikenali padahal pertama: kemunafikan bukanlah sesuatu yang dapat sirna dan ia dapat ada hingga hari Kiamat. Kedua, bukankah Rasulullah Saw pada akhir-akhir hayatnya berulang kali mengungkapkan rasa takutnya dari orang-orang yang berada di sekelilinya? Pada teks-teks dalam literature-literatur Ahlusunnah terdapat nukilan riwayat bahwa tatkala ayat “balligh ma unzila ilaika” diwahyukan Rasulullah Saw bersabda, “Wahai Tuhanku! Aku hanya sendiri apa yang harus aku lakukan? AtU Mereka akan berkumpul melawanku.” Kemudian Ayat “wain lam taf’al fama ballaghta risalatahu” diturunkan.[14] Tentu saja takut dan gentar ini bukan takut dan gentar kepada orang-orang kafir; karena peristiwa al-Ghadir terjadi pada tahun kesepuluh Hijriah, dan ketika itu tidak terdapat orang kafir sehingga Rasulullah Saw bertugas untuk menyampaikan hukum Ilahi. Apabila banyak sahabat yang tulus ikhlas di sekeliling Rasulullah Saw, lantas mengapa beliau berkata lirih, “Innama ana wahidun, kaifa asn’a yajtami’u ‘ala al-nas.”[15]

4.    Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat seperti ayat ini, Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika ia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.[16]   sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa ayat-ayat ini dengan jelas menafikan keadilan seluruh sahabat dan menetapkan adanya kemungkinan kemurtadan sebagian orang.[17] 

5.    Saudara penanya lalai dari kenyataan sejarah; karena sejarah berkata bahwa di antara para sahabat terdapat orang-orang yang membunuh orang lain atau berzinah seperti Walid dan Mughirah[18] atau Qasithin, Nakitsin, dan Mariqin. Dan persis atas dasar ini Syafi’i berkata, “Syahadah empat orang tidak diterima. Keempat orang ini adalah Muawiyah, Amru bin Ash, Mughirah dan Ziyad.[19]

Bukti lain dari ucapan kami adalah bahwa sebagian dari sahabat ini sendiri, tidak memandang adil sebagian lainnya dan bahkan terkadang sesama mereka saling melemparkan tuduhan munafik kepada yang lain.[20] [IQuest]

 



[1]. Nahj al-Balâghah, hal. 144, Khutbah 97.

قَدْ رَأَیْتُ أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ ص فَمَا أَرَى أَحَداً یُشْبِهُهُمْ مِنْکُمْ لَقَدْ کَانُوا یُصْبِحُونَ شُعْثاً غُبْراً وَ قَدْ بَاتُوا سُجَّداً وَ قِیَاماً یُرَاوِحُونَ بَیْنَ جِبَاهِهِمْ وَ خُدُودِهِمْ وَ یَقِفُونَ عَلَى مِثْلِ الْجَمْرِ مِنْ ذِکْرِ مَعَادِهِمْ کَأَنَّ بَیْنَ أَعْیُنِهِمْ رُکَبَ الْمِعْزَى مِنْ طُولِ سُجُودِهِمْ إِذَا ذُکِرَ اللَّهُ هَمَلَتْ أَعْیُنُهُمْ حَتَّى تَبُلَّ جُیُوبَهُمْ وَ مَادُوا کَمَا یَمِیدُ الشَّجَرُ یَوْمَ الرِّیحِ الْعَاصِفِ خَوْفاً مِنَ الْعِقَابِ وَ رَجَاءً لِلثَّوَابِ.

 

[2]. (Qs. Al-Taubah [9]:101)

"وَ مِمَّنْ حَوْلَکُمْ مِنَ الْأَعْرابِ مُنافِقُونَ وَ مِنْ أَهْلِ الْمَدینَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفاقِ لا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَیْنِ ثُمَّ یُرَدُّونَ إِلى‏ عَذابٍ عَظیمٍ."

 

[3]. (Qs. Ali Imran [3]:144) 

"وَما مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَ فَإِنْ ماتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلى‏ أَعْقابِکُمْ وَ مَنْ یَنْقَلِبْ عَلى‏ عَقِبَیْهِ فَلَنْ یَضُرَّ اللهَ شَیْئاً وَ سَیَجْزِی اللهُ الشَّاکِرینَ."

 

[4]. (Qs. Al-Taubah [9]:56)

وَ یَحْلِفُونَ بِاللهِ إِنَّهُمْ لَمِنْکُمْ وَما هُمْ مِنْکُمْ وَ لکِنَّهُمْ قَوْمٌ یَفْرَقُونَ"

 

[5].  (Qs. Al-Ahzab [33]:15)

" وَ لَقَدْ کانُوا عاهَدُوا اللهَ مِنْ قَبْلُ لا یُوَلُّونَ الْأَدْبارَ وَ کانَ عَهْدُ اللهِ مَسْؤُولاً "

 

[6]. (Qs. Al-Taubah [9]:43)

"عَفَا اللهُ عَنْکَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّى یَتَبَیَّنَ لَکَ الَّذینَ صَدَقُوا وَ تَعْلَمَ الْکاذِبینَ."

 

[7]. (Qs. Al-Nisa [4]:77)

"أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذینَ قیلَ لَهُمْ کُفُّوا أَیْدِیَکُمْ وَ أَقیمُوا الصَّلاةَ وَ آتُوا الزَّکاةَ فَلَمَّا کُتِبَ عَلَیْهِمُ الْقِتالُ إِذا فَریقٌ مِنْهُمْ یَخْشَوْنَ النَّاسَ کَخَشْیَةِ اللهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْیَةً وَ قالُوا رَبَّنا لِمَ کَتَبْتَ عَلَیْنَا الْقِتالَ لَوْلا أَخَّرْتَنا إِلى‏ أَجَلٍ قَریبٍ قُلْ مَتاعُ الدُّنْیا قَلیلٌ وَ الْآخِرَةُ خَیْرٌ لِمَنِ اتَّقى‏ وَلا تُظْلَمُونَ فَتیلاً."

[8]. (Qs. Al-Anfal [8]:5-8)

"کَما أَخْرَجَکَ رَبُّکَ مِنْ بَیْتِکَ بِالْحَقِّ وَ إِنَّ فَریقاً مِنَ الْمُؤْمِنینَ لَکارِهُونَ. یُجادِلُونَکَ فِی الْحَقِّ بَعْدَ ما تَبَیَّنَ کَأَنَّما یُساقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَ هُمْ یَنْظُرُونَ. وَ إِذْ یَعِدُکُمُ اللهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَیْنِ أَنَّها لَکُمْ وَ تَوَدُّونَ أَنَّ غَیْرَ ذاتِ الشَّوْکَةِ تَکُونُ لَکُمْ وَ یُریدُ اللهُ أَنْ یُحِقَّ الْحَقَّ بِکَلِماتِهِ وَ یَقْطَعَ دابِرَ الْکافِرینَ. لِیُحِقَّ الْحَقَّ وَ یُبْطِلَ الْباطِلَ وَ لَوْ کَرِهَ الْمُجْرِمُونَ."

 

[9]. (Qs. Al-Ahzab [33]:13)

"وَ إِذْ قالَتْ طائِفَةٌ مِنْهُمْ یا أَهْلَ یَثْرِبَ لا مُقامَ لَکُمْ فَارْجِعُوا وَ یَسْتَأْذِنُ فَریقٌ مِنْهُمُ النَّبِیَّ یَقُولُونَ إِنَّ بُیُوتَنا عَوْرَةٌ وَما هِیَ بِعَوْرَةٍ إِنْ یُریدُونَ إِلاَّ فِراراً."

 

[10]. (Qs. Al-Taubah [9]:38)

"یا أَیُّهَا الَّذینَ آمَنُوا ما لَکُمْ إِذا قیلَ لَکُمُ انْفِرُوا فی‏ سَبیلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضیتُمْ بِالْحَیاةِ الدُّنْیا مِنَ الْآخِرَةِ فَما مَتاعُ الْحَیاةِ الدُّنْیا فِی الْآخِرَةِ إِلاَّ قَلیلٌ."

 

[11]. (Qs. Al-Taubah [9]:81)

 "فَرِحَ الْمُخَلَّفُونَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلافَ رَسُولِ اللهِ وَ کَرِهُوا أَنْ یُجاهِدُوا بِأَمْوالِهِمْ وَ أَنْفُسِهِمْ فی‏ سَبیلِ اللهِ وَ قالُوا لا تَنْفِرُوا فِی الْحَرِّ قُلْ نارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرًّا لَوْ کانُوا یَفْقَهُونَ."

 

[12]. (Qs. Al-Taubah [9]:45-47)

"إِنَّما یَسْتَأْذِنُکَ الَّذینَ لا یُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَ الْیَوْمِ الْآخِرِ وَ ارْتابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فی‏ رَیْبِهِمْ یَتَرَدَّدُونَ وَلَوْ أَرادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَ لکِنْ کَرِهَ اللهُ انْبِعاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَ قیلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقاعِدینَ لَوْ خَرَجُوا فیکُمْ ما زادُوکُمْ إِلاَّ خَبالاً وَ لَأَوْضَعُوا خِلالَکُمْ یَبْغُونَکُمُ الْفِتْنَةَ وَ فیکُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَ اللهُ عَلیمٌ بِالظَّالِمینَ."

 

[13]. Silahkan lihat, al-Alusi wa al-Tasyayyu’, hal. 69.  

 

[14]. Tafsir Thabari, jil. 10, hal. 468:

حدثنی الحارث بن محمد قال، حدثنا عبد العزیز قال، حدثنا سفیان الثوری، عن رجل، عن مجاهد قال: لما نزلت:"بلغ ما أنزل إلیک من ربک"، قال: إنما أنا واحد، کیف أصنع؟ تجَمَّع علیّ الناس! فنزلت:"وإن لم تفعل فما بلغت رسالته"، الآیة.

Al-Durr al-Mantsur, jil. 3, hal. 418. Software Maktabat al-Syâmilah:

أخرج أبو الشیخ عن الحسن أن رسول الله صلى الله علیه وسلم قال « إن الله بعثنی برسالة فضقت بها ذرعاً ، وعرفت أن الناس مکذبی ، فوعدنی لأبلغن أو لیعذبنی ، فأنزل { یا أیها الرسول بلِّغ ما أنزل إلیک من ربک } » . وأخرج عبد بن حمید وابن جریر وابن أبی حاتم وأبو الشیخ عن مجاهد قال : لما نزلت { بلغ ما أنزل إلیک من ربک } قال : یا رب ، إنما أنا واحد کیف أصنع لیجتمع علیّ الناس؟ ، فنزلت { وإن لم تفعل فما بلغت رسالته }.

 

 

[15].  Silahkan lihat, ‘Abaqât al-Anwâr fi Imâmat al-Aimmah al-Thâhirah, jil. 9, hal. 228-230.

 

[16]. (Qs. Ali Imran [3]:144) 

"وَما مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَ فَإِنْ ماتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلى‏ أَعْقابِکُمْ وَ مَنْ یَنْقَلِبْ عَلى‏ عَقِبَیْهِ فَلَنْ یَضُرَّ اللهَ شَیْئاً وَ سَیَجْزِی اللهُ الشَّاکِرینَ."

 

[17]. Dalam hal ini, silahkan lihat riwayat-riwayat haudh (Telaga), No. 1589 (Site: 1970), Indeks: Makna Kemurtadan Sahabat dan Penetapannya.  

 

[18]. Futûh al-Buldân, 344; Tarikh Thabari, 2/492-494. Al-Aghani, 16/103-110. Al-Kâmil fi al-Târikh, 2/384-385. Al-Bidâyah wa al-Nihâyah, 7//66-67:

استفاضت الأخبار بزنا المغیرة فی الجاهلیة و الإسلام حتّى ضرب بزناه المثل، و قصّته مع أمّ جمیل أثناء ولایته على البصرة مشهورة؛

Tafsir surah al-Hujurat (49): 6. Silahkan lihat Tafsir al-Thabari, 11/383-384, hadis 31686-31692. Tafsir al-Baghawi, 4/191. Al-Kasysyâf, 3/559. Tafsir al-Fakhr al-Râzi, 28/120. Tafsir Ibnu Katsir, 4/210:

أمّا الولید، فقد نزل فیه قوله تعالى: إِنْ جاءَکُمْ فاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَیَّنُوا

 

[19]. Al-Mukhtashar fi Akhbâr al-Basyar, 1/186:

روى عن الشافعى رحمة اللَّه علیه انه اسرّ الى الربیع انه لا یقبل شهادة اربعة من الصحابة و هم معاویة و عمرو بن العاص و المغیرة و زیاد.


[20]. Shahih Bukhâri, jil. 9, hal. 148:  

أُسَیْدُ بْنُ حُضَیْرٍ یقول لسعد بن عبادة کَذَبْتَ لَعَمْرُ اللَّهِ َإِنَّکَ مُنَافِقٌ تُجَادِلُ عَنْ الْمُنَافِقِینَ.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261266 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246377 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230168 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215030 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176361 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171656 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168141 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158235 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140994 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134086 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...