Advanced Search
Hits
14853
Tanggal Dimuat: 2011/12/17
Ringkasan Pertanyaan
Dalam perjalanan menuju Allah, hijab-hijab nurâni yaitu para Imam maksum menjadi penyebab melambungnya manusia menuju Allah? Seberapa penting jarak kedekatan kepada mereka dalam perjalanan menuju Allah ini?
Pertanyaan
Dalam perjalanan menuju Allah, hijab-hijab nurâni yaitu para Imam maksum menjadi penyebab melambungnya manusia menuju Allah? Seberapa penting jarak kedekatan kepada mereka dalam perjalanan menuju Allah ini?
Jawaban Global

Redaksi hijab nurâni (cahaya) yang dapat disaksikan pada ungkapan-ungkapan irfani bermakna dari setiap tingkatan dalam pelbagai tingkatan sair dan suluk ruhani dimana persinggahan seorang salik (pejalan) pada salah satu tingkatan ini bermakna halangan dan rintangan untuk menanjak ke tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi; sejatinya segala jenis perhatian mandiri terhadap pelbagai faktor penyempurna spiritual disebut sebagai hijab nurâni (cahaya).

Jelas bahwa penyebutan hijab-hijab nurâni atas para Imam maksum dalam artian ini mengandung makna negatif; dan tidak dapat dikatakan bahwa para Imam maksum di samping merupakan hijab-hijab nurâni juga merupakan faktor penyebab melambungnya dan menanjaknya manusia naik ke jenjang-jenjang yang lebih tinggi.

Hanya saja harap dicermati bahwa dalam riwayat-riwayat disebutkan atas nama-nama dan sifat-sifat Ilahi atau entitas Rasulullah Saw dan lain sebagainya sebagai hijab nurâni. Tentu saja secara prinsip tidak mengandung makna negatif yang menjadi sorotan riwayat semacam ini. Melainkan yang dimaksud adalah bahwa mereka adalah ayat-ayat yang menunjukkan Kebenaran (Haq) dan sebab kesempurnaan, ““Setiap kali kilat itu menyinari (jalan) mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan apabila kegelapan menimpa mereka, mereka berhenti.” (QS. Al-Baqarah [2]: 20)

Namun bagaimanapun manifestasi (tajalli) dan penampakan cahaya mutlak Ilahi karena intensitas dan kekuatan, tidak mungkin dapat terjadi tanpa melintasi hijab-hijab ini, dan di samping itu terdapat entitas-entitas lainnya karena infirmitas (dha’f) dan ketidakmampuan tanpa perantara atau perantara-perantara tidak mampu mencerap dan memahami cahaya mutlak. Sehinga dengan demikian, mereka harus menanjak dan melambung melalui kanal eksistensial nama-nama dan sifat-sifat, Rasulullah Saw dan Ahlulbait As. Oleh karena itu, mereka dapat disebut sebagai hijab tanpa mengandung makna negatif sebagaimana yang disebutkan.

Adapun sehubungan dengan tawassul (berperantara) seberapa berpengaruh dalam mengantarkan manusia mendekat kepada Allah Swt, Anda dapat jumpai dengan merujuk pada jawaban-jawaban yang tersedia pada site Islam Quest ini.

Jawaban Detil

Kalimat hijab secara leksikal disebut sebagai pakaian yang menjadi penghalang dan pembatas antara subyek yang menyaksikan dan obyek yang ingin disaksikan. Karena itu, segala sesuatu yang menghalangi seseorang menyaksikan sesuatu yang lainnya disebut sebagai hijab. [1]

Pada ayat-ayat al-Qur’an kalimat hijab beserta rangkaian derivasinya disebutkan kira-kira sebanyak delapan kali. Demikian juga dalam riwayat, disebutkan redaksi kalimat hijab juga, banyak dijumpai, yang bermakna sesuatu yang menghalangi terlihatnya atau terpahamkannya sesuatu lainnya.

Redaksi-redaksi kalimat seperti ghita, qufl ‘ala   al- qalb, satr, akinnah, thab’ juga digunakan semakna dan sinonim dengan kalimat hijab. Demikian juga hij â l yang bermakna pengantin perempuan memahamkan makna hijab; karena pada umumnya pengantin perempuan duduk di balik tirai dan memiliki hijab supaya tidak terlihat oleh non-mahram.

Kasyf, syuhud, mu’ â yinah, absh â r dan bashirat masing-masing digunakan sebagai lawan kata dari hijab. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa seseorang yang telah sampai pada derajat kasyf dan syuhud ia tidak lagi memiliki hijab dan kesemuanya berada dalam hijab tidak kuasa menyaksikan keindahan absolut Tuhan.

Sayid ‘Alikhan Kabir juga berkata, “Hijab , pluralnya hajb , bermakna pakaian dan aslinya adalah sebuah benda yang menjadi penghalang di antara dua benda lainnya. Hijab juga digunakan untuk makna selain makna benda; misalnya terkadang disebutkan, “Ketidakmampuan adalah sebuah hijab antara manusia dan sampainya ia kepada maksud dan tujuan. Atau maksiat adalah hijab antara hamba dan Tuhannya. Hakikat hijab antara manusia dan Tuhan adalah bahwa manusia salik, memiliki maqam-maqam dan derajat-derajat yang masing-masing, sebelum sampai kepada Allah Swt – adalah hijab-hijab yang menghalanginya. Mengingat bahwa maqam-maqam dan derajat-derajat manusia adalah tidak terbata s maka tingkatan-tingkata hijab juga tidak terbatas. [2]

 

Beberapa Bagian dan Jenis Hijab

Hijab terdiri dari beberapa jenis dan bagian. Namun kita hanya akan menyinggung dua jenis hijab di sini yaitu hijab zhulm â ni dan hijab nurâni:

 

Hijab-hijab Zhulm â ni

Dalam sebuah hadis popular disebutkan bahwa Innall â ha saba’ina alf hij â bin min nur wa zhulum â t [3]   ( Sesungguhnya Tuhan memiliki tujuh puluh ribu hijab dari cahaya [ nur ] dan kegelapan [ zhulumât ]) . Sesuai dengan tuntutan hadis mulia ini, para arif besar membahas hijab-hijab nurâni (cahaya) dan hijab-hijab zhulumât (kegelapan) sehingga setelah memperkenalkan dan mengenal hijab-hijab ini, mereka berusaha menyingkap dan me nghelanya.

Karena dalam pandangan para arif, kata “ribuan” merupakan kata kiasan dari sebuah universal, seolah-olah setiap universal memiliki ribuan obyek partikular, dan satu hari universal di sisi Tuhan adalah ribuan tahun partikular duniawi di sisi kita. Karena itu, apabila tujuh puluh hijab nurâni dan zhulumât disebutkan sebagai hijab-hijab universal sejatinya telah menjelaskan obyek hadis di atas.

Hijab-hijab zhulumât (kegelapan) adalah obyek “al-zhulm zhulumât yaum al-qiyamah” sebagaimana banyaknya hijab bersumber dari kesatuan dan alam-alam kegelapan adalah hijab dari alam cahaya dan kudus, hijab-hijab ini juga membatasi manusia dalam alam materi dan empirik serta melalaikannya untuk memperhatikan alam malakut (alam atas dan meta-empirik) .

 

Hijab-hijab Nurâni

Redaksi hijab nurâni (bercahaya) yang dapat disaksikan pada ungkapan-ungkapan irfani bermakna dari setiap tingkatan dalam pelbagai tingkatan sair dan suluk ruhani dimana persinggahan seorang salik (pejalan) padanya bermakna halangan untuk menanjak ke tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi; [4] sejatinya segala jenis perhatian mandiri terhadap pelbagai faktor penyempurna spiritual disebut sebagai hijab nurâni (cahaya). [5] Jelas bahwa penyebutan hijab-hijab nurâni atas para Imam maksum dalam artian ini mengandung makna negatif; dan tidak dapat dikatakan bahwa para Imam maksum di samping merupakan hijab-hijab nurâni juga merupakan penyebab melambungnya dan menanjaknya manusia naik ke jenjang-jenjang yang lebih tinggi.

Namun harap dicermati bahwa dalam riwayat-riwayat disebutkan atas nama-nama dan sifat-sifat Ilahi atau entitas Rasulullah Saw dan lain sebagianya sebagai hijab nurâni yang tentu saja secara prinsip tidak mengandung makna negatif yang menjadi sorotan riwayat semacam ini. Melainkan yang dimaksud adalah bahwa mereka adalah ayat-ayat yang menunjukkan Kebenaran (Haq) dan sebab kesempurnaan , ““Setiap kali kilat itu menyinari (jalan) mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan apabila kegelapan menimpa mereka, mereka berhenti.”   (Qs. Al-Baqarah [2]:20)

Namun bagaimanapun, manifestasi (tajalli) dan penampakan cahaya mutlak Ilahi karena intensitas dan kekuatan, tidak mungkin dapat terjadi tanpa melintasi hijab-hujiab, dan di samping itu terdapat entitas-entitas lainnya karena infirmitas dan ketidakmampuan tanpa perantara atau perantara-perantara tidak mampu mencerap dan memahami cahaya mutlak. Sehinga d engan demikian, mereka harus menanjak dan melambung melalui kanal eksistensial nama-nama dan sifat-sifat, Rasulullah Saw dan Ahlulbait As. Oleh karena itu, mereka dapat disebut sebagai hijab tanpa mengandung makna negatif sebagaimana yang disebutkan.

Bagaimanapun, apa yang penting bagi kita adalah mengetahui bahwa hijab-hijab nurâni kendati menunjukkan Tuhan dan semakin bercahaya semakin menunjukkan segala sesuatu yang lebih baik kepada kita . Hanya saja tetap hanya pada batasan menunjukkan Tuhan min warâ al-hijab dan sekali-kali Tuhan tidak dapat dijumpai tanpa tirai dan penghalang; karena pengantin wanita senantiasa mendiami tirai gaib dan tiada satu pun mata hati mahram yang kuasa melihatnya. Dia senantiasa suci dan kudus yang tidak satu pun akal dan hati yang tidak memiliki kesucian dan kekudusan yang mampu menyaksikan jamal dan jalal -N ya yang sedemikian mempesona.

Adapun sehubungan dengan tawassul seberapa berpengaruh dalam mengantarkan manusia mendekat kepada Allah Swt, Anda dapat jumpai dengan merujuk pada jawaban-jawaban 6671 (Site: 6778) dan 542 (Site: 590) serta 7753 (Site: 7866) yang tersedia pada site ini. [iQuest]

 



[1] . Majma al-Bahrain , jil. 2, hal. 34.

[2] . Riy â dh al-S â likin , jil. 2, hal. 29, sehubungan dengan ulasan doa kedua, Talkhish al-Riyadh aw Tuhfat al-Thalibin, jil. 1, hal. 142.

[3] . Bih â r al-Anw â r , jil., 55, hal. 45.

[4] . Ahmad Abidi, Du Mâhnâme Ayine Pazyuhesy, No. 79, Hijâb-ha-ye Nurâni wa Zhulmâni az Didgâh-e Imâm Khomeini, 48-59.

[5] . “Bil ismi lladzi ihtijabta bihi.” Bihar al-Anwar, jil. 18, hal. 427. “Muhammad ShallalLlahu ‘alaihi wa Alihi HijabulLLah.” Ibid, jil. 58, hal. 42. “Al-Imam HijabuLLah wa Ayatullah.” Ibid, jil. 3, hal. 102. AmaraLlahu Ba’dha al-Malaikata hatta yahjubuhu.” Ibid, jil. 61, hal. 53; jil. 58, hal. 256. Awwala ma khalaqaLlahu hajbahu.” Ibid, jil. 36, hal. 342.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Apakah ada perbedaan mengenai hikmah diutusnya para nabi menurut Syiah dan Ahlusunnah?
    8250 Kemestian Pengutusan Para Nabi 2017/06/08
    Tidak terdapat perbedaan yang banyak mengenai hikmah bi’tsah (pengutusan) para nabi di antara mazhab-mazhab yang ada karena hikmah ini diisyaratkan dalam al-Qur’an. 1. Dalam kitab tafsirnya ketika menafsirkan ayat: «رُسُلاً مُبَشِّرینَ وَ مُنْذِرینَ لِئَلاَّ یَکُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُل» Rasul-rasul itu adalah ...
  • Di manakah letak Saqifah Bani Sa’idah?
    10938 Sejarah Tempat-tempat Suci 2012/08/21
    Penulis buku Madina Syinasi (Mengenal Kota Madinah), terkait dengan letak geografis Saqifah Bani Sa’idah, menulis, “Apa yang pasti, tempat Saqifah Bani Sa’idah terletak di samping Masjid Bani Sa’idah dan dekat sumur Budha’i (sumur milik Bani Saidah). Masjid Bani Sa’idah – sesuai riwayat Ibnu Syubbah dan Imam Abu ...
  • Apa saja yang menjadi syarat-syarat pengenaan zakat?
    7679 Zakat dan Sedekah 2013/08/15
    Sesuai dengan fatwa para marja agung taklid, “Zakat diwajibkan pada 9 hal: Pertama: Gandum. Kedua: Bibit gandum. Ketiga: Kurma. Keempat: Kismis. Kelima: Emas. Keenam: Perak. Ketujuh, Unta. Kedelapan: Sapi. Kesembilan: Kambing. Apabila seseorang memiliki salah satu dari kesembilan obyek zakat ini, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan ...
  • Bagaimana hukum Islam terkait dengan hubungan sehat antara muda dan mudi?
    12203 Hukum dan Yurisprudensi 2012/05/13
    Dalam pandangan Islam, pria dan wanita adalah dua entitas dan makhluk yang saling menyempurnakan. Allah Swt menciptakan mereka untuk satu sama lain untuk saling melengkapi. Salah satu kebutuhan pria dan wanita terhadap satu sama lain adalah kebutuhan seksual. Namun kebutuhan ini harus disalurkan pada aturan dan instruksi ...
  • Apa saja yang menjadi faktor-faktor kemunculan Imam Zaman Ajf.
    7202 Teologi Lama 2013/11/25
    Faktor-faktor yang menjadi sebab kemunculan adalah beberapa hal yang disebut sebagai terciptanya ruang bagi kemunculan Imam Zaman Ajf dan termasuk di antara sebab-sebab kemunculan Imam Zaman Ajf. Dalam hal ini harus dikatakan bahwa meski faktor utama kemunculan Imam Zaman Ajf adalah irâdah Ilahi (kehendak Ilahi), namun apa ...
  • Siapakah dan bagaimanakah sosok Mansur Hallaj itu?
    11408 Tafsir 2011/12/13
    Husain bin Mansur Hallaj lahir di Baidha (salah satu daerah di bilangan Syiraz) namun kemudian tumbuh besar di Irak. Hallaj merupakan sosok arif paling kontroversial dalam dunia Islam dan banyak mengungkapkan syathiyyât. Para juris banyak mengkafirkannya dan memvonis hukuman gantung bagi Hallaj pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah. ...
  • Apa hukumnya seseorang yang berzina dengan seorang wanita yang telah bersuami atau masih berada dalam keadaan iddah?
    29216 Hukum dan Yurisprudensi 2012/11/11
    Pertanyaan Anda terdiri dari beberapa asumsi sebagaimana berikut ini: Perbuatan zina dilakukan sebelum talak Menjawab kondisi seperti ini harus dikatakan bahwa berdasarkan fatwa kebanyakan fakih (marja taklid) wanita itu menjadi haram abadi bagi pria yang menggaulinya. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan apakah ...
  • Mengapa Imam Ali As melakukan kerjasama dengan para khalifah?
    9715 Para Maksum 2010/07/05
    Imam Ali As pada seluruh tingkatan hidupnya berusaha untuk merealisir masalah terpenting berupa menjaga Islam dan perkembangannya. Baginda Ali As mengerahkan seluruh wujudnya untuk mewujud hal ini. Kerja sama yang dilakukannya juga untuk mewujudkan masalah ini dan mencegah pelbagai tangan-tangan kotor musuh-musuh Islam yang ingin menodai kesucian ...
  • Apakah seluruh sabda dan ucapan Nabi Saw merupakan wahyu atau tidak?
    47126 Teologi Lama 2009/05/06
    Terdapat ragam pendapat para pemikir otoritatif terkait masalah ini. Sebagian berpandangan, dengan memperhatikan kemutlakan ayat 3 dan 4 surah al-Najm,[i] bahwa seluruh ucapan, perbuatan dan perilaku Nabi Saw adalah wahyu. Sebagian lainnya berkeyakinan bahwa ayat 4 surah al-Najm terkait dengan al-Qur’an dan ayat-ayat yang diwahyukan kepada Nabi ...
  • Saya banyak salat yang tidak saya kerjakan (sebelumnya) namun saya tidak pasti berapa banyak jumlahnya. Apa yang harus saya lakukan?
    6337 Hukum dan Yurisprudensi 2011/12/19
    Masalah seperti ini disebutkan dalam Risalah-risalah Amaliah (Tuntutan Amalan Praktis Fikih) para marja sebagaimana berikut: Barang siapa yang memiliki kewajiban salat qadha namun ia tidak tahu berapa banyak jumlahnya,[1] misalnya ia tidak tahu empat atau lima, apabila ia mengerjakan dengan bilangan yang sedikit maka ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261171 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246289 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230077 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214949 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176268 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171579 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168070 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158106 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140907 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134014 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...