Advanced Search
Hits
6517
Tanggal Dimuat: 2012/04/15
Ringkasan Pertanyaan
Apakah bumi memiliki tanah seukuran badan seluruh manusia yang hidup di atasnya tatkala terjadi ma’âd jasmani?
Pertanyaan
Apakah bumi memiliki tanah seukuran badan seluruh manusia yang hidup di atasnya tatkala terjadi ma’âd jasmani?
Jawaban Global

Ma’âd di samping jasmani juga ruhani. Apa yang disebut dalam ma’âd jasmani adalah kembalinya bagian-bagian orisinil (ahsliyah) badan.

Bagian orisinil (ashliyah) adalah bagian-bagian yang disebutkan dalam sebagian riwayat sebagai thinat. Dengan definisi ini, tatkala seluruh manusia meninggal dunia dan binasa, sesuai dengan beberapa riwayat, yang tersisa adalah thinat dan bagian-bagian orisinilnya. Yang pergi ke akhirat adalah bagian-bagian orisinil manusia.

Karena itu, ma’ad jasmani tidak memerlukan tanah lebih planet bumi sehingga harus dipertanyakan apakah bumi mencukupi sebagai tempat berkumpulnya manusia di padang masyhar?

Jawaban Detil

Di antara pembahasan penting tentang ma’âd adalah pembahasan tentang bagaimana proses terjadinya ma’âd dari sudut pandang jasmani dan ruhani dimana dalam hal ini terdapat tiga pendapat dari para filosof dan teolog Islam:

  1. Hanya ma’âd jasmani (dimana ruh juga termasuk sebagai jism lathif).
  2. Hanya ma’âd ruhani.
  3. Keyakinan terhadap keduanya; pada hari Kiamat di samping ruh yang akan dibangkitkan juga badan. Di samping pelbagai kelezatan dan penderitaan indrawi, pelbagai kelezatan dan penderitaan non-indrawi dan rasional juga akan terwujud.

 

Realisasi ma’âd ditetapkan dengan argumen-argumen rasional dan juga argumen-argumen yang terangkap dari akal (akal) dan nukilan (naql). Namun terdapat perbedaan pendapat di antara ulama terkait dengan apakah ma’âd itu jasmani atau ruhani. Pada kesempatan ini kita tidak akan mengkaji dan mengkritisi perbedaan pendapat yang masing-masing dilontarkan oleh kedua belah pihak.

Kali ini, kita tidak ada pembahasan terkait dengan ma’âd ruhani. Pembahasan yang mengemuka adalah pada ma’âd jasmani dan bagaimana proses terealisirnya ma’âd jasmani. Ma’âd ruhani adalah tuntutan keadilan, hikmah dan rahmat Allah Swt.

Inti ma’âd jasmani juga ditetapkan melalui beberapa cara. Misalnya dalam al-Qur’an dan beberapa riwayat, sebagian dari pahala-pahala ukhrawi, partikular dan indrawi dan hal ini menunjukan kembalinya pada benda duniawi.

Sekarang pertanyaan yang mengedepan apakah ma’âd jasmani adalah kembalinya benda (jism) duniawi persis dengan benda duniawi yang sebelumnya dengan segala ciri dan tipologinya atau berbeda?

Apa yang didukung oleh al-Qur’an adalah kembalinya benda (jism) duniawi persis dengan benda duniawi yang sebelumnya dan ayat yang paling jelas adalah permohonan Nabi Ibrahim As kepada Allah Swt terkait dengan bagaimana proses menghidupkan orang mati. Pada kisah tersebut Allah Swt menunjukkan kepada Nabi Ibrahim bagaimana badan yang telah hancur dikumpulkan dan dihidupkan kembali. Kisah Nabi Uzair juga demikian adanya. Begitu pula dengan penyerupaan menghidupkan orang mati dengan menghidupkan bumi dan lain sebagainya kesemuanya menjelaskan tentang ma’âd jasmani.

Namun hal ini tidak dapat dipahami sehubungan dengan kembalinya fawâdhil (bagian-bagian addisional dan tambahan manusia seperti rambut, kulit, tulang dan lain sebagianya) dari ayat ini karena problematika yang lebih asasi boleh jadi terlintas dalam benak seseorang bahwa bagaimana benda material yang senantiasa berubah dan berganti, mengalami proses menjadi dan mengalami kerusakan pergi ke sebuah alam yang telah disebutkan yang tidak terdapat sama sekali perubahan dan kerusakan melainkan dalam terma teknis filsafat aktualitas murni dan tidak terdapat satu pun potensi di dalamnya?

Dengan asumsi ini, disebutkan bahwa kembalinya jasmani pada ma’âd jasmani tidak meniscayakan kembalinya fawâdhil disertai dengan seluruh aksiden-aksiden material. Hal ini adalah penyokong persoalan yang disebutkan di atas berdasarkan tiadanya kemungkinan unsur-unsur hancur di alam kiamat sebagaimana yang telah disinggung di atas; karena apabila kita berkata jasmani ini dengan segala aksiden dan fawâdhil-nya maka hal itu akan meniscayakan seluruh tingkatan alam keberadaan yang tertinggi kita batasi dengan sebuah batasan sebagaimana yang terdapat pada tingkatan terendah alam tabiat!

Karena itu, kita saksikan bahwa tatkala Jibril yang merupakan substansi non-material turun ke alam tabiat, ia turun dalam bentuk Duhiyyah al-Kalbi (dalam bentuk jasmani) karena setiap tingkatan dari alam eksistensi masing-masing memiliki hukum tersendiri.

Nah dengan memperhatikan perbedaan dua alam ini tentu tidak dapat seluruh kemestian material dunia menetapkan materi ukhrawi (dan sebaliknya), sebagaimana air yang teredapat pada dunia flora berada pada alam-alam luaran dan warna dan rasanya mengalami perubahan. Namun sesuai dengan penegasan al-Qur’an bahwa air-air yang terdapat di surga sama sekali tidak akan mengalami perubahan karena kondisinya yang lebih tinggi dan lebih sempurna.[1]

Harus dikatakan bahwa pada ma’âd jasmani yang akan dibangkitkan adalah jasmani namun model jasmani di sana berbeda dengan jasmani di dunia dan bagian-bagian tambahan (fawadhli) yang telah sirna dan yang tersisa hanyalah bagian-bagian ashliyah (orisinil) yang ada.

Kebanyakan ulama dalam masalah ma’âd jasmani menegaskan pendapat ini bahwa keyakinan terhadap kembalinya bagian-bagian fawadhil (bagian-bagian tambahan) bukanlah termasuk perkara wajib dalam ideologi Islam.[2]

Khaja Nashiruddin Thusi dalam Tajrid berkata, “Apa yang menjadi hal pokok mazhab adalah penetapan ma’âd jasmani dalam agama Muhammad Saw dan tidak wajib meyakini kembalinya bagian-bagian tambahan (fawadhil) jasmani.”

Qausyaji, Muhaqqiq Ardabili, Allamah Hilli, dan Sayid Asyraf bin Abdulhabib al-Husaini adalah orang-orang yang memberikan syarah (ulasan) atas buku Tajrid juga menegaskan masalah ini dalam mengulas redaksi kalimat di atas.

Dalam ungkapan-ungkapan ulama besar seperti Sayid Abdullah dalam Mashâbih al-Anwâr dan Allama Dawwani dalam Syarh ‘Aqâid al-‘Adhudiyyah demikian juga Mahdi Naraqi dalam Misykât al-‘Ulûm fî Bayân Mautsiqat ‘Ammâr al-Sâbâthi, memandang thinat yang tersisa yang juga disebut disebut sebagai bagian-bagian ashliyah dan sebagai hal yang mesti bahwa thinat[3] ini yang akan dibangkitkan pada hari Kiamat sebagai jasmani ukhrawi.

Di sini kita akan menyinggung riwayat Ammar Sabathi sehubungan dengan kembalinya thinat asli jasmani sebagai berikut:

Imam Maksum ditanya apakah jasad mayit akan rusak? Imam bersabda, “Iya sedemikian (rusak) sehingga tidak akan ada daging dan tulang yang tersisa selain thinat yang (pada permulaan) telah dicipta dan thinat ini tidak akan rusak kecuali tertahan di kubur hingga (manusia) akan diciptakan (dibangkitkan) kembali sebagaimana pertama kali mereka diciptakan.”[4]

Boleh jadi dapat diasumsikan bahwa seluruh tipologi jasmani seorang manusia terletak pada thinat-nya yang dapat disimpan dalam sebuah molekul yang dengan memanfaatkannya, jasmani pada hari kiamat akan kembali merekonstruksi dirinya dan masalah ini bukanlah suatu hal yang aneh karena kita tahu bahwa sekarang para ilmuan telah menemukan bahwa kurang-lebih seluruh tipologi seorang manusia terpendam pada genetik-genetik yang terdapat pada sel-sel badannya dan proses kloning juga dilakukan dengan memanfaatkan memori natural ini. Jelas bahwa Tuhan yang menciptakan manusia mampu menjaga memori ini  dalam bentuk yang paling cermat bahkan pada sebuah atom.

Dengan penjelasan ini, ma’âd yang akan terjadi adalah ma’ad jasmani juga ruhani. Dan pada jasmani hanya bagian-bagian ashliyah yang akan kembali bukan fadhliyah. Dari sini menjadi jelas bahwa adanya bumi tambahan tidak ada sangkut pautnya dengan ma’âd jasmani sehingga kita harus berbicara tentang apakah bumi mencukupi untuk menampung seluruh orang semenjak awal hingga akhir ketika kelak mereka dikumpulkan. Karena yang mengemuka pada ma’âd jasmani adalah bagian-bagian ashliyah badan bukan bagian-bagian fadhliyah-nya. [iQuest]

 

Untuk telaah lebih jauh silahkan lihat indeks terkait berikut ini:

Bagaimana Manusia yang meninggal di luar bumi Dikumpulkan, Pertanyaan 12120 (Site)

 

 

 


[1]. Ali Rabbani Gulpaigani, Aqaid Istidlâli, jil. 2, hal. 246, Markaz Nasyr Hajir, 1387.  

[2]. Al-Iskawi al-Hairi, al-Haj Mirza Musa, Ihqâq al-Haq, hal. 17 sampai 24, Mathba’at al-Nu’man al-Najaf al-Asyraf, Cetakan Kedua, 1358 H – 1965 M.  

[3]. Dapat diartikan sebagai watak atau bawaan lahir.  

[4]. Kulaini, al-Kâfi, jil. 3, hal. 251, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran.

 سُئِلَ عَنِ الْمَيِّتِ يَبْلَى جَسَدُهُ قَالَ نَعَمْ حَتَّى لَا يَبْقَى لَهُ لَحْمٌ وَ لَا عَظْمٌ إِلَّا طِينَتُهُ الَّتِي خُلِقَ مِنْهَا فَإِنَّهَا لَا تُبْلَى تَبْقَى فِي الْقَبْرِ مُسْتَدِيرَةً حَتَّى يُخْلَقَ مِنْهَا كَمَا خُلِقَ أَوَّلَ مَرَّةٍ

 

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261189 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246319 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230104 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214963 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176298 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171602 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168090 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158148 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140940 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134029 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...