Advanced Search
Hits
24173
Tanggal Dimuat: 2013/03/09
Ringkasan Pertanyaan
Apakah makna mengolok-olok itu yang sebenarnya? Apakah karikatur juga merupakan salah satu contoh mengolok-olok?
Pertanyaan
Apakah makna mengolok-olok itu yang sebenarnya? Apakah karikatur juga merupakan salah satu contoh mengolok-olok?
Jawaban Global
Kebanyakan para ahli bahasa dan pakar tafsir al-Quran memandang tamaskhur dan istihzâ sebagai satu makna dan sinonim.  Makna kata ini adalah yaitu seseorang menghina seseorang lainnya dan mendegradasi kedudukan serta posisinya. Atau memandang rendah dan menertawakan salah satu prinsip dan ajaran-ajaran kemanusiaan serta agama.Karena itu, makna tamaskhur adalah mengolok-olok dan menertawakan orang lain.
Tamaskhur boleh jadi mengarah kepada seseorang atau beberapa orang, dan boleh jadi mengarah pada budaya, adab, tradisi, nilai-nilai moral dan agama.
Nah apabila karikatur dibuat dengan maksud untuk mengolok-ngolok dan menertawakan; untuk menghancurkan dan menunjukkan aib orang-orang atau merendahkan suatu kaum, suku dan seterusnya maka ia termasuk sebagai tamaskhur (mengolok-ngolok).
Tentu secara natural perbuatan ini tidak dibenarkan dari sudut pandang akal dan syariat. Namun apabila dikerjakan dalam rangka mewarnai pemikiran umum, merefleksikan pelbagai kelemahan masyarakat dan menjelaskan pelbagai problematika yang dihadapi warga dan masyarakat maka tentu saja tidak dapat dikategorikan sebagai mengolok-ngolok. Pekerjaan seperti ini adalah sebuah risalah dari seniman untuk menjelaskan pelbagai problematika sosial dan politik, entah itu masalah-masalah ekonomi, diskriminasi, ketidakadilan dan seterusnya.
 
Jawaban Detil
Makalah ini pertama-tama akan mengkaji secara global sebab-sebab, faktor-faktor dan konsekuensi-konsekuensi salah satu pendekatan keliru secara moral yaitu tamaskhur dan istihzâ, berdasarkan ajaran-ajaran agama kemudian beralih pada pembahasan apakah karikatur dapat digolongkan sebagai tindakan tamaskhur (mengolok-ngolok) atau ia terkecualikan dari persoalan ini? Atas dasar itu, pertama-tama harus dijelaskan terlebih dahulu apa itu tamaskhur.
Bagian pertama
  1. Definisi tamaskhur dan istihzâ
Kebanyakan para ahli bahasa dan pakar tafsir al-Quran memandang tamaskhur dan istihza sebagai satu makna dan sinonim. Makna kata ini adalah yaitu seseorang menghina seseorang lainnya dan mendegradasi kedudukan serta posisinya.[1] Atau memandang rendah dan menertawakan salah satu prinsip dan ajaran-ajaran kemanusiaan serta agama.
Kata “sa-kh-ri-yah” yang merupakan derivasi kata “ya-s-kha-r” bermakna istihzâ. Adapun istihzâ bermakna bahwa manusia berkata sesuatu yang dengan perantara perkataan itu ia menghina dan merendahkan seseorang, entah disampaikan secara lisan atau menggunakan isyarat, entah itu meniru-niru seseorang sedemikian sehingga orang-orang yang melihat dan mendengarnya tertawa,  entah itu dengan isyarat atau meniru-niru.[2]
Kedua makna ini dapat disimpulkan dari al-Quran seperti pada dua ayat berikut ini:
  1. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela dirimu sendiri (baca: sesama saudara seiman) dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.”[3]
  2.  “Katakanlah, “Apakah kamu selalu memperolok-olokkan Allah, ayat-ayat, dan rasul-Nya?”[4]
Jenis-jenis mengolok-olok
Mengolok-olok (tamaskhur) dapat dikategorikan dalam beberapa jenis. Perbuatan ini terkadang dinyatakan dalam bentuk parodi dan menyandarkan gelar-gelar buruk dan keji, atau dalam betuk tulisan, atau karikatur, terkadang dalam bentuk pentas dan meniru-niru dialek kaum dan bangsa tertentu dan lain sebagainya yang biasanya dimuat pada media-media cetak; seperti surat kabar, selebaran, media-media audio dan visual seperti radio, televisi, dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan istihzâ dan tamaskhur, terkadang dinyatakan dengan lisan dan terkadang dengan perbuatan; seperti isyarat, singgungan, mimik ucapan, meniru gerakan dan ucapan; sedemikian sehingga orang-orang yang mendengar dan melihatnya akan tertawa.
Akan tetapi dalam penggunaan al-Quran terdapat kata-kata lain yang berkaitan dengan tamaskhur dari sisi subyek persoalannya; seperti humazah, lumazah, tanâbuz yang memerlukan ruang dan waktu lain untuk membahasnya. Karena itu, bagi yang berminat untuk menggali masalah ini lebih dalam, kami sarankan bagi yang berminat untuk merujuk pada kitab-kitab tafsir.[5]
Motivasi dan akar Tamaskhur
Dari sudut pandang al-Quran, tamaskhur dan istihzâ sebagaimana perbuatan-perbuatan keji manusia lainnya, bertitik tolak dari beberapa faktor dan akar persoalan yang beragam yang akan kita bahas sebagian darinya sebagaimana berikut ini:
  1. Memandang diri lebih baik
Memandang diri, kaum, suku dan bangsa lebih unggul merupakan salah satu faktor yang membuat seseorang mengolok-ngolok orang lain. Kebanyakan parodi yang dimaksudkan untuk bangsa-bangsa dan budaya-budaya bangsa lain disebabkan oleh karena yang mengolok-ngolok memandang dirinya atau kaumnya lebih baik dari kaum orang lain, “janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). [6] Dari redaksi ayat, “boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)” dapat dipahami bahwa faktor utama orang mengolok-ngolok adalah karena merasa diri lebih baik, adanya perasaan congkak dan angkuh.[7]
  1. Cinta dunia
Dalam kandungan-kandungan ajaran agama, ketergantungan orang-orang kafir kepada dunia merupakan salah satu faktor mereka mengolok-ngolok orang-orang beriman, “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan (oleh karena itu), mereka memandang hina orang-orang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia dari mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan.” (Qs. Al-Baqarah [2]:212)
 
  1. Kebodohan dan kedunguan
Kebanyakan orang disebabkan oleh ketidaktahuannya terhadap hukum dan akibat buruk duniawi serta ukhrawi mengolok-ngolok orang lain semata-mata ingin bersenda gurau dan menghabiskan waktu, sementara dalam beberapa riwayat telah diingatkan tentang celaan terhadap kebodohan dan kedunguan. Imam Ali As dalam hal ini bersabda, “Seburuk-buruk penyakit adalah kebodohan.”[8]
  1. Perbuatan dosa
Salah satu faktor mengapa orang melakukan perbuatan mengolok-ngolok adalah karena tenggelam dalam perbuatan dosa; mengingat dosa akan melegamkan hati manusia dan membuatnya lari dari nilai-nilai moral. Oleh itu, tatkala berhadapan dengan ayat-ayat Ilahi, mereka mengolok-ngoloknya. Al-Quran terkait dengan kelompok ini berkata, “Kemudian pendustaan terhadap ayat-ayat Allah dan memperolok-olokkannya adalah akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan.” (Qs. Al-Rum [30]:10)
Pengaruh mengolok-ngolok
Tercela, buruk dan haramnya mengolok-olok, sandaran-sandaran yang tidak pantas kepada orang-orang, mencari-cari aib, mengungkap rahasia-rahasia masyarakat merupakan hal yang pasti, entah itu melalui media atau melalui satelite dan jaringan-jaringan sosial lainnya, meski keharaman dan ketercelaannya lebih besar apabila dilakukan di media; karena pengaruh buruknya akan semakin bertambah. Di sini kami akan menyinggung dua contoh pengaruh buruk mengolok-olok secara budaya, religious, politik dan social sebagaimana berikut:
  1. Mencemarkan nama baik seseorang
Salah satu masalah yang kita hadapi pada masa sekarang ini adalah tersebarnya pelbagai SMS dan Bluetooth yang dengan perantara keduanya, banyak masalah anti-moral, satiris, olok-olokan terhadap pelbagai tingkatan masyarakat, tersebar di tengah masyarakat sementara ajaran-ajaran agama memandang kehormatan manusia beriman lebih tinggi daripada baitullah, “Imam Shadiq As bersabda, “Kehormatan seorang Mukmin lebih mulia daripada Ka’bah.”[9]
  1. Melupakan Tuhan
Salah satu pengaruh buruk mengolok-olok dan sibuk untuk hal-hal seperti ini, di samping akan melemahkan emosi keagamaan, rapuhnya fondasi akidah masyarakat, juga akan membuat manusia lupa akan Tuhan, “Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka menjadikanmu lupa mengingat-Ku, dan kamu selalu menertawakan mereka.” (Qs. Al-Mukminun [23]:110)
Makna ayat ini adalah bahwa kesibukan mengolok-ngolok orang-orang beriman dan menertawakan keyakinan, kepercayaan, tindakan dan perbuatan mereka akan menyebabkan manusia akan lalai mengingat Tuhan dan akhir dari melalaikan dan melupakan Tuhan adalah terpuruknya manusia dalam azab Ilahi.
Bagian Kedua: Karikatur
Dewasa ini, karikatur dikenal sebagai salah satu cabang seni di samping seni-seni yang lain seperti parodi politik dan lain sebagainya. Karikatur merupakan sebuah media yang digunakan untuk merefleksikan masalah-masalah sosial, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Belakangan, para karikaturis dengan seninya merefleksikan selaksa problematika dan pelbagai kekurangan sosial dalam bentuk karikatur. Mereka juga seperti orang lain dan pelbagai kelompok masyarakat melalui media ini beramal sesuai dengan risalah budaya dan komitmen-komitmen sosial dan keagamaan mereka.
Sebagai contoh, apabilah seorang karikaturis, melukiskan salah satu permisalan al-Quran dalam bentuk karikatur, seperti ayat ini, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”[10] Tentunya akan menjadi pelajaran bagi sebagian orang dimana ayat ini dilukiskan dalam bentuk seseorang yang sedang menyantap api. Atau ayat, “yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya (tanpa memperhatikan mana harta yang halal dan mana yang haram).” Yang merupakan ancaman dan peringatan Tuhan terhadap para pengumpul harta, diekspresikan dalam bentuk karikatur.
Nah pertanyaannya apakah karikatur seperti ini dapat dinilai sebagai mengolok-ngolok? Tentu saja tidak, bahkan karikatur seperti ini adalah beramal terhadap risalah agama dan budaya.
Bagaimanapun, pekerjaan ini (karikatur) apabila digunakan untuk menghancurkan dan menunjukan aib orang-orang atau ingin mencapai tujuan-tujuan tercela, irasional dan bertentangan dengan syariat,[11] atau pada posisi ingin merusak budaya dan lain sebagainya, maka karikatur akan termasuk sebagai perbuatan mengolok-ngolok dan tentu saja hal ini tidak dibenarkan.
Sudah pasti secara natural bahwa perbuatan ini tidak dibenarkan dari sudut pandang akal dan syariat. Namun apabila dikerjakan dalam rangka mewarnai pemikiran umum, merefleksikan pelbagai kelemahan masyarakat dan menjelaskan pelbagai problematika yang dihadapi warga dan masyarakat maka tentu saja tidak dapat dikategorikan sebagai mengolok-ngolok, melainkan sebuah risalah dari seniman untuk menjelaskan pelbagai problematika sosial dan politik, entah itu masalah-masalah ekonomi, diskriminasi, ketidakadilan dan seterusnya, kepada para aparat dan orang-orang yang berkepentingan. [iQuest]
 

[1]. Sayid Abul Hasan Fahri, Farhang al-Muhith, klausul, “ta-ma-s-khu-r”; Hasan Mustafawi, al-Tahqiq fi Kalimât al-Qur’ân al-Karim, jil. 11, hal. 256; Ali Akbar Qarasyi, Qâmus Qur’ân, jil. 7, hal. 154, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1371 S.  
[2]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 18, hal. 321, Daftar Intisyarat-e Islami, Qum, 1417 H.
[3].  (Qs. Al-Hujurat [49:11)
"یا أَیّهَا الّذینَ آمَنُوا لا یَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسی أَنْ یَکُونُوا خَیْرًا مِنْهُمْ وَ لا نِساءٌ مِنْ نِساءٍ عَسی أَنْ یَکُنّ خَیْرًا مِنْهُنّ وَ لا تَلْمِزُوا أَنْفُسَکُمْ وَ لا تَنابَزُوا بِاْلأَلْقابِ..."
[4].  (Qs. Al-Taubah [9]:65)
"قُلْ أَ بِاللّهِ وَ آیاتِهِ وَ رَسُولِهِ کُنْتُمْ تَسْتَهْزِؤُنَ"؛
[5]. Sebagai contoh, silahkan lihat, Tafsir Nemune, Makarim Syirazi, jil. 27, hal. 309, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1372 S; Qâmus Qur’ân, jil. 7, hal. 164.
[6]. (Qs. Al-Hujurat [49]:11)  
[7]. Tafsir Nemune, jil. 22, hal. 179.  
[8]. Abdul Wahid Tamimi Amadi, Ghurar al-Hikam, hal. 73, Daftar Tablighat Islami, Qum, 1366 S.
[9].  Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 64, hal. 71, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1409 H.
[10]. (Qs. Al-Nisa [4]:10)  
[11]. Yang perlu diperhatikan di sini bahwa apabila karikatur dibuat dengan tujuan amar makruf dan nahi mungkar maka ia tidak dapat disebut sebagai mengolok-olok.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...