Advanced Search
Hits
21815
Tanggal Dimuat: 2011/10/20
Ringkasan Pertanyaan
Bagaimana pandangan al-Qur’an sehubungan dengan konsep yang menyatakan bahwa bumi itu bulat?
Pertanyaan
Allah Swt berfirman, “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, serta Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran; “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (sehingga kamu dapat tinggal di atasnya dengan tenang)?” Allah Swt meyakinkan bahwa bumi seperti karpet yang terhampar. Bukankah ayat-ayat ini menunjukkan bahwa bumi itu tidak bulat?
Jawaban Global

Allah Swt dalam al-Qur’an memperkenalkan bumi sebagai tempat kediaman untuk hidup manusia yang siap dan sedia untuk dihuni dan didiami.

Namun kalimat-kalimat dan redaksi-redaksi seperti madda atau berbentuk datar yang digunakan al-Qur’an sehubungan dengan bumi adalah bermakna hamparan dan menjuntainya bumi (sebagai kebalikannya tidak terhampar, pasang dan surut) bukan sebagai kebalikan bentuk bulat. Karena itu, dalam al-Qur’an tidak terdapat satu pun ayat yang secara lugas dan tegas menunjukkan atas bentuk datar bumi (sebagai kebalikan dari bentuk bulat bumi). Karena “madda” bermakna hamparan kediaman dan ketenangan yang kebalikannya adalah non-hamparan.  Lawan kata madda bukanlah bentuk bulat. Mihâd juga adalah untuk menjelaskan sisi kemudahan yang diberikan Tuhan di muka bumi sehingga manusia merasakan rehat dan kemudahan di dalamnya.

Dengan demikian, ayat-ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa al-Qur’an menolak bentuk bulat bumi. Bahkan terdapat banyak ayat dalam al-Qur’an yang senada dan seirama dengan bentuk bulat bumi. Di samping itu, terdapat juga ayat-ayat yang membenarkan bentuk bulat bumi yang juga menandaskan salah satu kemukjizatan ilmiah al-Qur’an,  keagungan dan Ilahianya (divine) al-Qur’an.

Jawaban Detil

Untuk menjelaskan masalah terkait dengan apakah ayat-ayat yang dijadikan sandaran oleh penanya bertentangan dengan bentuk bulat bumi atau tidak, kiranya kita perlu merujuk pada penafsiran ayat-ayat al-Qur’an:

A.            Ayat pertama, “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung, serta Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (Qs. Al-Hijr [15]:19) “madd al-ardh” bermakna penghamparan panjang dan lebarnya. Dan sekiranya Tuhan tidak menghamparkan bumi dan bumi dijejali dengan deretan gunung-gunung maka bumi tidak pantas untuk dihuni, tidak dapat dijadikan tempat untuk bercocok tanam dan makhluk hidup tidak akan mendapatkan kesempurnaan hidup di dalamnnya.[1]

Yang dimaksud dengan madda dan menghampar tidak bermaksud bahwa bumi tidak berbentuk bulat melainkan maksudnya adalah hamparan bumi tidak diciptakan menonjol secara utuh dan berbentuk rata. Apabila bumi diciptakan menonjol dan berbentuk rata (tidak bulat) maka manusia tidak dapat hidup dengan baik di muka bumi, mengadakan perkebunan dan pertanian.  Pendeknya bumi tidak akan menjadi tempat yang menyenangkan bagi manusia sebagaimana irama ayat-ayat setelahnya berada pada tataran menghitung pelbagai karunia yang menyenangkan bagi manusia yang juga merupakan penegas masalah ini.

B.            Ayat kedua: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (sehingga kamu dapat tinggal di atasnya dengan tenang).” (Qs. Al-Naba [78]:6) Redaksi “mihâd” pada ayat ini bermakna tempat yang siap pakai, menghampar dan teratur. Derivatnya dari kata “ma-h-d” yang bermakna sebuah tempat untuk istirahat anak kecil (buaiaan atau tempat tidur).[2] Karena itu, buaian yang disiapkan untuk anak kecil disebut sebagai mahd.[3] Dengan demikian, mahd dan mihad adalah sebuah tempat yang seperti buaian yang siap untuk membina dan membangun sebagaimana yang diungkapkan dalam al-Qur’an, “(Tuhan) tang telah menjadikan bumi bagimu sebagai tempat kehidupan yang tenang” (Qs. Thaha [20]:53) Dan makna ini seperti makna ayat, Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu” (Qs. Al-Baqarah [2]:22)3) [4]

Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa ayat ini berada pada tataran menjelaskan sebuah persoalan bahwa bumi yang diciptakan sebagai sebuah karunia Ilahi merupakan tempat tenang bagi makhluk hidup khususnya manusia sebagaimana mahd (buaian) yang mendatangkan ketenangan bagi yang menempatinya.

Dari satu sisi, terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang menurut pendapat para pakar sesuai dan selaras dengan bentuk bulat bumi. Ayat-ayat ini mengemuka sebagai salah satu mukjizat ilmiah al-Qur’an yang akan kita bahas sebagian darinya sebagaimana berikut ini:

1.             Ayat pertama: “Dia menutupkan (tirai kegelapan) malam kepada siang; malam mengikuti siang dengan cepat.” (Qs. Al-A’raf [7]:54) Ayat ini memahamkan kepada kita bahwa malam mengikuti siang. Artinya seluruh tempat yang tadinya siang akan menjadi malam. Dan apabila bumi tidak berbentuk bulat maka tidak benar kita berkata bahwa malam menjadi siang dan senantiasa mengikut siang. Karena berujung pada dataran bumi maka siang kembali dan mengikuti malam. Dengan kata lain, pada setiap hari, suatu hari malam mengikuti siang dan hari lainnya siang mengikut malam. Karena itu, al-Qur’an yang secara mutlak menyatakan, “Malam mengikuti siang” tidak akan benar kecuali dengan konsep bulat bumi.[5]

2.             Ayat kedua, “Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam.” (Qs. Al-Zumar [39]:5)

Dalam penafsiran ayat ini disebutkan, “Apabila seorang manusia berdiri di luar planet bumi dan menyaksikan gerakan rotasi bumi yang mengelilingi dirinya dan munculnya malam dan siang atas perputarannya secara sistemik dari satu pita hitam malam menuju hari yang benderang. Dan dari satu sisi pita putih menuju pekatnya malam dan pita putih siang senantiasa berputar atasnya. Dengan memperhatikan bahwa redaksi kata “yukawwiru” derivatnya dari klausul takwir yang bermakna menggulung, poin subtil yang terpendam dalam ayat al-Qur’an ini akan menjadi terang bahwa bumi berbentuk bulat dan berotasi mengelingi dirinya. Dan berdasarkan perputaran dan rotasi ini, pita hitam malam dan pita putih siang berputar mengelingi dirinya. Terkadang berputar dan menggulung dari satu sisi pita putih ke atas pita hitam dan dari satu sisi pita hitam ke atas pita putih.”[6]

3.             Ayat ketiga, “Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan, dan bintang, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa” (Qs. Al-Ma’arij [70]:40) Sayid Hibatuddin Syahristani dalam menafsirkan ayat ini menyebutkan, “Ayat ini menunjukkan banyaknya tempat terbit dan terbenamnya matahari, dan bulatnya bentuk bumi yang meniscayakan pada setiap titik bumi bagi yang lain adalah waktu terbenamnya matahari. Karena itu banyaknya tempat terbit dan terbenamnya lebih tepat dengan bulatnya bentuk bumi.”[7] Artinya bahwa apabila bumi berbentuk datar maka yang ada hanyalah satu tempat terbit dan terbenam. Namun apabila berbentuk bulat maka hal itu memerlukan beberapa tempat terbit dan terbenam yan dalam kondisi demikian dengan rotasinya tempat terbit dan terbenam setiap tempat akan berbeda-beda.[8]

4.             Ayat keempat, “Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan? (Qs. Al-Ghasiyah [88]:20) Sebagian penulis kiwari dengan memperhatikan ayat ini juga ayat-ayat 137 surah al-A’raf,[9] ayat 5 surah al-Shaffat[10] (37) dan ayat 40 surah al-Ma’arij[11] sebagai dalil bentuk bulat bumi dalam pandangan al-Qur’an. Mereka memandang hal ini sebagai salah satu mukjizat ilmiah al-Qur’an dan menulis, “Bentuk datar bumi tidak akan menghalangi bentuk bulatnya karena setiap sebuah bulatan juga memiliki dataran. Dengan demikian, dalam ilmu Geometri, bulatan dipandang sebagai salah satu bagian bentuk datar. Mereka menjelaskan bahwa bentuk datar yang memiliki makna kebalikan dari bulat merupakan salah satu terminologi Geometri baru dan yang dimaksud dengan “sutihat” pada ayat adalah hamparan (dihamparkan).[12]

Kesimpulannya adalah bahwa al-Qur’an tidak hanya memandang bumi berbentuk datar (musattah, sebagai kebalikan bentuk bulat) bahkan terdapat banyak ayat yang cocok dan selaras dengan konsep bahwa bumi itu bulat. [IQuest]



[1]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 12, hal. 138 dan 139, Daftar-e Intisyarat-e Islami Jami’ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qum, Qum, Cetakan Kelima, 1417 H. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 11, hal. 52 dan 53, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, Cetakan Pertama, 1374 S.  

[2]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 26, hal. 16 dan 17.  

[3]. “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam buaian?” (Qs. Maryam [19]:29)

[4]. Khusruw Husaini, Sayid Ghulam Ridha, Tarjameh wa Tahqiq Mufaradât Alfâz Qur’ân, hal. 261, Intisyarat-e Murtadhawi, Teheran, Cetakan Ketiga, 1375 S. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 12, hal. 161 dan 162.

[5]. Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân fi Tafsir al-Qur’ân, Sayid Muhammad Baqir Musawi Hamadani, Terjemahan Persia Tafsir al-Mizân, jil. 10, hal. 222, Daftar-e Intisyarat-e Islami Jami’ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qum, Qum, Cetakan Kelima, 1374 H.

[6]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 19, hal. 376

[7]. Muhammad Ridhai Isfahani, Pazyuhesy dar I’jâz-e ‘Ilmi Qur’ân, hal. 188 dan 189, Intisyarat-e Kitab Mubin, Cetakan Ketiga, 1381 S.  

[8]. Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 19, hal. 13 dan 14.  

[9]. “Dan Kami wariskan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya.”  

[10]. “Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat matahari terbit.

[11]. “Aku bersumpah dengan Tuhan yang mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari, bulan, dan bintang, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.”

[12]. Najaf Gudarsi, Mathâlib Syigift Angiz-e Qur’ân, hal. 28 – 30. Ahmad Amin, Kitâb Râh-e Takâmul, jil. 7, hal. 145. Mâhnâme Maktab-e al-Islâm, Tahun Ke-12, No. 11. Yadullah Niyazmand, I’jâz-e Qur’ân az Nazhar-e ‘Ulûm-e Imruzi, hal. 189, sesuai nukilan dari Pazyuhesy dar I’jâz-e ‘Ilmi Qur’ân, Ridhai, hal. 190.  

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259829 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245597 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229503 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214290 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175597 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170979 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167398 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157458 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140309 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133538 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...