Please Wait
16691
Tidur adalah salah satu ayat-ayat Ilahi dan termasuk dari kebutuhan urgen kehidupan seluruh makhluk di alam semesta. Namun banyak tidur akan menyebabkan terbuang-buangnya usia manusia dan orang yang kebanyakan tidur, sebagaimana yang dinyatakan dalam beberapa riwayat, akan mengundang murka Ilahi.
Adapun terkait dengan masa tidur para Imam Maksum As berapa lama? Kita tidak memiliki riwayat akurat yang mengupas masalah ini. Dan dari sudut pandang psikologis juga tidak menentukan batasan berapa lama manusia harus tidur. Manusia berdasarkan kondisi naturalnya memerlukan tidur dengan ukuran yang berbeda-beda. Riwayat, pertama, menjelaskan batasan wajar tidur adalah antara enam hingga delapan jam. Kedua, waktu-waktu tertentu seperti awal malam dan tidur qailulah dipandang sebagai waktu terbaik untuk tidur dan melarang orang tidur pada waktu-waktu seperti antara terbitnya dua fajar, pada waktu sahar (akhir malam) dan detik-detik terakhir waktu siang.
Tidur dan bermimpi merupakan salah satu ayat Ilahi dan tanda kebesaran kekuasaan dan kehendak dalam pengaturan alam semesta. Tidur dipandang sebagai salah satu kebutuhan urgen manusia, sebagaimana dalam al-Qur’an dinyatakan, “Wa ja’alna naumakum subata.” (Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat Qs. Al-Naba [78]:9) Ungkapan subata (istirahat) merupakan isyarah subtil terhadap tidak bekerjanya beberapa bagian penting badan dan ruh manusia ketika tidur. Dan tidak bekerjanya bagian-bagian penting badan dan ruh manusia yang bersifat temporal membuat manusia dapat beristirahat, rehat dan berlangsungnya proses rekonstruksi anggota badan yang lelah serta terjadinya penguatan ruhani dan jasmani manusia, memperbaharui keceriaan manusia dan menghilangkan segala jenis kelelahan, kesedihan dan pada akhirnya kesiapan untuk memperbaharui pelbagai aktifitas keseharian manusia.
Tidur sangat berperan penting bagi keselamatan jiwa dan raga manusia. Atas dasar itu, para psikolog berupaya menata tidur pasiennya secara normal lantaran tanpa tidur maka keseimbangan jiwa mereka tidak akan tercapai. Orang-orang yang tidak tidur secara wajar adalah orang-orang yang telah layu, pemarah, stress, sedih dan menderita. Sebaliknya orang-orang yang tidur secara wajar tatkala ia bangun dari tidurnya maka ia merasakan adanya keceriaan dan kekuatan yang luar biasa dalam dirinya.[1]
Namun harap diperhatikan bahwa kebanyakan tidur akan menyebabkan terbuang-buangnya usia manusia dan sebagaimana yang dinyatakan dalam beberapa riwayat, orang yang banyak tidur akan mengundang murka Ilahi. Dalam kitab Man Lâ Yahdhuruhu al-Faqih menukil riwayat dari Imam Musa Kazhim As bahwa Allah Swt membenci orang-orang yang banyak tidur.[2] Dan dalam sebuah riwayat juga, Nabi Musa bertanya kepada Allah Swt tentang seburuk-buruk hamba. Allah Swt menjawab hamba yang tidur laksana bangkai dan melewatkan hari-harinya dengan sia-sia adalah seburuk-buruk hamba.[3]
Adapun sehubungan dengan berapa lama para maksum tidur sehari-semalam kita tidak memiliki riwayat dan informasi akurat. Dan terkait dengan ukuran tidur normal seorang manusia juga kita tidak dapat memberikan jawaban pasti karena ukuran tidur normal bagi setiap manusia berbeda-beda. Tidak ada batasan yang ditentukan terkait dengan ukuran normal manusia tidur. Setiap orang, sesuai dengan pengalaman dan ukuran aktifitas jasmani dan ruhaninya, akan menemukan ukuran normal tidurnya sehari-hari.[4]
Berdasarkan riset ilmiah, menunjukkan bahwa kebutuhan manusia untuk tidur adalah masalah yang pelik untuk dijawab misalnya sebagian pria tidur selama 5, 7 hingga 8 jam. Dan hampir 14 % pria memerlukan 10 jam untuk tidur.[5]
Dalam riwayat dijelaskan bahwa pertama batasan wajar tidur manusia adalah antara enam hingga delapan jam. Karena sebagian riwayat menjelaskan agenda-agenda keseharian bagi orang beriman. Seperempat waktu dari siang dan malam istirahat. Dan sebagain riwayat lainnya, memperkenalkan sepertiga waktu dari siang dan malam untuk istirahat bagi manusia[6] yang kalau dihitung-hitung menjadi antara 6 hingga 8 jam sehari-semalam. Namun demikian, tidur juga berbeda pada setiap manusia berdasarkan usianya. Semakin manusia tua atau kesempurnaan spiritualnya semakin banyak maka kebutuhannya untuk tidur semakin berkurang.
Kedua, waktu-waktu berlainan seperti tidur qailulah (sejam sebelum waktu Dhuhur), tidur di awal waktu malam[7] dipandang sebagai waktu terbaik untuk tidur dan waktu-waktu seperti antara terbitnya dua fajar,[8] penghujung malam (sahar)[9] dan detik-detik terakhir waktu siang diperkenalkan sebagai seburuk-buruk waktu untuk tidur bagi manusia sehari-semalam. [IQuest]
[1]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 26, hal. 19, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Paiz, 1369 S.
[2]. Syaikh Shaduq Ra, Man Lâ Yahdhuruhu al-Faqih, jil. 3, hal. 103, Tanpa Tahun, Tanpa Tempat.
[3]. Sayid Jawad Mustafa, Behesyt Zendegi, jil. 3, hal. 99, Burhan, Tanpa Tahun, sesuai dengan nukilan Safinat al-Bihar.
[4]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 26, hal. 19, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Paiz, 1369 S.
[5]. Sayid Ridha Paknejad, Awwâlin Dânesygah wa Âkhirin Payâmbar Saw, jil. 8, hal. 183, Kitabpurusy-e Islami, 1351 S.
[6]. Nahj al-Balâgha, Hikmah-hikmah Pendek, Hikmah 390.
[7]. Muhammad Baqir Majlisi, Hilyat al-Muttaqin, hal. 126, Daftar-e Nasyr Barguzideh, Bahar 1375 S.
[8]. Ibid.
[9]. Muhammad Husain Thabathabai, Sunan al-Nabi, hal. 141, Hadis 150, Intisyarat-e Islami, Tabestan, 1378 S.