Please Wait
7133
Sisi umum pelbagai pemerintahan religius adalah penegakan dan realisasi nilai-nilai agama yang merupakan masalah fitrah kemanusiaan. Karena rakyat negara-negara seperti Tunisia dan Mesir menyadari bahwa dengan Islam mereka dapat merealisir segala tuntutan ekonomi dan politik mereka, kemudian mereka bangkit melakukan demonstrasi dan revolusi. Pesan revolusi Islam juga adalah bahwa fitrah mencari Tuhan harus dihidupkan dan ditegakkan pada satu negara. Karena itu, pesan revolusi adalah pesan fitrah.
Revolusi di Iran dimulai dan terbentuk bermula semenjak tahun 1342 S (1963 M) dengan kebangkitan rakyat pada tanggal 15 Khurdad. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya setelah itu, pelbagai perlawanan dan kesyahidan terjadi di mana-mana. Pertanyaan-pertanyaan yang mengemuka pada masa itu adalah apakah benar-benar rakyat telah siap menerima sebuah pemerintahan religius? Apakah agama memiliki kapasitas untuk membentuk satu pemerintahan pada masa sekarang ini? Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Revolusi Islam Iran pasca 32 tahun semenjak meraih kemenangan. Karena itu, kita tidak lagi memerlukan pembahasan teoritis di sini. Mengingat Revolusi Islam telah membuktikan dan menunjukkan bahwa Islam memiliki kapasitas untuk membentuk pemerintahan maju dan moderen dan hingga kini masyarakat Islam Iran telah menyuguhkan kepada dunia satu model pemerintahan religius.
Selama 32 tahun, rakyat Iran telah menjadi teladan dalam mengelolah pemerintahan Islam dan hal itu telah ditunjukkan kepada dunia. Sebuah pemerintahan yang berpijak di atas nilai-nilai religius dan tidak ada satu pun pengikut agama mana pun hingga kini yang memiliki pengalaman seperti ini. Peran rakyat juga sangat sentral. Rakyat juga yang menyongsong dan mengusung Revolusi Islam. Mereka menyediakan ruang bagi kepulangan Imam Khomeini Ra ke Iran setelah puluhan tahun dalam masa pengasingan. Rakyat inilah yang merubah pemerintahan pada masa tersebut dalam sebuah kondisi yang memaksa mereka untuk menerima Imam Khomeini pada tanggal 12 Bahman dalam kondisi sebagai seorang tokoh oposisi dan pemimpin revolusi. Hal tersebut merupakan tindakan dan manifestasi kehendak rakyat yang ditunjukkan pada masa kepulangan Imam Khomeini.
Imam Khomeini juga dengan kepala tegak dan bangga memasuki negeri yang telah ditinggalkannya selama puluhan tahun akibat pengasingan rezim penguasa. Ketika itu, Imam Khomeini dijadikan sebagai sentral figur dalam berhadapan dengan rezim penguasa tiran.
Apabila Imam Khomeini Ra tiga puluh tahun sebelumnya bertutur tentang negara-negara seperti Mesir dan Tunisia, boleh jadi sulit digambarkan pada masa-masa seperti itu dan hal tersebut pelik untuk dapat dipercaya. Namun hari ini dapat dengan mudah dipahami dan hal itu kita pandang dengan kasat mata apa yang diprediksikan oleh Imam Khomeini tentang gejolak yang terjadi pada kedua negara ini.
Tunisia adalah sebuah negara di antara negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Negara ini adalah negara yang berada pada jajaran terdepan menentang Islam dan di antara negara-negara Muslim yang pertama kali melarang hijab, memelihara janggut dan suara azan. Di kantor-kantor dan sentra-sentra pendidikan tiada seorang pun yang berhak mengenakan hijab atau memelihara janggut.
Sebagai contoh, Zaitunah Tunisia pada satu masa merupakan seminari (hauzah ilmiah) yang sangat penting di belahan Utara Afrika. Dalam seminari tersebut terdapat sebuah masjid penting, karena sibuk bekerja, tidak ada orang yang mengerjakan shalat Dhuhur dalam masjid tersebut.
Dari sisi lain, negara Tunisia adalah sentra pendidikan para pemikir agama yang bermaksud untuk menyelewengkan agama. Tunisia, dalam hal ini, banyak menggembleng para cendekiawan Muslim di negaranya.
Sebagian pernyataan yang dilontarkan oleh pemikir-pemikir agama berwarga negara Iran yang mempersoalkan masalah-masalah pasti agama dan menyebut diri mereka sebagai cendekiawan dan pemikir agama sedikit-banyaknya terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran agama gemblengan Tunisia. Menyitir tuturan Supreme Leader (Rahbar), mereka sebenarnya bukan merupakan seorang pemikir agama, namun mereka sendirilah yang menamai diri mereka sebagai pemikir.
Sebagian dari pemikir ini adalah murid dan buah karya para pemikir Tunisia dan banyak terpengaruh oleh mereka. Pendeknya, segala sesuatu berkomplot melawan agama di negara itu dan segala sesuatu disediakan bagi mereka yang tidak beragama; karena seluruh jenis kerusakan moral dibiarkan begitu saja di sana sehingga anak mudanya terjerat oleh kerusakan ini. Baik secara teoritis yang senantiasa dilontarkan oleh pemikir-pemikir non-agamis ini dengan nama pemikiran agama, atau baik secara praktis yang dilakukan all-out oleh pemerintah bahkan dengan tekanan-tekanan militer kepada rakyat. Demikianlah kondisi Tunisia.
Dalam kondisi serba represif dan tertutup seperti ini, kita saksikan rakyat Tunisia dijadikan sebagai garapan proyek-proyek menentang Islam. Tatkala rakyat mendapatkan sedikit peluang, mereka turun ke jalan dan melontarkan tuntutan-tuntutan mereka yang secara lahir adalah tuntutan-tuntutan ekonomi dan politik namun batinnya adalah agama; karena mereka menyadari bahwa dengan Islam mereka dapat memenuhi segala tuntutan ekonomi dan politik mereka dan menurut kami demikianlah pesan Revolusi Islam. Sesuai dengan tuturan Imam Khomeini Ra, “Kami tidak ingin mengekspor revolusi. Revolusi telah terekspor dengan sendirinya.”
Pesan Islam dan Revolusi adalah pesan fitrah. Pesan ini telah sampai ke seantero dunia dan masyarakat telah menyakskan bahwa selama 32 tahun Republik Islam mampu berdiri di hadapan pelbagai kekuatan dunia, sementara negara-negara yang memusuhi mereka setiap hari membungkukan badannya di hadapannya.
Rakyat Tunisia dalam pemerintahan mereka menyaksikan ketergantungan para penguasa kepada Barat dan sebagai bandingannya, mereka melihat kemandirian dan kemerdekaan pribadi-pribadi Iran dan hal ini telah menjadi sebab yang mengantarkan mereka sampai kepada kesimpulan hari ini bahwa agama mampu mengantarkan mereka untuk sampai pada seluruh nilai-nilai Islam dan memberikan segala sesuatu yang tidak mereka miliki. [IQuest]
Untuk telaah lebih jauh kami persilahkan Anda untuk menelaah beberapa indeks terkait berikut ini:
1. Perbedaan Beberapa Pemerintahan Islam dan Republik Islam, Pertanyaan No. 5842 (Site: 6656)
2. Ancama-ancaman atas Republik Islam Iran, Pertanyaan No. 1377 (Site: 1408)
3. Hubungan Rakyat dan Pemerintah dalam Islam, Pertanyaan No. 7114 (Site: 7222)