Advanced Search
Hits
14750
Tanggal Dimuat: 2012/03/11
Ringkasan Pertanyaan
Apa hukumnya menikah dengan seorang gadis Sunni?
Pertanyaan
Akhir-akhir ini saya berkenalan dengan seorang gadis yang saya yakini dapat menjadi istri yang baik bagi saya. Namun persoalannya adalah bahwa keluarga gadis itu bermazhab Sunni sementara keluarga saya bermazhab Syiah. Menurut hemat saya, saudara dan saudari Sunni adalah saudara dan saudari seagama meski mereka sedikit menyimpang. Ibu saya tidak begitu simpatik dengan Sunni. Ia berkata mereka mengikut tiga khalifah yang telah menghina dan melukai Ahlulbait As sementara dalam hadis disebutkan bahwa melukai dan menggangu mereka adalah sama dengan melukai dan menggangu Allah Swt. Ia berkata, “Memboyong seorang Sunni ke dalam keluarga kita boleh jadi akan mengundang kemurkaan Allah Swt dan Islam.” Akan tetapi apa yang harus dikata, saya sudah terlanjur mencintai gadis tersebut dan hemat saya ia dapat menjalin hubungan baik dengan saya dan menjadi istri yang baik bagi saya. Namun demikian saya juga tidak ingin berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah Swt dan bertindak tidak hormat kepada ibu saya. Saya ingin supaya ibu saya bersikap positif terhadap hal ini dan menerimanya. Melalui kesempatan ini saya ingin bertanya masalah apa yang akan timbul sekiranya seorang Sunni menikah dengan seorang Syiah?
Jawaban Global

Dalam pandangan Islam pernikahan dan membentuk ikatan rumah tangga memiliki signifikansi yang tinggi. Pernikahan merupakan sebuah perbuatan mulia dan dianjurkan bagi setiap orang untuk melangsungkannya. Namun apabila ia tahu bahwa sekiranya tidak menikah akan menjatuhkannya dalam kubangan doa maka dari itu menikah menjadi wajib baginya.

Sehubungan dengan pertanyaan yang Anda kemukakan kiranya ada baiknya Anda memperhatikan beberapa poin berikut ini:

  1. Menurut syariat suci pernikahan-pernikahan haram hanya dapat ditemukan pada obyek-obyek berikut ini:

Pertama: Menikah dengan mahram.

Kedua: Menikah dengan wanita yang memiliki suami.

Ketiga: Menikah dengan saudara istri (selama masih terikat pernikahan dengannya).

Keempat: Menikah dengan wanita yang masih dalam masa iddah.

Kelima: Menikah dengan wanita yang telah disodomi saudaranya.

Keenam: Menikah dengan orang kafir non-kitab (selain Ahlulkitab)

Ketujuh: Menikah dalam masa ihram.

Kedelapan: Menikah permanen dengan wanita kelima.

Dalam hal ini apabila tidak ada kekuatiran bakalan terlemahkan keyakinannya dan tidak akan tersesat maka tidak ada masalah seorang Syiah menikah dengan seorang Sunni, khususnya apabila terdapat kemungkinan baginya akan mendapatkan petunjuk menerima mazhab Ahlulbait (Syiah).

 

  1. Syiah meyakini bahwa untuk mengkaji kepribadian setiap orang maka seluruh perbuatannya harus dipelajari. Menyertai dan menemani Rasulullah Saw dan keluarganya meski merupakan sebuah kehormatan namun hal ini tidak berarti bahwa kita harus memandang orang-orang yang menyertai itu sebgai orang suci  atau mengabaikan kesalahan mereka. Dalam sejarah disebutkan bahwa setelah wafat Rasulullah Saw tercipta pelbagai kondisi sehingga Ali yaitu orang yang diperkenalkan oleh Rasulullah Saw sebagai khalifah dan penggantinya disingkirkan dan beliau memilih tinggal di rumah semasa pemerintahan Abu Bakar, Umar dan Usman. Namun Imam Ali, meski tidak ridha dengan apa yang dikerjakan oleh khilafah, demi kepentingan dan kemaslahatan Islam dan kaum Muslimin, tidak pernah menolak ketika dimintai pendapat dan bimbingan oleh para khalifah. 

 

  1. Mengingat bahwa setelah tauhid adalah berbuat baik kepada orang tua memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam karena itu apabila Anda ingin menarik perhatian ibu Anda untuk menikah dengan pilihan Anda maka hal itu lebih baik bagi Anda dan apabila beliau tidak ridha sementara Anda memiliki alasan syar’i dan Anda takut terjerembab dalam kubangan dosa, maka tidak ada masalah bagi Anda menikah dengan orang yang menjadi pilihan Anda tapi dengan syarat Anda tetap menjaga ketentuan-ketentuannya dan dilaksanakan dalam kerangka syariat suci Islam.
Jawaban Detil

Menikah dan merajut ikatan rumah tangga memiliki signifikansi khusus dalam pandangan Islam. Karena dari satu sisi, menurut Islam, pernikahan merupakan perantara dan wasilah untuk kesucian dan menjinakkan pelbagai gejolak seksual, ketenangan dan gerakan menuju kesempurnaan agama.

Dari sisi lain, Islam mencela selibasi (meninggalkan dunia dan kelezatannya) dan memandangnya sebagai penghalang bagi manusia menuju kesempurnaan dan kebahagiaan. Dalam pandangan Islam pernikahan merupakan sebuah perbuatan mulia dan dianjurkan bagi setiap orang untuk melangsungkannya. Namun apabila ia tahu bahwa sekiranya tidak menikah akan menjatuhkannya dalam kubangan doa maka dari itu menikah menjadi wajib baginya.[1]

Sehubungan dengan pertanyaan yang Anda kemukakan kiranya ada baiknya Anda memperhatikan beberapa poin berikut ini:

  1. Menurut syariat suci pernikahan-pernikahan haram hanya dapat ditemukan pada obyek-obyek berikut ini:

Pertama: Menikah dengan mahram.

Kedua: Menikah dengan wanita yang memiliki suami.

Ketiga: Menikah dengan saudara istri (selama masih terikat pernikahan dengannya).

Keempat: Menikah dengan wanita yang masih dalam masa iddah.

Kelima: Menikah dengan wanita yang telah disodomi saudaranya.

Keenam: Menikah dengan orang kafir non-kitab (selain Ahlulkitab)

Ketujuh: Menikah dalam masa ihram.

Kedelapan: Menikah permanen dengan wanita kelima

 

Karena itu, dalam hal ini, apabila tidak ada kekuatiran bakalan terlemahkan keyakinannya dan tidak akan tersesat maka tidak ada masalah seorang Syiah menikah dengan seorang Sunni, khususnya apabila terdapat kemungkinan baginya akan mendapatkan petunjuk menerima mazhab Ahlulbait (Syiah).

 

Istiftâ’ât (pertanyaan meminta fatwa dari Marja Taklid) berikut ini boleh jadi dapat menjelaskan persoalan yang Anda hadapi:

Pertanyaan: Bagaimana hukumnya pernikahan antara Muslim dan non-Muslim? Demikian juga pernikahan antara Syiah dan Sunni?

 

Jawaban:

Ayatullah Agung Fadhil Langkarani Ra:

Tidak dibenarkan wanita Muslimah menikah dengan pria non-Muslim dan makruh hukumnya pernikahan wanita Syiah dengan pria Sunni. Namun tidak ada halangan seorang Muslim menikah dengan wanita non-Muslim apabila tersebut merupakan pernikahan temporal. Demikian juga pernikahan pria Syiah dan wanita Sunni.

 

Ayatullah Agung Bahjat Ra:

Tidak ada masalah pernikahan temporal apabila salah satunya adalah Ahlulkitab. Dan sesuai dengan asumsi kedua tidak boleh putri atau wanita Syiah dinikahkan dengan mereka (Sunni) mengikut prinsip ihtiyâth taklifi.

 

Ayatullah Agung Siistani (Mudda Zhilluhu al-‘Ali):

Tidak dibenarkan menikah dengan Ahlulkitab mengikut prinsip ihtiyâth wâjib dan dibolehkan menikah dengan Ahlusunnah apabila tidak terdapat kerisauan akan menyimpang (dari mazhab yang benar).

 

Ayatullah Agung Makarim Syirazi (Mudda Zhilluhu al-‘Ali):

Tidak dibenarkan seorang Muslim menikah dengan wanita non-Muslim. Sehubungan dengan pertanyaan kedua, tidak ada masalah pernikahan bagi pria Syiah dengan wanita Sunni. Namun bermasalah pernikahan wanita Syiah dan pria Sunni mengingat adanya kemungkinan penyimpangan mazhab.

 

Catatan:

Tidak dibenarkan melangsungkan pernikahan dengan sebagian sekte seperti Ghulat, Nashibi dan Khawarji yang memandang diri mereka sebagai Muslim, namun pada hakikatnya dihukumi kafir.[2]

 

  1. Adapun sehubungan dengan sebagian pertanyaan Anda seperti yang Anda kutip dari ucapan ibu Anda sekaitan dengan perilaku para khalifah dan Sunni kiranya perlu disebutkan bahwa Syiah meyakini bahwa untuk mengkaji kepribadian setiap orang maka seluruh perbuatannya harus dipelajari. Segala gelar dan apa pun kedudukannya tidak boleh menjadi penghalang dilakukannya penelitian tentangnya. Menyertai dan menemani Rasulullah Saw dan keluarganya meski merupakan sebuah kehormatan namun hal ini tidak berarti memandang mereka (sahabat) suci atau mengabaikan kesalahan mereka.[3] Sebagaimana al-Qur’an melontarkan kecaman terhadap kaum Muhajirin dan Anshar akibat kesalahan-kesalahan yang mencolok yang mereka lakukan.

Setelah wafat Rasulullah Saw tercipta pelbagai kondisi sehingga Ali yaitu orang yang diperkenalkan oleh Rasulullah Saw sebagai khalifah dan penggantinya disingkirkan dan beliau memilih tinggal di rumah semasa pemerintahan Abu Bakar, Umar dan Usman. Imam Ali, meski tidak ridha dengan apa yang dikerjakan oleh khilafah, namun demi kepentingan dan kemaslahatan Islam dan kaum Muslimin, tidak pernah menolak ketika dimintai pendapat dan bimbingan oleh para khalifah.  Tentu saja hal ini tidak bermakna adanya keridhaan dari Imam Ali terhadap kinerja dan tindak-tanduk pemerintahan para khalifah. Misalnya, pada sebagian peperangan, sebagai contoh pada perang melawan Iran dan Roma, Amirul Mukminin Ali As dimintai musyawarah oleh khalifah dan beliau mengemukakan beberapa usulan supaya kaum Muslimin mencapai kemenangan meski beliau tidak turut serta dalam peperangan.  Hanya saja sekiranya Nabi Saw masih hidup atau Imam Ali menduduki kursi khilafah pasca wafatnya Rasulullah Saw, tentu saja pelbagai penaklukan (futuhat) tidak akan berlaku seperti itu. Artinya pelbagai penaklukan yang dilakukan pada masa para khalifah sepenuhnya tidak mendapat dukungan dari Amirul Mukminin Ali As.[4]

 

  1. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa setelah melarang manusia untuk berbuat syirik, Allah Swt memerintahkan manusia untuk berbuat baik (ihsan) kepada ayah dan ibunya. Mendiang Allamah Thabathabai Ra berkata, salah satu kewajiban terbesar manusia setelah tauhid adalah berbuat baik kepada orang tua.[5] Dalam masalah berbuat baik dan menghormati tidak terdapat perbedaan apakah orang tuanya kafir atau Mukmin; karena al-Qur’an menyatakan dengan mutlak (tanpa syarat), “wa bil wâlidaini ihsana.” (dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, al-An’am [6]:151)[6]

 

Kesimpulannya sebagaimana yang telah kami jelaskan bahwa tidak ada masalah terkait dengan inti pernikahan dengan menjalankan ketentuan-ketentuannya. Dan menjadi prioritas pertama apabila mampu, dengan segala hormat,  Anda harus mendapatkan keridhaan ibu Anda. Apabila ibu Anda tidak ridha dan Anda tidak masalah dengan itu, Anda dapat memilih pilihan yang cocok dengan pilihan ibu Anda dan hal ini lebih baik bagi Anda (tentu saja keridhaan dan doa ibu sangat berpengaruh dalam kesuksesan dan kemajuan bagi Anda).

Pada akhirnya, apabila gadis yang Anda telah pilih Anda pandang merupakan pilihan terbaik dan paling cocok untuk dinikahi dan Anda dalam berada dalam kondisi dilematis bahwa sekiranya Anda tidak menikah (dengannya) kuatir bakalan terjerumus dalam kubangan dosa maka Anda dapat menikah dengan gadis pilihan Anda dalam kerangka instruksi-instruksi syariat suci Islam. [iQuest]

 


[1]. Taudhih al-Masail (al-Muhassya lil Imam al-Khomeini), jil. 2, hal. 449, Ahkam Nikah ya Izdiwaj wa Zanasyui dan demikian juga Masalah 2443. Diadaptasi dari Pertanyaan 1123, Indeks: Pernikahan dan Pendidikan, (Site: 164)  

[2]. Diadaptasi dari Risâlah Dânesyjui, hal-hal 212 dan 228.  

[3]. Diadaptasi dari Pertanyaan 1289, Syiah dan Khilafah Pasca Rasulullah Saw.  

[4] . Diadaptasi dari Pertanyaan 512 (Imam Ali As dan Pengerahan Pasukan Para Khalifah ke Beberapa Negara)

[5]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, terjemahan Persia al-Mizân, jil. 13, ayat 14 dan 23 surah al-Isra (17).  

[6]. Demikian juga Imam Baqir As bersabda, “Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, (terlepas) apakah ia orang jahat atau baik.” Bihâr al-Anwâr, jil. 71, hal. 56, Muassasah al-Wafa, Beirut. Diadaptasi dari Pertanyaan 522 (Site: 584) Perintah-perintah Orang Tua dan Taklif Anak-anak)

 

 

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...