Please Wait
8306
"Raj’at" secara leksikal bermakna kembali atau mudik. Raj’at secara teknis bermakna bahwa sebagian orang (orang-orang mukmin sejati dan kaum musyrikin hakiki) akan kembali ke dunia setelah kemunculan Imam Zaman Ajf dan pada masa pemerintahan global beliausebelum sebelum digelarnya hari kiamat. Dalam banyak riwayat disebutkan tegas ihwal kembalinya (raj’at) Rasulullah Saw, para Imam Maksum As, Nabi Isa As, para nabi seperti Zakariyya, Yahya dan Hizqil yang banyak mengalami penderitaan dan penyiksaan di jalan Allah Saw. Demikian juga dalam beberapa riwayat imam pertama yang akan kembali (raj’at) adalah Imam Husain As.
"Raj’at" secara leksikal bermakna kembali atau mudik. Raj’at secara teknis bermakna bahwa sebagian orang (orang-orang mukmin sejati dan kaum musyrikin hakiki) akan kembali ke dunia setelah kemunculan Imam Zaman Ajf dan pada masa pemerintahan global beliausebelum sebelum digelarnya hari kiamat .
Keyakinan terhadap raj’at merupakan salah satu keyakinan mazhab Ahlulbait yang bersandar pada banyak ayat dan riwayat yang akan kita sebutkan sebagiannya di sini:
Terjadinya Raj’at dalam Ayat dan Riwayat
A. Ayat-ayat al-Qur'an
Dengan melakukan tadabbur (kontemplasi) pada ayat-ayat al-Qur'an dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa al-Qur'an menyinggung masalah raj’at ini dalam dua perkara:
Pertama, ayat-ayat yang menyebutkan tentang terjadinya raj’at di masa mendatang seperti pada ayat 82 surah al-Naml dimana Allah Swt berfirman: " Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu Kami tahan mereka sehingga yang lain bergabung dengan mereka. " Kebanyakan ulama memandang bahwa ayat ini menyoroti masalah raj’at dan kembalinya sebagian orang bijak dan orang buruk ke dunia sebelum digelarnya hari Kiamat; lantaran apabila ayat tersebut berkaitan dengan hari Kiamat itu sendiri maka redaksinya "dari tiap-tiap golongan" tidak benar adanya. Karena pada hari Kiamat seluruhnya akan dibangkitkan, sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur'an ayat 47 surah al-Kahf, " Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami menjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar, serta Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. "
Kedua, ayat-ayat yang menyebutkan tentang terjadinya pelbagai peristiwa pada umat terdahulu yang sejatinya termasuk dari peristiwa raj’at. Misalnya a yat 259 surah al-Baqarah tentang seorang nabi yang melintas suatu negeri, " Ataukah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya? Ia berkata, “Bagaimana mungkin Allah akan menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab, “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. " Bukan menjadi persoalan penting di sini bahwa nabi yang disebutkan itu adalah Aziz atau nabi yang lainnya. Yang penting adalah bahwa afirmasi al-Qur'an secara tegas yang menyebutkan kehidupan setelah kematian di dunia ini, FaamatahuLlâh ba'da miata âmmin tsumma ba'atsahu. ( Maka Allah mematikan orang itu selama seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. )
Riwayat
Allamah Majlisi dalam Bihâr al-Anwâr menukil kira-kira dua ratus riwayat yang secara lugas menyatakan raj’at para nabi. Riwayat tersebut dikutip dari empat puluh orang periwayat besar dan tsiqah (yang dapat dipercaya). Allamah Majlisi berkata, “Lebih dari lima puluh kitab yang telah ditulis oleh ulama besar tentang masalah raj’at. [1] Riwayat-riwayat terkait dengan raj’at yang dinukil secara mutawatir menandaskan kepastian terjadinya peristiwa raj’at.
Imam Shadiq As bersabda, “Firman Allah Swt yang menyatakan, “Sesungguhnya Kami pasti menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari para saksi (bangkit) berdiri (hari kiamat)” (Qs. Ghafir [40]:51) Demi Allah! Ayat ini berkisah tentang raj’at. Karena banyak nabi yang belum ditolong di dunia ini dan para imam juga setelah mereka terbunuh dan tidak tertolong. Karena itu, firman Allah Swt ini berkenaan dengan terjadinya peristiwa raj’at dan yang dimaksud para saksi adalah para Imam Maksum As.
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa pasca kemunculan Imam Zaman Ajf seluruh imam maksum dan demikian juga seluruh nabi yang telah dianiaya akan kembali. Di samping itu, para mukmin sejati dan kaum musyrikin hakiki akan kembali ke dunia ini untuk menuntut balas atas darah mereka yang telah tumpah.
Demikian juga, dalam doa-doa dan ziarah-ziarah standar disebutkan tentang terjadinya peristiwa raj’at. Sebagian doa-doa tersebut misalnya sebagai berikut:
1. Ziarah Jami’ah: “Mu’minun biiyyabikum, Mushaddiqun Biraj’atikum.” [2]
2. Ziarah Ali Yasin: “..Wa inna raj’atakum haqqun la raiba fiha...” [3]
3. Ziarah Warits: “..Inni bikum mu’minun wa biyyabikum mu’qinun..” [4]
4. Ziarah Asyura: “An yarzuquni thalaba tsârik ma’a Imâm Manshuri min Ahli Baiti Muhammad Saw..” [5]
5. Doa Ahd: “...Allahumma in hala baini wa bainahu al-maut..faakhrijni min qabri..” [6]
Adapun bahwa masing-masing imam akan kembali (raj’at) pada masa kemunculan Imam Zaman Ajf disebutkan juga dalam beberap riwayat:
1. Rasulullah Saw bersabda, “Ketika Qaim Ali Muhammad Ajf (Imam Mahdi Ajf) keluar dan mengambil kekuasaan maka pada masa itu Nabi Saw dan Amirul Mukminin As akan keluar dan ketika itu Amirul Mukminin Ali As akan memegang tongkat dan maisam [7] (besi panas) yang terukir bismillah di dalamnya dan akan menggurat goresan di kening setiap orang yang menujukkan bahwa orang ini adalah orang beriman (mu’min) dan ukiran maisam bismialkâfir yang akan menggurat goresan di kening setiap orang yang menunjukkan bahwa orang ini adalah orang kafir sehingga dengan demikian orang beriman dan orang kafir akan dikenali. Pada masa itu, seluruh imam As akan kembali (raj’at) supaya membantu Amirul Mukminin Ali As dan Imam Mahd As, terkhusus para nabi yang banyak mengalami penyiksaan di jalan Allah Swt seperti Nabi Zakariyya, Yahya, Hizqil dan nabi-nabi lainnya yang terbunuh atau terluka di tangan orang-orang kafir. Dan sesungguhnya terdapat banyak riwayat mustafidh terkait dengan kembalinya (raj’at) mereka ke dunia dan menuntut balas kepada para pembunuh mereka dan menuntut darah Imam Husain As. [8]
2. Imam Shadiq As bersabda, “ "Orang pertama yang akan kembali ke dunia adalah Husain bin Ali As. Beliau akan m emerintah untuk beberapa lama dimana karena rentanya, bulu alisnya menjulur sampai ke matanya." [9]
3. Sesuai dengan beberapa riwayat disebutkan bahwa pasca kemunculan Imam Hujjat (Imam Mahdi Ajf) maka Nabi Isa As akan turun sesuai dengan izin Allah Swt. Nabi Isa As di hadapan seluruh orang akan muncul sebagai salah satu penolong Imam Zaman dan akan ikut shalat di belakang beliau. Sebagaimana dalam sebuah riwayat dari Rasulullah Saw disebutkan bahwa, “Demi Yang Menjadikan Aku sebagai pembawa berita gembira! Apabila usia dunia tidak tersisa lebih dari sehari maka Allah Swt akan memanjangkan sehari tersebut sehingga anakku Mahdi akan keluar. Setelah kemunculannya, Isa As akan turun dan menunaikan shalat di belakangnya. Kemudian bumi akan terang benderang dan kekuasaan pemerintahan Mahdi akan mencapai Timur dan Barat. [IQuest]
Untuk mendapatkan penjelasan lebih jauh tentang masalah raj’at dan falsafah raj’at kami persilahkan Anda untuk merujuk pada jawaban pertanyaan No. 6339 (Site: 6523) dan 3006 (Site: 3578).
[1] . Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 53, hal. 39, Muassasah al-Wafa, Libanon, 1404 H.
[2] . “Beriman kepada kembalinya (kebenaran)-mu. Membenarkan raj’at-mu. (Mafatih al-Jinan)
[3] . “D an bahwa perihal raj`ah (kembalinya) kalian adalah benar dan tiada keraguan di dalamnya .” Mafâtih al-Jinân.
[4] . “Sesungguhnya aku beriman kepadamu dan meyakini kembalinya (kebenaranmu).” Mafâtih al-Jinân.
[5] . “Agar Dia menganugrahkan kepadaku untuk menuntut darahmu bersama dengan seorang imam yang akan mendapatkan pertolongan dari Ahlulbait Muhammad Saw.” Mafâtih al-Jinân.
[6] . Ya Allah, jika Engkau pisahkan antara diriku dengan dirinya dengan kematian yang sudah Kau canangkan bagi setiap hamba-Mu, maka keluarkanlah diriku dari kuburku dengan berbaju kafan dan dengan pedang terhunus. Mafâtih al-Jinân.
[7] . Maisam adalah besi panas yang digunakan untuk memanaskan hewan-hewan.
[8] . Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 13, hal. 1165, Muassasah al-Wafa, Libanon, 1404 H.
[9] . Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 53, hal. 46, Muassasah al-Wafa, Libanon, 1404 H.