Advanced Search
Hits
31622
Tanggal Dimuat: 2011/11/13
Ringkasan Pertanyaan
Apakah epistemologi itu bersifat relatif atau absolut?
Pertanyaan
Apakah epistemologi itu bersifat relatif atau absolut?
Jawaban Global

Terkait dengan epistemologi relatif atau absolut, kita harus meyakini adanya perbedaan antara obyek-obyek indrawi-empirik dan obyek-obyek rasional; karena menyangkut obyek-obyek indrawi-empirik sangat boleh jadi pengetahuan dan pengenalan kita bersifat relatif dan nisbi. Obyek-obyek indrawi-empirik dalam beberapa hal khusus telah terbukti dan terdapat kemungkinan kesalahan dalam obyek-obyek indrawi-empirik. Namun dalam obyek-obyek rasional tidak demikian adanya. Karena prinsip-prinsip rasional apabila dijelaskan secara tepat dan benar maka ia akan bersifat absolut. Karena itu, kita tidak menerima relatifitas epistemologi dalam obyek-obyek rasional.

Jawaban Detil

Sebelum menjelaskan hal ini kiranya kita perlu memperhatikan bahwa sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam buku-buku epistemologi, pengetahuan terbagi menjadi dua bagian:

1.             Pengatahuan indrawi-empirik

2.             Pengetahuan rasional

Dalam pengetahuan indrawi-empirik benar-salahnya segala sesuatu akan menjadi jelas melalui media panca indra. Dengan demikian, terdapat kemungkinan adanya kesalahan dalam jenis pengetahuan ini. Karena itu, pengetahuan indrawi-empirik bukan pengetahuan yang bersifat absolut. Mengingat, apabila dijumpai sebuah kesalahan atau kekurangan pada pengetahuan empirik maka secara keseluruhan pengetahuan tersebut akan ditinggalkan.

Dalam pengetahuan rasional, identifikasi benar-salahnya sesuatu ditinjau dari sudut pandang rasional. Apabila ditemukan kesalahan atau kekurangan di dalamnya, pengetahuan tersebut meski akan ditinggalkan tapi tidak akan menjatuhkannya dari peringkat universalitasnya; artinya proposisi-proposisi ini benar pada seluruh masalah atau salah dalam seluruh masalah.[1]

Setelah menerangkan perbedaan dua masalah ini, dapat dikatakan bahwa dalam masalah-masalah empirik kita tidak dapat memperoleh pengetahuan secara absolut dan berterusan; karena boleh jadi suatu waktu dijumpai kekurangan pada pengetahuan tersebut. Adapun dalam masalah-masalah rasional, pengetahuan dan makrifat kita bersifat absolut. Dan hal ini merupakan perbedaan kita dengan para penyokong skeptisme.

Dengan kata lain, apabila kita ingin meyakini bahwa pengetahuan dan pengenalan kita bersifat relatif maka kita akan banyak menjumpai kesulitan. Seperti orang-orang yang sepanjang perjalanan sejarah filsafat, yang meyakini hal seperti ini dan mengingkari segala sesuatu kemudian mentasbihkan bahwa kita tidak dapat memperoleh pengetahuan absolut dan definitif.

Apabila seseorang mengklaim bahwa mustahil kita memperoleh pengetahuan definitif, maka kita boleh bertanya kepadanya: apakah Anda tahu dan yakin terhadap masalah ini atau ragu tentangnya? Apabila ia berkata saya tahu dan yakin, maka minimal ia telah mengakui adanya satu pengetahuan definitif. Dengan demikian ia telah menggugurkan sendiri klaimnya.

Apabila ia berkata saya tahu dan yakin, hal itu bermakna bahwa saya memberikan probabilitas tentang kemungkinan adanya pengetahuan definitif; dengan demikian dari sisi lain ia kembali meruntuhkan sendiri ucapannya.

Namun apabila seseorang berkata bahwa saya ragu terhadap adanya kemungkinan ilmu dan pengetahuan definitif, kita bertanya kepadanya apakah Anda tahu bahwa Anda ragu atau tidak? Apabila ia menjawab bahwa saya tahu bahwa saya ragu, maka ia tidak hanya menerima adanya kemungkinan pengetahuan, bahkan ia telah menerima adanya pengetahuan. Namun apabila ia berkata bahwa saya ragu terhadap keraguan saya, maka ucapan ini disebabkan oleh penyakit atau didorong kepentingan tertentu. Kepada orang-orang seperti ini kita harus menyodorkan jawaban ilmiah.[2]

Kita juga dapat berkata kepada orang-orang yang mengklaim relativitas seluruh pengetahuan dan berkata bahwa tiada satu pun proposisi yang valid secara absolut, universal dan berterusan (dawam) bahwa Anda dapat berkata sedemikian. Artinya kita dapat berkata kepadanya proposisi yang menyatakan bahwa tiada satu pun proposisi yang valid itu apakah bersifat absolut, universal dan dawam? Atau bersifat relatif, partikular dan sementara? Apabila bersifat dawam dan dapat diterapkan pada setiap hal tanpa stipulasi dan kondisi; maka paling tidak satu proposisi absolut, universal dan dawam telah dapat ditetapkan. Apabila pengetahuan ini juga bersifat relatif maka hal itu bermakna bahwa pada sebagian urusan tidak benar dan mau-tak-mau bahwa proposisi yang tentangnya tidak dapat dibenarkan, proposisi ini adalah sebuah proposisi absolut, universal dan dawam.[3]

Kesimpulannya: Pengetahuan dan makrifat kita dalam obyek-obyek rasional tidak bersifat relatif. [iQuest]



[1]. Muhammad Husain Zadeh, Pazyuhesy Tathbiqi dar Ma’rifat Syinâsi Ma’âshir, Intisyarat-e Muassasah Pazyuhesy Imam Khomeini, hal. 36, Cetakan Kedua, Qum, 1385.

[2]. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Âmuzesy Falsafeh, jil. 1, hal. 162, Cetakan Ketujuh, Nasyr Bain al-Milal, Qum, 1386.

[3]. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Âmuzesy Falsafeh, jil. 1, hal. 163.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...