Please Wait
8824
Jawaban pertanyaan Anda akan kami mulai dengan sebuah pertanyaan, apabila selama ini, nama para imam maksum lebih banyak kami sebut ketimbang nama Allah Swt, maka problem apa yang akan terjadi? Apakah penyembahan kepada Allah Swt hanya dapat terealisir dengan menyebut nama Allah Swt?
Dalam madrasah kami, dzikir dan nama para imam maksum adalah sesuai dengan instruksi tidak langsung al-Qur’an dan perintah langsung Rasulullah Saw, bukanlah sesuatu selain nama Allah Swt. Anggapan ini berititik tolak dari pemikiran batil Wahabi ini yang memandang segala sesuatu sebagai syirik dan menentang seluruh mazhab Islam (Syiah dan Sunni) dalam masalah ini.
Al-Qur’an tidak semuanya bertutur tentang dzikir dan nama Allah Swt. Di samping menitahkan, “Dan sebutlah (nama) Tuhan-mu”[1] Allah Swt juga menginstruksikan kepada Rasulullah Saw untuk mengingat Ibrahim,[2] Ismail,[3] Musa,[4] Maryam,[5] Idris,[6] Daud,[7] Ayyub,[8] Ishak dan Ya’kub.[9]
Alasan penyebutan dan mengingat nama orang-orang besar dan saleh ini karena dipandang sebagai sifat terpuji di sisi Allah Swt. Mengingat dan mengenang orang-orang besar ini adalah berada pada tataran mengingat dan mengenang Allah Swt dan sudah barang tentu tidak terlepas dari dzikir kepada Allah Swt.
Terdapat banyak riwayat yang menyebutkan bahwa mengingat Ahlulbait As sesuai dengan prinsip al-Qur’an dan dipandang pada tataran dan sederetan dengan mengingat Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda, “Mengingat Ali As adalah ibadah.”[10] Dan pada riwayat lainnya, Rasulullah Saw bersabda, “Mengingat Ali dan anak-anaknya dari para maksum adalah ibadah.”[11] Jelas bahwa instruksi seperti ini dikeluarkan karena nama dan dzikir Ahlulbait As akan menimbulkan kecerlangan hati dan manusia akan meraup keteladanan dari mereka di jalan Allah Swt dengan mengingat dan mengenang mereka, para Imam Ahlubait As. [iQuest]
[1]. “Dan sebutlah (nama) Tuhan-mu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (Qs. Ali Imran [3]:41); “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang.” (Qs. Al-A’raf [7]:205)
[2]. Dan ingatlah hamba-hamba Kami Ibrahim.” (Qs. Shad [38]:45)`)
[3]. “Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa‘, dan Zulkifli.” (Qs. Shad [38]:48)
[4]. “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Musa di dalam al-Kitab (Al-Qur’an) ini.” (Qs. Maryam [19]:51)
[5]. “Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an pada saat ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitul Maqdis).” (Qs. Maryam [19]:16)
[6]. “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka kisah) Idris di dalam Al-Qur’an ini." (Qs. Maryam [19]:56)
[7]. “Dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan.” (Qs. Shad [38]:17)
[8]. “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya.” (Qs. Shad [38]:41)
[9]. Dan ingatlah hamba-hamba Kami Ibrahim, Ishaq, dan Ya‘qub.” (Qs. Shad [38]:45)
[10]. Muhammad bin Ali, Syaikh Shaduq, Man Lâ Yahdhur al-Faqih, jil. 2, hal. 205.
[11]. Nuri, Mustadrak al-Wasâil.
Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban detil.