Please Wait
8466
Meski terdapat banyak dalil akal menunjukkan tentang kemestian terjadinya hari kebangkitan dan adanya dunia lain selain kehidupan dunia ini, namun bagaimana dan proses terjadinya hari kebangkitan, apakah yang akan terjadi kelak itu adalah kebangkitan (ma’âd) ruhani atau ruhani dan jasmani? Apakah dengan menerima kebangkitan jasmani maka jasmani yang dimaksud adalah jasmani material dan bendawi ataukah jasmani imaginal dan barzakhi?
Masalah ini bukanlah sebuah masalah yang dapat didemonstrasikan dan ditetapkan melalui argume-argumen rasional; karena itu sekelompok teolog berpandangan bahwa kebangkitan yang terjadi hanyalah kebangkitan jasmani. Mereka tidak meyakini adanya ruh selain jasmani dan mekanisme badan.
Sebagian filosof khususnya penganut paham Peripatetik hanya meyakini adanya kebangkitan (ma’âd) ruhani. Mereka berkata bahwa setelah kematian maka hubungan ruh dan badan akan terputus. Namun mengingat bahwa ruh merupakan entitas yang hampa materi maka tidak ada jalan baginya untuk tiada dan binasa. Setelah terputusnya hubungan dari badan, ruh akan tetap abadi dan lestari.
Namun kebanyakan filosof, para arif dan teolog Syiah seperti Syaikh Mufid, Syaikh Thusi, Khaja Nasiruddin Thusi dan lain sebagainya meyakini terjadinya kebangkitan jasmani sekaligus kebangkitan ruhani. Mereka berkata bahwa pada hari kebangkitan ruh akan kembali ke badan dan sebagai hasilnya kebangkitan yang kelak dialami manusia adalah kebangkitan jasmani.
Apa yang pasti dan niscaya adalah bahwa hari kebangkitan dan kiamat sebagaimana masalah ketuhanan merupakan keyakinan bersama para pemeluk agama dan mazhab.[1] Karena itu orang-orang yang meyakini adanya Mabda (Sosok Yang Menciptakan) yang bijak – meski tidak mengikut mazhab tertentu – melalui nurani batin dan fitrahnya mengakui keyakinan umum tentang adanya hari kebangkitan. Perbedaan mereka terletak pada bagaimana proses terjadinya hari kebangkitan (ma’âd) tersebut.
Apakah yang akan terjadi kelak itu adalah kebangkitan (ma’âd) ruhani? Apabila yang kelak akan terjadi adalah kebangkitan jasmani apakah badan ukhrawi manusia persis sama dengan badan natural yang digunakan ketika manusia hidup di dunia? Atau menggunakan badan yang lebih subtil yang disebut sebagai badan imaginal atau barzakhi?
Berangkat dari beberapa pertanyaan di atas, kami akan jelaskan secara ringkas pendapat ulama kemudian mengemukakan pendapat masyhur dalam masalah ini:[2]
- Sekelompok teolog berpandangan bahwa kebangkitan yang akan terjadi adalah kebangkitan jasmani. Mereka tidak meyakini adanya ruh selain jasmani dan mekanisme badan.
- Sebagian filosof khususnya penganut paham Peripatetik hanya meyakini adanya kebangkitan ruhani. Mereka berkata bahwa setelah kematian hubungan ruh dan badan akan terputus namun mengingat bahwa ruh merupakan entitas yang hampa materi maka tidak ada jalan baginya untuk tiada dan binasa. Setelah terputusnya hubungan dari badan, ruh akan tetap abadi dan lestari. Pendapat ini muncul karena kelompok filosof ini tidak mampu memecahkan pelbagai kritikan dan objeksi kebangkitan jasmani sehingga pada akhirnya mereka meyakini ma’âd ruhani dan mengingkari ma’âd jasmani.
- Kebanyakan filosof, para arif, teolog dan ulama Syiah seperti Syaikh Mufid, Syaikh Thusi, Khaja Nashiruddin dan lain sebagainya meyakini keduanya (ma’âd jasmani dan ma’âd ruhani). Mereka berkata bahwa pada hari kebangkitan ruh akan kembali ke badan dan sebagai hasilnya kebangkitan yang kelak dialami manusia adalah kebangkitan jasmani namun bukan jasmani tanpa ruh, melainkan jasmani yang memiliki ruh. Mereka yang meyakini pendapat ini juga terbagi menjadi dua bagian:
- Sebagian dari mereka meyakini ruh pada hari Kiamat akan kembali ke badan natural dan unsuri yang memiliki aksi dan reaksi natural dan kemikal.
- Sebagian lainnya juga meyakini bahwa ruh mengikut badan imaginal dan barzakhi yang subtil serta tidak memiliki materi dan bercirikan benda, meski memiliki ukuran dan bentuk. Badan subtil ini sedemikian mirip dengan badan duniawi sehingga siapa pun yang melihatnya akan berkata bahwa badan tersebut adalah badan manusia yang hidup di dunia, namun karena tidak memiliki materi dan benda, ia tidak memiliki kapasitas aksi dan reaksi kemikal dan fisikal karena itu badan imaginal tersebut berbeda dengan badan material duniawi; seperti benda yang dilihat manusia dalam mimpi dan tidurnya.
Meski terdapat selaksa dalil akal yang menunjukkan tentang kemestian terjadinya hari kebangkitan dan adanya dunia lain selain kehidupan dunia ini, namun bagaimana dan proses terjadinya hari kebangkitan, apakah yang akan terjadi kelak itu adalah kebangkitan (ma’âd) ruhani atau ruhani dan jasmani? Apakah dengan menerima kebangkitan jasmani, apakah jasmani yang dimaksud adalah jasmani material dan bendawi ataukah jasmani imaginal dan barzakhi? Tidak termasuk wilayah akal untuk menjawabnya. Masalah ini bukanlah masalah yang dapat didemonstrasikan dan ditetapkan melalui argume-argumen rasional; karena itu filosof besar seperti Ibnu Sina berkata, “Harap diketahui bahwa sebagian hari kebangkitan dinukil dari riwayat-riwayat dan syariat menerima hal tersebut serta jalan untuk menetapkannya hanya melalui syariat dan membenarkan nabi. Hal itu berkaitan dengan hidupnya badan, sehingga kita harus menerima proses kebangkitan jasmani dan hal-hal detil yang berkaitan dengannya dengan dalil syariat dan laporan-laporan wahyu; karena kriteria yang disebutkan lebih meyakinkan dan lebih sempurna yang dapat digunakan manusia untuk memperoleh hakikat-hakikat yang lebih meyakinkan.[3]
Karena itu mesti kiranya kita merujuk pada ayat-ayat al-Quran dan riwayat-riwayat terkait dengan bagaimana proses terjadinya hari kebangkitan.
Al-Quran dan Ma’âd Jasmani
Ayat-ayat al-Quran dengan baik menunjukkan bahwa hari kebangkitan manusia di hari Kiamat tidak hanya ruhani melainkan mencakup keduanya; ma’âd ruhani dan ma’âd jasmani. Demikian juga jasmani yang terkandung ruh di dalamnya adalah jasmani yang memiliki elemen dan unsur duniawi.
Terdapat banyak ayat yang menunjukkan hal ini dalam al-Quran dan untuk menghemat waktu kami hanya akan menyebutkan beberapa contoh sebagai berikut:
- Sebagian ayat dalam menjawab anggapan orang-orang yang memandang hidupnya kembali tulang-tulang sebagai sesuatu yang mustahil, “Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah, “Tulang belulang itu akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk;” [4] “Apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali garis-garis) jari jemarinya dengan sempurna.”[5]
- Terdapat sejumlah ayat yang menunjukkan bahwa manusia pada hari kiamat akan bangkit dari kubur dan dihitung amal perbuatannya. Al-Quran menyatakan, “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila seluruh makhluk yang ada di dalam kubur dibangkitkan;”[6] “Dan ditiuplah sangkakala (yang kedua). Maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kubur (menuju) kepada Tuhan mereka.”[7]
- Terkadang al-Quran menjelaskan kemungkinan ma’âd jasmani melalui terjadinya hal tersebut di dunia; seperti kisah menarik Uzair As[8] dan kisah Nabi Ibrahim terkait dengan pertanyaan tentang bagiamana terjadinya ma’âd jasmani.[9] Mengingat bahwa al-Quran terkadang melalui penyandaran pada kehidupan pertama dan terkadang dengan menunjukkan contoh-contoh hidupnya orang-orang mati; seperti kisah Uzair atau cerita Ashab Kahfi dan lain sebagianya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kehidupan baru akan dijalani manusia dengan badan materinya.
Dari ucapan Imam Ali As dalam Nahj al-Balâghah juga dapat dipahami bahwa ma’âd yang akan dijalani manusia adalah ma’âd dengan badan naturalnya. Imam Ali As dalam hal ini bersabda, “Ketahuilah tahu bahwa kulit ini tak mampu menanggung api (neraka). Maka kasihanilah diri Anda karena Anda telah mencobanya dalam hukuman di dunia ini.”[10] Atau pada tempat lain, beliau bersabda, “Mereka saling berlomba dan maju berkelompok-kelompok ke tujuan dan tempat pertemuan akhir kematian, ketika urusan tertutup, dunia mati dan kebangkitan (kiamat) mendekat. Allah akan mengambil mereka dari sudut-sudut kubur, sarang-sarang burung, liang-liang binatang dan pusat-pusat kematian. Mereka bergegas memenuhi perintah-Nya dan bergegas ke tempat yang telah ditetapkan untuk tempat kembalinya yang terakhir, kelompok demi kelompok, diam, berdiri, dan berbaris-baris. Mereka berada dalam pandangan Allah Yang Maha Melihat dan akan mendengar yang memanggilnya.”[11] Imam Ali As pada tempat lain bersabda, “la akan mengeluarkan setiap orang yang ada di dalamnya. la akan menyegarkan mereka setelah mereka keletihan, dan mengumpulkan mereka setelah mereka terpisah. Kemudian la akan memisahkan mereka untuk ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang tersembunyi dan tindakan-tindakan rahasia. Lalu la akan membagi mereka menjadi dua kelompok, mengganjari yang satu dan menghukum yang lain.”[12]
- Pelbagai nikmat yang melimpah yang dijanjikan untuk orang-orang yang berbuat kebaikan, seperti memakan buah-buahan berwarna-warni,[13] dan daging burung-burung,[14] menikah dengan bidadari,[15] dan lain sbagainya merupakan hal-hal yang tidak dapat digambarkan kecuali dengan menggambarkan adanya ma’âd jasmani.
Kesimpulan: Pendapat masyhur di kalangan para teolog, filosof dan ulama buah dari eksplorasi ayat-ayat dan riwayat-riwayat adalah bahwa ma’âd yang akan dijalani manusia di hari kiamat adalah ma’âd jasmani. [iQuest]
Untuk telaah lebih jauh dalam hal ini kami persilahkan Anda untuk menelaah Pertanyaan 4870 (Site: id5195).
[1]. Untuk telaah lebih jauh dalam hal ini Anda dapat menelaah jawaban No. 1916 (Site: 1917) Indeks: Ma’âd Jasmani menurut Perspektif Ahlukitab).
[2]. Mulla Sadra, Mabdâ wa Ma’âd, Ahmad bin Muhammad al-Husaini Ardekani, Abdullah Nurani, hal. 433-436, Markaz Nasyr Danesygahi, Teheran, 1362; Ja’far Subhani, Ilahiyyât wa Ma’ârif Islâmi, hal. 290-297, Intisyarat Syafaq, Qum, Cetakan Kedua, 1379 S.
[3]. Abu Ali Sina, Ilahiyyât Syifâ, Hasan Hasan Zadeh Amuli, Maqalah 9, hal. 460, Intisyarat Daftar Tablighat Islami Qum, Cetakan Pertama, 1376 S.
[4] . (Qs. Yasin [36]:79)
"قُلْ يُحْييهَا الَّذي أَنْشَأَها أَوَّلَ مَرَّةٍ وَ هُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَليم".
[5]. (Qs. Al-Qiyamah [79]:3-4)
"أَ يَحْسَبُ الْإِنْسانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظامَهُ * بَلى قادِرينَ عَلى أَنْ نُسَوِّيَ بَنانَه".
[6]. (Qs. Al-Adiyat [100]:9)
"أَفَلا يَعْلَمُ إِذا بُعْثِرَ ما فِي الْقُبُور".
[7]. (Qs. Yasin [36]:51)
"وَ نُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذا هُمْ مِنَ الْأَجْداثِ إِلى رَبِّهِمْ يَنْسِلُون".
[8]. “ Ataukah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya? Ia berkata, “Bagaimana mungkin Allah akan menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab, “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah (dengan berlalunya masa itu). Dan lihatlah keledaimu (yang telah hancur menjadi tulang-belulang). Kami akan menjadikanmu sebagai tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu bagimana Kami menyusunnya kembali, lalu Kami membalutnya dengan daging.” Maka, tatkala telah nyata baginya (bagaimana Allah menghidupkan segala yang telah mati), ia pun berkata, “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Al-Baqarah [2]:259)
[9]. “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhan-ku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum yakinkah engkau?” Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakininya, akan tetapi supaya hatiku tetap mantap.” Allah berfirman, “Ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah. Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari bagian-bagian daging burung itu, lalu panggillah mereka, niscaya burung-burung itu akan datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Qs. Al-Baqarah [2]:260)
[10]. Abdul Majid Ma’adikha, Khursyid Bi Ghurûb Nahj al-Balâghah, Khutbah 182, hal. 218, Nasyr Dzarrah, Cetakan Pertama, 1373 S.
[11]. Ibid, Khutbah 82, hal. 80.
[12]. Ibid, Khutbah 108, hal.. 125.
[13]. “Dan (memperoleh) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini.” (Qs. Al-Mursalat [77]:42); “Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buah-buahan itu kamu makan.” (Qs. Al-Mukminun [23]:19); “Di dalam surga-surga yang penuh nikmat.” (Qs. Al-Shaffat [37]:43); “Di dalamnya mereka dapat meminta segala macam buah-buahan nan hidup dengan aman (dari segala kekhawatiran).” (Qs. Al-Dukhan [44]:55) dan lain sebagianya.
[14]. “Dan daging burung dari jenis yang mereka inginkan.” (Qs. Al-Waqiat [56]:21); “Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (Qs. Al-Thur [52]:22) dan lain sebagainya.
[15]. “Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kamar-kamar surga.” (Qs. Al-Rahman [55]:72); “Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli.” (Qs. Al-Waqiat [56]:22)