Please Wait
Hits
83119
83119
Tanggal Dimuat:
2012/12/30
Ringkasan Pertanyaan
Apa khasiat ayat dan surah Nur? Apakah benar seperti yang dikatakan apabila ayat ini dibaca dengan bilangan tertentu akan mendatangkan berkah yang banyak?
Pertanyaan
Apa khasiat ayat dan surah Nur? Apakah benar seperti yang dikatakan apabila ayat ini dibaca dengan bilangan tertentu akan mendatangkan berkah yang banyak?
Jawaban Global
Quran adalah kitab amal dan membacanya merupakan permulaan untuk iman dan berfikir, dan juga perantara untuk mengamalkan isinya, dan dari sekian pahala yang besar ini terwujud dari sini disertai dengan syarat-syarat ini. Membaca setiap surah yang ada akan membuahkan pengaruh dunia dan akhirat dan para Imam Maksum As telah menjelaskan keutamaan-keutamaan dari setiap surah tersebut.
Begitu juga dengan surah dan ayat penuh berkah Nur sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat bahwa surah ini (ayat 35 surah Nur) mempunyai khasiat dan pengaruh yang beragam.
Berbicara tentang bacaan atau membaca ayat-ayat dan dzikir-dzikir, angka dan bilangan memiliki peranan yang penting dan ayat atau dzikir tersebut harus dibaca dengan bilangan tertentu sehinggah membuahkan khasiat dan pengaruh tertentu.
Akan tetapi apabila seseorang membaca ayat ini sesuai dengan bilangan yang telah ditentukan dan tidak mendapatkan hasilnya hal itu dikarenakan terdapat penghalang pada syarat-syarat pendahuluan (yang belum terpenuhi) sehingga untuk terwujudnya khasiat dan pengaruh dari ayat dan dzikir ini maka diperlukan supaya menyingkirkan penghalang tersebut sehingga ayat atau dzikir tersebut membuahkan hasil. Artinya bahwa semuanya yang telah dijelaskan hanya terhitung sebagai sebab persiapan dan pendahuluan.
Begitu juga dengan surah dan ayat penuh berkah Nur sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat bahwa surah ini (ayat 35 surah Nur) mempunyai khasiat dan pengaruh yang beragam.
Berbicara tentang bacaan atau membaca ayat-ayat dan dzikir-dzikir, angka dan bilangan memiliki peranan yang penting dan ayat atau dzikir tersebut harus dibaca dengan bilangan tertentu sehinggah membuahkan khasiat dan pengaruh tertentu.
Akan tetapi apabila seseorang membaca ayat ini sesuai dengan bilangan yang telah ditentukan dan tidak mendapatkan hasilnya hal itu dikarenakan terdapat penghalang pada syarat-syarat pendahuluan (yang belum terpenuhi) sehingga untuk terwujudnya khasiat dan pengaruh dari ayat dan dzikir ini maka diperlukan supaya menyingkirkan penghalang tersebut sehingga ayat atau dzikir tersebut membuahkan hasil. Artinya bahwa semuanya yang telah dijelaskan hanya terhitung sebagai sebab persiapan dan pendahuluan.
Jawaban Detil
Quran adalah kitab petunjuk, amal dan pembangun manusia, karena itu membacanya merupakan permulaan untuk iman dan berfikir, dan pada tahapan berikutnya perantara untuk mengamalkan isinya, dan untuk sampai pada tujuan terakhir yaitu kesempurnaan dan kebahagiaan abadi. Oleh itu seluruh isi al-Quran adalah cahaya dan tak seharusnya ada orang terhalang dari mengambil berkahnya.
Tentang keutamaan surah Nur terdapat hadis-hadis dari para Imam Maksum As, di antaranya adalah:
Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa membaca surah Nur, Allah Saw akan memberikan sepuluh kebaikan kepadanya, sebesar pahala seluruh Mukmin terdahulu dan yang akan datang.”[1]
Amirul-Mukminin Ali As bersabda: “…ajarilah istri-istri kalian surah Nur yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat.”[2]
Dinukil dari Imam Shodiq beliau berkata: “Jagalah harta dan kemaluan kalian dengan membaca surah Nur dan dengan perantaranya tempatkanlah istri-istri kalian dalam kesucian; dikarenakan barangsiapa siang dan malam membaca surah ini maka taksatupun dari keluarganya akan berbuat zina hingga ajal menjemputnya. Dan pada saat kematian tujuh puluh ribu malaikat akan mengantarkan jenazahnya sampai ke keburannya dan mendoakan dan memintakan ampun untuknya sampai ia masuk kekuburnya.”[3]
Dan begitu juga dengan ayat Nur yang merupakan salah satu ayat dari surah ini, telah dinukil mengandung banyak sekali keutamaan. Yang dimaksud dengan ayat Nur adalah ayat berikut ini:
﴿ٱللهُ نُورُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكاةٍ فيها مِصْباحٌ الْمِصْباحُ في زُجاجَةٍ الزُّجاجَةُ كَأَنَّها كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكادُ زَيْتُها يُضيءُ وَلَوْلَمْ تَمْسَسْهُ نارٌ نُورٌ عَلى نُورٍ يَهْدِي اللهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشاءُ وَ يَضْرِبُ اللهُ الْأَمْثالَ لِلنَّاسِ وَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَليمٌ﴾
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. Al-Nur [24] : 35)
Berikut ini adalah sebagian riwayat yang berkenaan dengan keutamaan ayat al-Nur ini:
1. Dari Abdullah Abbas dinukilkan bahwasanya: “Barangsiapa banyak membaca ayat Nur maka penglihatannya akan senantiasa terjaga.”[4]
2. “Barangsiapa matanya sakit maka hendaknya membacakan ayat Nur pada matanya sampai pada ayat nur ala nur dan amalan ini diulang setiap shubuh tiga kali maka sakit matanya akan hilang.”[5]
3. Syaikkh Abul-Abbas Bani berkata: “Barangsiapa mengukir ayat ini di atas kaca di malam Jumat akhir bulan dan membaca ayat ini pada kaca sebanyak empat puluh kali selama empat puluh malam setelahnya setiap orang yang sakit yang melihat pada kaca tersebut maka penyakitnya akan hilang dan juga dinukilkan bahwa barangsiapa menulis ayat Nur dengan menggunakan zafaron dan air bungah di atas pakaian kusam dan menuliskan nama orang yang hilang dan digantungkan dirumah orang yang hilang maka orang yang hilang itu akan segera kembali.”[6]
4. “Barangsiapa memperbanyak, mengukir ayat nur di atas perak, dan mengukirnya di sekeliling perak tersebut pada hari Jumat ketika terbit matahari dan hendaknya ketika menulisnya dalam keadaan sudah mandi dan memakai pakaian yang suci dan selalu dibawah bersamanya, dan setiap harinya ayat tersebut dibaca empat ratus kali dan setelah itu mulailah melakukan segala urusan yang diinginkan; (hal ini) sangat mujarab untuk mendekatkan diri pada para penguasa, membebaskan tahanan dan tawanan serta keselamatan bagi orang yang mendapatkan hukuman mati.”[7]
5. “Membaca ayat Nur sebelum tidur dengan menghadirkan hati sebanyak jumlah bilangan Allah (66 kali) khususnya pada saat keadaan hati dan ruh bersih akan menyebabkan mimpi-mimpi yang indah.”[8]
6. “Membaca ayat mubarak Nur dengan jumlah bilangan nur (256 kali), ketika hari pertama bulan itu Jumat amalan ini selama lima belas hari dilakukan dan pada hari keenambelas membaca kalimat tayyibah lâ ilâha illâ Allâh dengan jumlah bilangan Nur dan setiap harinya dilanjutkan sampai akhir bulan dengan angka yang telah disebut guna untuk menyelesaikan urusan-urusan yang penting mujarab sekali.”[9]
7. “Membaca ayat Nur sampai bikulli syai’in ‘alim manjur digunakan untuk melihat Imam Zaman, sekali selama empatpuluh hari, antara azan shubuh sampai terbit matahari.[10]
8. “Membaca ayat Nur sebanyak 256 kali setelah salat Isya berguna untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat maknawi dan rizki.”[11]
9. “Setiap selesai salat membaca seribu kali nama Allah Allah dan lima puluh kali ayat Nur dan dipertengahan hari seharinya harus dibaca sepuluh ribu kali.”[12]
10. “Untuk mendapatkan ilmu-ilmu ketuhanan dan keutamaan khusus dari Tuhan ayat mubarak Nur harus dibaca dengan cara mengirimkan salawat pada empat puluh hari pertama disertai dengan kehadiran hati seolah berada di hadapan nabi dan Ahlulbaitnya dalam keadaan duduk dengan khusyuk dan merendahkan diri, dengan kepala terbuka di bawah langit sambil membaca ayat Nur empat belas kali dan setelah itu mengirimkan shalawat empat puluh satu kali.[13]
Adapun jawaban bagian kedua pertanyaan; ayat Nur menurut perhitungan huruf abjad besar adalah 256. Mengenai bacaan ayat-ayat dan dzikir-dzikir angka mempunyai peranan yang sangat penting dan ayat atau dzikir tersebut wajib dibaca sesuai dengan angka yang sudah ditentukan guna mendapatkan hasil tertentu.
Angka-angka seperti hanya ruh dan huruf sebagai bayangannya dan angka seperti gigi-gigi kunci jika kurang atau lebih maka tidak bisa digunakan untuk membuka pintu dan kelebihan pada angka yang diinginkan berlebihan dan kurang dari angka yang dinginkan menyebabkan kekurangan dalam dzikir.[14] Dan bacaan ayat semacam ini dengan angka yang ditentukan semacam ini menyiratkan rahasia antara huruf-huruf dan angka-angka.
Yang paling penting untuk diingat dan diperhatikan dari semua adalah terpenuhinya syarat-syarat khusus atas bacaan ayat-ayat Qur’an dengan angka tertentu atau dzikir lain. Jadi jika seseorang membaca ayat ini sesuai dengan angka tertentu dan tidak mendapatkan hasilnya terdapat penghalang pada syarat-syarat pendahuluan yang harus disingkirkan sehingga ayat atau dzikir tersebut dapat membuahkan hasil;[15] artinya bahwa semuanya yang telah dijelaskan hanya terhitung sebagai sebab persiapan dan pendahuluan. [iQuest]
Tentang keutamaan surah Nur terdapat hadis-hadis dari para Imam Maksum As, di antaranya adalah:
Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa membaca surah Nur, Allah Saw akan memberikan sepuluh kebaikan kepadanya, sebesar pahala seluruh Mukmin terdahulu dan yang akan datang.”[1]
Amirul-Mukminin Ali As bersabda: “…ajarilah istri-istri kalian surah Nur yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat.”[2]
Dinukil dari Imam Shodiq beliau berkata: “Jagalah harta dan kemaluan kalian dengan membaca surah Nur dan dengan perantaranya tempatkanlah istri-istri kalian dalam kesucian; dikarenakan barangsiapa siang dan malam membaca surah ini maka taksatupun dari keluarganya akan berbuat zina hingga ajal menjemputnya. Dan pada saat kematian tujuh puluh ribu malaikat akan mengantarkan jenazahnya sampai ke keburannya dan mendoakan dan memintakan ampun untuknya sampai ia masuk kekuburnya.”[3]
Dan begitu juga dengan ayat Nur yang merupakan salah satu ayat dari surah ini, telah dinukil mengandung banyak sekali keutamaan. Yang dimaksud dengan ayat Nur adalah ayat berikut ini:
﴿ٱللهُ نُورُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكاةٍ فيها مِصْباحٌ الْمِصْباحُ في زُجاجَةٍ الزُّجاجَةُ كَأَنَّها كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكادُ زَيْتُها يُضيءُ وَلَوْلَمْ تَمْسَسْهُ نارٌ نُورٌ عَلى نُورٍ يَهْدِي اللهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشاءُ وَ يَضْرِبُ اللهُ الْأَمْثالَ لِلنَّاسِ وَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَليمٌ﴾
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. Al-Nur [24] : 35)
Berikut ini adalah sebagian riwayat yang berkenaan dengan keutamaan ayat al-Nur ini:
1. Dari Abdullah Abbas dinukilkan bahwasanya: “Barangsiapa banyak membaca ayat Nur maka penglihatannya akan senantiasa terjaga.”[4]
2. “Barangsiapa matanya sakit maka hendaknya membacakan ayat Nur pada matanya sampai pada ayat nur ala nur dan amalan ini diulang setiap shubuh tiga kali maka sakit matanya akan hilang.”[5]
3. Syaikkh Abul-Abbas Bani berkata: “Barangsiapa mengukir ayat ini di atas kaca di malam Jumat akhir bulan dan membaca ayat ini pada kaca sebanyak empat puluh kali selama empat puluh malam setelahnya setiap orang yang sakit yang melihat pada kaca tersebut maka penyakitnya akan hilang dan juga dinukilkan bahwa barangsiapa menulis ayat Nur dengan menggunakan zafaron dan air bungah di atas pakaian kusam dan menuliskan nama orang yang hilang dan digantungkan dirumah orang yang hilang maka orang yang hilang itu akan segera kembali.”[6]
4. “Barangsiapa memperbanyak, mengukir ayat nur di atas perak, dan mengukirnya di sekeliling perak tersebut pada hari Jumat ketika terbit matahari dan hendaknya ketika menulisnya dalam keadaan sudah mandi dan memakai pakaian yang suci dan selalu dibawah bersamanya, dan setiap harinya ayat tersebut dibaca empat ratus kali dan setelah itu mulailah melakukan segala urusan yang diinginkan; (hal ini) sangat mujarab untuk mendekatkan diri pada para penguasa, membebaskan tahanan dan tawanan serta keselamatan bagi orang yang mendapatkan hukuman mati.”[7]
5. “Membaca ayat Nur sebelum tidur dengan menghadirkan hati sebanyak jumlah bilangan Allah (66 kali) khususnya pada saat keadaan hati dan ruh bersih akan menyebabkan mimpi-mimpi yang indah.”[8]
6. “Membaca ayat mubarak Nur dengan jumlah bilangan nur (256 kali), ketika hari pertama bulan itu Jumat amalan ini selama lima belas hari dilakukan dan pada hari keenambelas membaca kalimat tayyibah lâ ilâha illâ Allâh dengan jumlah bilangan Nur dan setiap harinya dilanjutkan sampai akhir bulan dengan angka yang telah disebut guna untuk menyelesaikan urusan-urusan yang penting mujarab sekali.”[9]
7. “Membaca ayat Nur sampai bikulli syai’in ‘alim manjur digunakan untuk melihat Imam Zaman, sekali selama empatpuluh hari, antara azan shubuh sampai terbit matahari.[10]
8. “Membaca ayat Nur sebanyak 256 kali setelah salat Isya berguna untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat maknawi dan rizki.”[11]
9. “Setiap selesai salat membaca seribu kali nama Allah Allah dan lima puluh kali ayat Nur dan dipertengahan hari seharinya harus dibaca sepuluh ribu kali.”[12]
10. “Untuk mendapatkan ilmu-ilmu ketuhanan dan keutamaan khusus dari Tuhan ayat mubarak Nur harus dibaca dengan cara mengirimkan salawat pada empat puluh hari pertama disertai dengan kehadiran hati seolah berada di hadapan nabi dan Ahlulbaitnya dalam keadaan duduk dengan khusyuk dan merendahkan diri, dengan kepala terbuka di bawah langit sambil membaca ayat Nur empat belas kali dan setelah itu mengirimkan shalawat empat puluh satu kali.[13]
Adapun jawaban bagian kedua pertanyaan; ayat Nur menurut perhitungan huruf abjad besar adalah 256. Mengenai bacaan ayat-ayat dan dzikir-dzikir angka mempunyai peranan yang sangat penting dan ayat atau dzikir tersebut wajib dibaca sesuai dengan angka yang sudah ditentukan guna mendapatkan hasil tertentu.
Angka-angka seperti hanya ruh dan huruf sebagai bayangannya dan angka seperti gigi-gigi kunci jika kurang atau lebih maka tidak bisa digunakan untuk membuka pintu dan kelebihan pada angka yang diinginkan berlebihan dan kurang dari angka yang dinginkan menyebabkan kekurangan dalam dzikir.[14] Dan bacaan ayat semacam ini dengan angka yang ditentukan semacam ini menyiratkan rahasia antara huruf-huruf dan angka-angka.
Yang paling penting untuk diingat dan diperhatikan dari semua adalah terpenuhinya syarat-syarat khusus atas bacaan ayat-ayat Qur’an dengan angka tertentu atau dzikir lain. Jadi jika seseorang membaca ayat ini sesuai dengan angka tertentu dan tidak mendapatkan hasilnya terdapat penghalang pada syarat-syarat pendahuluan yang harus disingkirkan sehingga ayat atau dzikir tersebut dapat membuahkan hasil;[15] artinya bahwa semuanya yang telah dijelaskan hanya terhitung sebagai sebab persiapan dan pendahuluan. [iQuest]
[1]. Fadhl bin Hasan Thabarsi, Tafsir Majma’ al-Bayân, jil. 2, hal. 195, Nasyr Khusruw, Teheran, 1372 S.
[2]. Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Al-Kâfi, jil. 11, hal. 184, Dar al-Hadis, Qum, Cetakan Pertama, 1429 H.
[3]. Abduh Ali Ibn Jum’a Huwaizi Tafsir Nur Al-Tsaqalain, Sayyid Hasyimi Rasuli Mahalati, jil. 3, hal. 568, Cetakan Keempat, Ismailiyan, Qum, 1415 H.
[4]. Muhammad Taqi Najafi Ishfahani, Khâs Âyat wa Tamame Surehâye Qu’rân Karim, hal. 95, Adibeh, Teheran, 1345 S.
[5]. Ibid.
[6]. Ibid.
[7]. Muhammad Abu Said Al-Harawi, Bahr al-Gharâib wa Muntakhab al-Khutum, hal 182, Mahmudy, Tehran,1281 H.
[8]. Mulla Ahmad Naraqi, Al-Khazâin, Hasan Zade Amuli, hal. 350, Ilmiyah Islamiyah, Tehran, 1378 HS.
[9]. Muhammad Ibrahim Nashrulahhi Burujurdi, Râhnamahi Gireftârân, hal. 62, Cetakan Kedua, Zahir, Teheran, 1382 S.
[10]. Ibid, hal 117.
[11]. Ibid.
[12]., Sayid Muhammad Taqi Muqaddam, Khazanât al-Asrâr fil Khatam wa al-Adzkâr, Alaudin Al-a’lami, jil. 1, hal. 297, Cetakan Pertama, Muassaha Al-A’lami, Beirut, 1423 H.
[13]. Muhammad Hasan Naini, Gauhar Syabe Cerâgh, Muhammad Farbudy, jil. 1, hal. 229, Cetakan Keenam, Diwan, Qum, 1381 S.
[14]. Hasan Hasan Zadeh Amuli, Hizâr Yek Nukte, jil. 1, hal 121, Cetakan Kedua, Nasyr Farhanggi Raja, Qum, 1365 S.
[15]. Sayid Muhammad Taqi Muqaddam, Khazanât al-Asrâr fil Khatam wa al-Adzkâr, Alaudin al-A’lami, jil. 1, hal. 13, Cetakan Pertama, Muassah Al-A’lami, Beirut, 1423 H.
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar