Advanced Search
Hits
20161
Tanggal Dimuat: 2009/12/08
Ringkasan Pertanyaan
Apakah manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui agama-agama lain selain Islam? Bagaimanakah manusia dapat sampai kepada jenjang tauhid (hakiki)?
Pertanyaan
Apakah manusia dapat mencapai kesempurnaan melalui agama-agama lain selain Islam? Bagaimanakah manusia dapat sampai kepada jenjang tauhid (hakiki)?
Jawaban Global

Kendati terdapat sebagian hakikat yang dapat disaksikan pada agama-agama yang ada di dunia dewasa ini akan tetapi bentuk sempurna hakikat yaitu tauhid hakiki hanya dapat ditemukan dalam Islam. Dalil utama yang dapat digunakan untuk menetapkan klaim ini adalah tiadanya dasar standar dan adanya distorsi serta pelbagai kontradiksi rasional pada teks-teks agama-agama ini dan sebagai bandingannya tiadanya distorsi al-Qur'an,  adanya dasar standar dan historis, universalitas agama Islam dan keselarasan ajaran-ajarannya dengan akal sehat manusia.

Jawaban Detil

Untuk menjelaskan jawaban yang diberikan secara global di atas maka beberapa persoalan seperti, dalil-dalil tidak validnya agama-agama yang ada di dunia dewasa ini dan dalil kebenaran serta keunggulan agama Islam akan menjadi obyek pembahasan kita di sini:

A.    Dalil-dalil invalidnya agama-agama yang ada di dunia (non-Islam)

Sebelum mengetengahkan dalil tentang ketidakbenaran agama-agama lain di dunia kami merasa perlu menyebutkan dua poin sebagai berikut:

Poin pertama, yang kami maksud bukanlah bahwa seluruh yang terdapat pada agama-agama yang ada itu adalah batil dan tidak secuil pun kebenaran yang dapat dijumpai pada agama-agama tersebut. Tidak demikian. Yang kami maksud adalah bahwa seluruh agama yang ada di dunia dewasa ini memiliki persoalan-persoalan yang tidak dapat diterima dan agama seperti ini tidak dapat menjadi penjelas wajah sempurna hakikat.

Poin kedua, dalam kajian ringkas ini kita akan menyinggung sebagian ketidakbenaran dua agama penting di dunia hari ini yaitu agama Kristen dan Yahudi. Nilai dan konsideran agama-agama lainnya yang nota-bene berada setingkat di bawah dari dua agama ini dari sisi penerimaan dan konsiderannya akan menjadi jelas.

Dalil-dalil yang menetapkan bahwa agama Kristen tidak dapat menampilkan wajah sempurna hakikat adalah sebagai berikut:

1.   Riwayat Injil bukanlah riwayat mutawatir dan tidak memiliki sandaran  definitif.

Nabi Isa As berasal dari Bani Israel dan bahasa ibunya adalah bahasa Ibrani. Ia mengklaim dirinya sebagai nabi di Baitul Muqaddas dan masyarakatnya adalah masyarakat Yahudi yang berbahasa Ibrani dan tidak beriman kepadanya. Kecuali beberapa gelintir yang kita tidak tahu tentangnya.

Adapun sebagian warga Baitul Muqaddas yang mampu berbahasa Yunani dan tersebar di kota-kota Asia Minor menyeru masyarakat untuk memeluk agama yang dibawa oleh Nabi Isa As. Mereka menulis banyak kitab dalam bahasa Yunani. Dalam kitab tersebut terdapat beberapa hal yang ditujukan kepada masyarakat Yunani dan Romawi:

Isa berkata demikian dan berbuat demikian. Mereka yang melihat Nabi Isa dan menjadi saksi atas segala ucapan dan perbuatannya serta memahami bahasanya adalah mereka yang menetap di Palestina. Mereka adalah orang-orang yang tidak menerima kenabian Nabi Isa dan memandang bahwa kisah-kisah yang ditulis dalam bahasa Yunani tersebut adalah rekaan. Adapun mereka yang menerima kitab (Injil) dan kisah-kisah di dalamnya adalah orang-orang yang jauh yang tidak melihat kota Baitul Muqaddas. Mereka tidak melihat Nabi Isa juga tidak mendengar sabda-sabdanya. Apabila kisah-kisah yang ditulis dalam Injil, sekiranya itu adalah dusta, tiada yang menghalangi penulisnya untuk menuliskan pelbagai dusta di dalamnya, dan pendengar juga tidak dapat mendustainya (lantaran ketidaktahuan mereka).

Misalnya dalam Injil Matius, tatkala Nabi Isa lahir, datang beberapa orang Majusi dari Timur dan bertanya bahwa dimana gerangan pangeran Yahudi yang baru lahir itu? Orang Majusi tersebut mengatakan bahwa kami melihat bintangnya di belahan Timur. Mereka tidak menunjukkannya, tiba-tiba mereka menyaksikan bintang bergerak di langit hingga di atas kediaman Nabi Isa As dan berhenti di atas rumah tersebut. Akhirnya orang-orang Majusi itu tahu bahwa Nabi Isa di rumah itu. Kisah seperti ini tentu saja kisah buatan yang ditulis dalam Injil dan sama sekali tidak mengandung kebenaran, lantaran tidak ditulis dalam bahasa Ibrani bagi orang-orang yang tinggal di Baitul Muqaddas, melainkan ditulis oleh orang-orang asing. Dan tentu saja orang-orang asing dapat menulis apa pun yang mereka hendaki.

Kita meyakini bahwa tiada seorang astronom pun yang berpandangan bahwa apabila ada seorang lahir maka akan terlihat sebuah bintang yang bergerak di atasnya. Hal ini tidak saja tidak diyakini oleh orang Majusi saja tapi juga selain Majusi.

Kita mengatakan bahwa orang-orang terdahulu Kristen berbeda pendapat terkait masalah terbunuhnya Nabi Isa As. Pada sebagian Injil disebutkan bahwa Nabi Isa tidak terbunuh, lantaran apabila ada seseorang terbunuh di sebuah kota maka seluruh warga kota akan mengetahuinya. Khususnya apabila ia disalib. Namun lantaran penulis Injil ditulis untuk orang asing,  ditulis dengan bahasa asing dan orang-orang asing ini tidak berada di Baitul Muqaddas sehingga mereka dapat mengetahui hakikat terbunuhnya atau tidak terbunuhnya Nabi Isa.

Para penulis Injil dengan kebebasan sepenuhnya menulis apa yang menurut mereka pantas dan dalam hal ini mereka tidak takut sama siapa pun. Tiga ratus tahun setelah wafatnya Isa, sebuah pertemuan diadakan dan para pendeta bermusyawarah tentang bagaimana segala perbedaan dalam hal ini diselesaikan. Mereka berpendapat bahwa di antara beberapa Injil yang ada dipilih empat Injil dan memandang hal-hal yang terkandung di dalamnya sebagai benar dan selebihnya, yang tidak terbilang, dipandang salah dan terbunuhnya Nabi Isa dipandang tertolak dalam injil-injil yang lain dan tidak resmi.[1]

 

2.   Banyaknya kontradiksi dan distorsi dalam ALKITAB pada agama Kristen dewasa ini.

Untuk telaah lebih jauh kami persilahkan Anda untuk merujuk pada kitab "Rah-e Sa'adat" karya Allamah Sya'rani[2] dan "Izhar al-Haq," karya Fadhil Hindi, serta "Qur'an wa Kitab-haye Asamani Digar," karya Syahid Hasyimi Nejad.

 

3.   Tidak selarasanya ajaran-ajaran Kristen dengan dasar-dasar logika dan rasionalitas.

Misalnya iman Kristian terhadap tuhan anak yang memanifestasi dalam bentuk manusia, mengambil seluruh dosa anak manusia dan menebus seluruh dosa dengan menahan derita salib. Dalam Injil Yohanes disebutkan bahwa: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah menganuriakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia."[3]

Terkait dengan agama Yahudi juga berhadapan dengan masalah yang sama. Lantaran, pertama, Taurat memiliki tiga naskah:

1.     Naskah pertama adalah naskah Ibrani yang diterima oleh penganut Yahudi dan pendeta-pendeta Protestan.

2.     Naskah Samiri yang diterima oleh penganut Samiri (suku lainnya dari Bani Israel).

3.     Naskah Yunani yang diterima oleh pendeta-pendeta Kristen non-Protestan.

 

Naskah Taurat yang diterima oleh penganut Samiri terdiri dari lima kitab Musa,  kitab Yosua dan Hakim-hakim, kitab lainnya dari Perjanjian Lama tidak diterima.[4]

Durasi waktu dan jarak antara penciptaan Adam hingga topan Nabi Nuh pada naskah pertama adalah 1656 tahun lamanya. Dan pada naskah kedua 1307 sementara pada naskah ketiga 1362 tahun. Karena itu dari tiga naskah ini tidak dapat dipandang benar seluruhnya, melainkan salah satunya yang harus diterima dan tidak diketahui naskah yang mana.[5]

Kedua, dalam Taurat juga terdapat hal-hal yang tidak dapat diterima oleh akal sehat manusia. Misalnya dalam Taurat, Tuhan diperkenalkan dalam bentuk manusia yang berjalan, berkidung, pendusta dan penipu. Karena Tuhan berkata kepada Adam bahwa apabila ia memakan pohon kebaikan dan keburukan maka ia akan mati. Akan tetapi Adam dan Hawa memakan buah pohon tersebut dan tidak hanya mati melainkan keduanya juga mengenal kebaikan dan keburukan.[6] Atau kisah bergulatnya Tuhan dengan Nabi Ya'qub sebagaimana yang disebutkan dalam Taurat.[7]

 

B.    Dalil-dalil kebenaran dan keunggulan Islam

1.     Hidup dan abadinya mukjizat agama Islam; lantaran mukjizat utama agama ini adalah "Al-Qur'an" yang berbentuk kitab, logika dan pengetahuan – berbeda dengan mukjizat nabi-nabi sebelumnya yang berbentuk empirik dan dapat dilihat – atas alasan ini mukjizat agama Islam senantiasa hidup dan bersandar pada dirinya sendiri serta tidak bergantung kepada hadirnya dan hidupnya Nabi Saw. Atas dasar inilah mukjizat agama Islam senantiasa abadi dan lestari. Di samping itu, al-Qur'an dengan melontarkan tantangan kepada seluruh manusia menyampaikan pesan kehidupan dan keabadiannya: "Dan jika kamu (tetap) meragukan Al-Qur'an yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah (paling tidak) satu surah saja yang semisal dengan Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah (untuk melakukan hal itu), jika kamu orang-orang yang benar. " (Qs. Al-Baqarah [2]:23)

2.     Tidak terdistorsinya al-Qur'an: Artinya tiada perubahan dan pergantian yang terjadi di dalam al-Qur'an.

Karena di samping janji Ilahi bahwa Dia yang akan menjaga al-Qur'an, "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Qs. Al-Hijr [15]:9), pribadi Rasulullah Saw memiliki perhatian khusus untuk memelihara secara seksama al-Qur'an. Pertama: Rasulullah Saw memerintahkan kepada sebagian orang yang dikenal sebagai penulis wahyu untuk menulis ayat-ayat dan surah-surah al-Qur'an. Kedua, memotivasi banyak sahabat untuk menghafal al-Qur'an. Karena itu, banyak orang yang dikenal sebagai penghafal al-Qur'an pada masa Rasulullah Saw. Ketiga, memotivasi orang-orang untuk membaca al-Qur'an: Artinya apa yang harus dibaca secara tepat khususnya lafaz dan tajwidnya, bukan sekedar menelaah dan memahaminya saja.[8] Faktor-faktor ini telah menjadi sebab sehingga al-Qur'an terjaga dari penyimpangan dan distorsi.

3.     Jalan ketiga untuk menetapkan kebenaran Islam adalah perhatian terhadap masalah kepamungkasan (khatamiyat) Nabi Saw. Lantaran nash (ayat dan riwayat) dalam Islam menegaskan bahwa Muhammad Saw merupakan nabi terakhir dan tiada lagi nabi yang akan diutus kepada manusia selepasnya.

Pada seluruh masyarakat manusia aturan praktis terakhir seorang manager dan komandan yang akan menjadi standar dan teraju. Aturan ini bersifat mesti dan harus dikerjakan. Dengan adanya aturan praktis terkini (yang datang belakangan) maka aturan-aturan praktis sebelumnya secara otomatis akan berakhir masa pakainya.

Pada teks-teks agama-agama sebelumnya tidak disebutkan bahwa nabi-nabi mereka merupakan nabi terakhir, melainkan memberikan berita gembira kepada para pengikutnya tentang kemunculan nabi Islam;[9] artinya teks-teks tersebut menjelaskan ihwal temporalnya ajaran mereka.

4.     Poin keempat yang harus menjadi fokus perhatian adalah masalah universalitas dan inklusifitas Islam dimana Islam memiliki ajaran-ajaran pada seluruh dimensi beragam kehidupan, mental, sosial dan personal, material dan spiritual kehidupan manusia. Untuk mengenal lebih baik inklusifitas dan keunggulan ajaran-ajaran agama Islam maka perbandingan dan komparasi harus dilakukan antara kandungan teks agama Islam dan kandungan teks agama-agama lainnya. Dengan demikian, keunggulan dan inklusifitas ajaran-ajaran Islam pada masalah-masalah keyakinan, tauhid dan sifat Allah Swt, etika personal dan sosial, hukum, perekonomian, politik dan pemerintahan akan menjadi jelas.

5.     Poin kelima, di antara agama yang ada di dunia sekarang, satu-satunya agama yang memiliki sejarah hidup dan standar adalah agama Islam dimana para sejarawan bahkan sejarah Islam merekam dengan baik dan rinci hal-hal yang terkait dengan masa kecil Nabi Saw. Sementara agama-agama lainnya tidak memiliki bukti sejarah yang standar. Atas dasar ini, sebagian pemikir Barat meragukan bahkan sosok pribadi Nabi Isa As sedemikian sehingga apabila al-Qur'an kaum Muslimin tidak menyebutkan nama Nabi Isa dan nabi-nabi lainnya, maka boleh jadi agama Kristen dan Yahudi tidak akan dikenal luas dan resmi oleh manusia dewasa ini.[10][]



[1]. Abul Hasan Sya'rani, Râh-e Sa'âdat, hal. 187-188, 197-221.

[2]. Ibid.

[3].  Injil Yohanes 3:16-17

[4]. Râh-e Sa'adat, 206-207.

[5]. Taurat, Kejadian, bab 2 dan 3.

[6]. Ibid.

[7]. Râh-e Sa'âdat, hal. 22, 24, 25, 215.

[8]. Shahih BUkhari, jil. 4, hal. 250.

[9]. Râh-e Sa'âdat, hal. 226-241; Injil Yohanes 21:14.

[10]. Majmu'e Atsar, jil. 16, hal. 44.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261164 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246283 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230065 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214940 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176258 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171574 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168059 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158094 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140898 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134009 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...