Please Wait
9668
Memaknai ba (dengan) dalam frase-frase munajat doa Sahar sebagai memohon, sesuai dengan kaidah-kaidah sastra Arab adalah benar dan hal yang serupa juga terdapat dalam al-Qur’an dan kebetulan memaknai frase-frase tersebut dengan bersumpah, dengan frase-frase berikutnya adalah bertentangan dengan bentuk lahir dari doa-doa ini.
Munajat mulia yang dinukil dari Imam Baqir As ini merupakan salah satu munajat penting para Imam Maksum As yang dibacakan pada sebaik-baik waktu yaitu sahar (sahur) bulan Ramadhan. Munajat ini, sesuai dengan tuturan kebanyakan ulama besar, merupakan salah satu munajat paling sufistik dan irfani para Imam Maksum yang mengandung hakikat-hakikat tauhid murni mazhab Ahlulbait As.
Allâhumma inni as’aluka min jamâlika biajmâlihi. Makna terang frase doa ini (sebagai frase mandiri) dalam bahasa Arab adalah: “Tuhanku! Aku memohon keindahan-Mu dengan segala keindahannya.” Sebagaimana sebagai contoh kita dapat berkata kepada seorang yang mulia, “Inni as’aluka min karâmika biakrâmihi” artinya: “Aku memohon dari kemuliaan-Mu dengan segala kemuliaannya.” Makna yang mengemuka dari frase doa ini adalah demikian. Anggapan yang mengatakan bahwa ba dalam frase ini adalah ba sumpah, semata-mata berangkat dari masalah ini (sebagian persoalan permohonan seperti ini dipandang mustahil) karena itu seluruh munajat dan doa adalah sebuah pendahuluan untuk memohon hajat (di penghujung munajat); sementara munajat ini yang sejatinya merupakan munajat manusia sempurna (imam) hingga akhir adalah pengulangan permohonan tunggal ini dalam ragam bentuk dan berakhir dengan penegasan atas permohonan-permohonan seperti ini.
Karena itu, kita tidak dapat menjadikan doa-doa ini sebagai pendahuluan bagi doa-doa kita tanpa adanya sandaran riwayat dan meragukan maknanya dan seluruh munajat diterjemahkan sebagai Tuhan bersumpah kepada sifat jamal dan jalal tanpa menyebutkan sebuah masalah (permohonan) di penghujung doa tersebut.
Karena itu, sebagaimana yang disebutkan sebelumnya dalam sastra Arab makna bermohon dalam munajat seperti ini adalah benar dan tidak bertentangan dengan bentuk lahir munajat ini dan kita tidak memiliki sebuah dalil untuk memaknainya sebagai sumpah; kecuali karena keagungan permohonan ini bagi kita sehingga tidak dapat kita cerap dan yakini; dalam hal ini kita harus tahu bahwa munajat ini disampaikan oleh maksum dan terlontar dari lisan manusia sempurna tatkala mereka bermunajat dengan Allah Swt. Dalam pada itu memberikan pelajaran kepada manusia bahwa apabila ia mengetahui kedudukannya di sisi Allah Swt maka ia tidak akan pernah ridha dan rela kecuali dengan khilafah Ilahi dan perjumpaan dengan keindahan dan keagungan Allah Swt.
Allâhumma inni as’aluka min jamâlika biajmâlihi wa kullu jamâluka jamil..Allâhumma inni as’aluka bijamâlika kulliih.
Tuhanku! Sesungguhnya Aku memohon dari keindahan-Mu dengan seluruh keindahannya dan seluruh keindahan-Mu itu indah. Aku memohon dari-Mu segala keindahan-Mu.”[1]
Apa yang mengemuka dalam pertanyaan Anda bersandar bahwa kata kerja-kata kerja yang derivatnya berasal dari kata “sâ’ala” apabila ba tersebut adalah ba intransitif maka niscaya maknanya sumpah dan tidak dapat dimaknai sebagai permohonan. Mengikut beberapa dalil, kesimpulan Anda ini tidak benar. Karena dalam beberapa literatur terdapat beberapa hal yang serupa dengan redaksi doa Sahar di atas yang tentu saja bermakna bermohon. Di antara dari beberapa hal tersebut kita dapat menjadikan ayat pertama surah al-Ma’arij:
“Sâ’ala sâ’il biadzâbin wâqi.” (Seseorang peminta [dari kalangan kafir] telah meminta kedatangan azab, (dan azab itu) telah terjadi).
Dalam pada itu, apabila Anda mencermati kelanjutan doa Sahar ini, Anda akan menjumpai beberapa frase dengan model yang sama yang sekali-kali tidak dapat dimaknai sebagai sumpah. Frase-frase seperti, “Allâhumma inni as’aluka min sulthânika biadwâmihi, Allâhummah inni as’aluka min mulkika biafkhârihi.” (Tuhanku! Sesungguhnya Aku memohon kesultanan-Mu dengan seluruh kedawamannya, Tuhanku! Sesungguhnya Aku memohon kerajaan-Mu dengan seluruh keagungannya). Berdasarkan hal ini, mengartikan kata ba di atas sebagai sumpah dalam hal-hal seperti “biajmâlihi” dan “biajallihi” adalah pemaknaan yang keliru. [IQuest]
[1] . Manusia sempurnalah, yang di samping dapat menunjukkan keindahan Ilahi dan bahkan menampakkan seluruh keindahan Tuhan di alam dunia, Jawadi Amuli, Tasnim, Tafsir Qur’an Karim, jil. 3, hal. 196, Qum, Markaz Nasyr Isra, 1378.