Please Wait
Hits
10562
10562
Tanggal Dimuat:
2013/09/17
Ringkasan Pertanyaan
Kapan awal munculnya kemusyrikan di muka bumi menurut Islam?
Pertanyaan
Kapan awal munculnya kemusyrikan di muka bumi menurut Islam?
Jawaban Global
Sebagaimana yang Anda tahu bahwa kemusyrikan itu berderajat dan memiliki tingkatan. Untuk mengetahui hal ini lebih jauh silahkan Anda merujuk pada Masalah Kekufuran dan Kemusyrikan, Jawaban: 612 dan 27147.
Terkait dengan awal mula munculnya kemusyrikan di muka bumi kita tidak memiliki catatan sejarah yang akurat. Namun dalam hal ini kami akan menyebutkan dua tingkatan permulaan kemusyrikan:
Terkait dengan awal mula munculnya kemusyrikan di muka bumi kita tidak memiliki catatan sejarah yang akurat. Namun dalam hal ini kami akan menyebutkan dua tingkatan permulaan kemusyrikan:
- Kemusyrikan secara terang-terangan yaitu menyembah berhala; dengan melakukan penelitian dan penulusuran pada literatur-literatur sejarah dan riwayat terdapat tiga bentuk laporan terkait dengan kemusyrikan ini:
- Manusia masa Yared bin Mahlaeel bin Qinan bin Anusy bin Syits bin Adam As memuat patung dan penyembah berhala.[1] Salah satu anak dari Yared ini adalah Nabi Idris As.[2]
- Permulaan tingkatan dari kemusyrikan dan penyembahan berhala terdapat pada masa Nabi Nuh As dimana Nabi Nuh As sendiri yang turun tangan memerangi penyembahan berhala ini. Nama berhala-berhala yang ada masa Nabi Nuh As disebutkan dalam al-Quran dan al-Quran menukil para penyembah berhala masa Nabi Nuh, “Dan mereka berkata, ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (berhala) Wadd, Suwâ‘, Yaghûts, Ya‘ûq, dan Nasr.’” (Qs. Nuh [71]:23)
- Namrudz bin Kan’an bin Kusy bin Ham bin Nuh adalah orang pertama yang membangkang setelah terjadinya taufan Nuh dan meletakkan mahkota di atas kepalanya. Ia adalah orang yang mengambil wilayah Babel, menguasai Arab dan non-Arab (Ajam) lalu membangun rumah berhala, menyembah berhala, mengindahkan berhala.[3]
- Kemusyrikan samar: Yaitu sejenis kekurangan pada tauhid murni seperi lalai dari bersyukur kepada Allah Swt; permulaan kemusyrikan jenis ini berdasarkan sebagian riwayat dilakukan oleh sebagian anak-anak Nabi Adam As.
Makmum Abbasiyah bertanya kepada Imam Ridha As, “Adapun Tuhan tatkala menganugerahkan anak saleh kepada mereka, “Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang saleh, mereka (menganggap ada faktor lain yang berpengaruh dalam terwujudnya anugerah itu dan) menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. Al-A’raf [7]:190)
Imam berkata, “Hawa melahirkan lima ratus anak, pada setiap kelahiran satu anak putra dan satu anak putri. Keduanya telah mengikat janji dengan Tuhan dan berdoa, “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Qs. Al-A’raf [7]:189) dan Allah Swt menganugerahkan generasi saleh, sehat dan tanpa sakit kepadanya. Dan apa yang dianugerahkan Allah Swt kepadanya dua jenis, satu putra dan satu putri. Keduanya adalah dua pasangan yang senantiasa bersyukur kepada Allah Swt dan membantu kedua orang tuanya. Allah Swt berfirman, ““Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang saleh, mereka (menganggap ada faktor lain yang berpengaruh dalam terwujudnya anugerah itu dan) menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.”” (Qs. Al-A’raf [7]:190) Makmun berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah keturunan Rasulullah Saw.”[4] [iQuest]
Imam berkata, “Hawa melahirkan lima ratus anak, pada setiap kelahiran satu anak putra dan satu anak putri. Keduanya telah mengikat janji dengan Tuhan dan berdoa, “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.” (Qs. Al-A’raf [7]:189) dan Allah Swt menganugerahkan generasi saleh, sehat dan tanpa sakit kepadanya. Dan apa yang dianugerahkan Allah Swt kepadanya dua jenis, satu putra dan satu putri. Keduanya adalah dua pasangan yang senantiasa bersyukur kepada Allah Swt dan membantu kedua orang tuanya. Allah Swt berfirman, ““Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang saleh, mereka (menganggap ada faktor lain yang berpengaruh dalam terwujudnya anugerah itu dan) menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan.”” (Qs. Al-A’raf [7]:190) Makmun berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah keturunan Rasulullah Saw.”[4] [iQuest]
[1]. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Thabari, Târikh al-Umam wa al-Muluk (Târikh Thabari), Riset oleh Muhammad Abul Fadhl Ibrahim, jil. 2, hal. 276, Dar al-Turats, Beirut, Cetakan Kedua, 1387 H. Silahkan lihat, Ibnu Atsir, al-Kâmil fi al-Târikh, jil. 1, hal. 57 & 59, Dar Shadir, Beirut, 1385 H.
[2]. Ahmad bin Yahya Beladzuri, Ansâb al-Asyrâf, Riset oleh Suhail Zukar dan Riyadh Zarkali, jil. 1, hal. 3, Dar al-Fikr, Beirut, Cetakan Pertama, 1417 H.
[3]. Silahkan lihat, Inisiator Penyembahan Berhala di Kota Mekkah, Pertanyaan 2446.
[4]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 11, hal. 78, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1404 H.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar