Advanced Search
Hits
7508
Tanggal Dimuat: 2009/07/11
Ringkasan Pertanyaan
Dengan gaibnya Imam Keduabelas Syiah, seluruh konsepsi imamah menjadi diragukan?
Pertanyaan
Dengan gaibnya Imam Keduabelas Syiah, seluruh konsepsi imamah menjadi diragukan?
Jawaban Global

Terkait pertanyaan yang mengemuka secara global tanpa menyebutkan contoh-contoh tentang  kontradiksinya masalah ghaibah dan konsepsi imamah, oleh itu di sini kita harus mengulas tugas-tugas imam kemudian sesuai atau tidak sesuainya dengan masalah ghaiba akan menjadi obyek analisa kita.

Imamah – yang merupakan kelanjutan estafet kenabian dan yang membedakannya dengan kenabian hanyalah masalah wahyu – adalah pos yang memikul seluruh tugas-tugas kenabian yang paling penting di antara tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut:

1.       Bertugas untuk menegakkan pemerintahan Ilahi dan membebaskan manusia dari dominasi penguasa tiran. Mengingat kebangkitan dan pemerintahan merupakan sebuah proses sosial, yang diusung oleh seorang pemimpin yang diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, karena itu pemimpin masyarakat tidak dapat diharapkan untuk mendirikan pemerintahan kapan saja dan bagaimana pun kondisinya. Oleh itu, kita saksikan bahwa Rasulullah Saw pada masa sebelum hijrah, sekali-kali beliau tidak melaksanakan tugas ini dan hal ini tidak menciderai kenabiannya sama sekali. Melainkan hal ini menunjukkan tidak kondusifnya kondisi masyarakat pada waktu itu. Masa ghaiba Imam Keduabelas juga sebagaimana masa awal-awal kemunculan Islam, masa penuh dengan intrik, pertikaian dimana-mana dan fitnah. Dengan demikian, tuntutan kebangkitan yang ditujukan untuk Imam Keduabelas, sebelum tersedianya preparasi-preparasi penting sosial kemasyarakatan merupakan tuntutan yang tidak pada tempatnya. Dari sisi lain, kita saksikan bahwa tipologi terpenting beliau adalah bangkit dan mengusung perlawanan untuk menegakkan dan menyebarkan keadilan sebagaimana disebutkan dalam riwayat. Karena itu, ghaibahnya Imam Mahdi Ajf tidak berseberangan dengan tugas pertamanya dan tanda-tanda merebaknya eskapisme dari agama dan lunglainya masyarakat dalam menerima pemerintahan Islam.

2.       Menjelaskan maarif Ilahiah dan memandu masyarakat. Kedua tugas penting ini merupakan tugas kedua imam yang terkadang ditunaikan secara langsung dan terkadang secara tidak langsung. Sebagaimana Nabi Saw, lantaran pelbagai kesulitan dan bahkan tiadanya penerimaan masyarakat terhadap beliau, beliau mendidik orang-orang bertakwa dan tahu terhadap urusan Islam untuk menjelaskan maarif Ilahi dan memandu masyarakat. Hal ini juga yang dilakukan oleh Imam Zaman Ajf dengan menetapkan para duta khusus pada masa ghaibah sughra (kegaiban minor) dan para duta umum pada masa ghaibah kubra (kegaiban mayor). Demikianlah di antaranya tugas-tugas seorang imam yang tidak bertentangan dengan konsep imamah. Adapun faidah dan berkah yang diberikan Imam, lebih besar dan tinggi dari tugas beliau dan tidak terbatas pada hadirnya imam atau ghaibnya. Para imam adalah jiwa semesta dan poros berputarnya langit dan bumi. Sedemikian sehingga Ahlulbait Rasulullah Saw berulang kali bersabda bahwa sekiranya tiada imam di muka bumi maka akan binasalah bumi beserta seluruh isinya.

Imam adalah penghubung antara langit dan bumi dan perantara turunnya seluruh berkah Ilahi. Doanya mustajabah dan munajatnya penuh kebaikan dan keberkahan. Masalah ini banyak disebutkan dalam ziarah-ziarah para imam suci. Mengingat para hamba Tuhan memiliki musuh bebuyutan dimana pemimpin nomor wahidnya adalah Iblis maka Imam Ajf banyak menolong mereka dari keterpurukan dari banyaknya kubangan yang dipasang oleh Iblis dan membimbing mereka. Hal ini merupakan sebagian dari manfaat dan keberkahan imam ghaib yang secara global disebutkan dalam riwayat makruf Nabi Saw sebagai mentari di balik awan dan manusia tanpa melihat beliau sebagai imam, senantiasa mendapatkan manfaat dan berkah darinya.

Jawaban Detil

Pertanyaan yang diajukan oleh penanya masih bersifat global dan kabur. Penanya tidak menyebutkan secara khusus bahwa bagian mana kegaiban Imam Mahdi Ajf bertentangan dengan konsep imamah? Oleh itu, kiranya perlu di sini kita mengkaji terlebih dahulu tugas-tugas imam barulah kita melangkah pada pembahasan berikutnya terkait keselarasan atau tidak-keselarasan antara kegaiban imam dan konsep imamah.

Imamah adalah pelanjut tongkat estafet kenabian.[1] Dan seorang  imam memiliki seluruh karakteristik dan tipologi yang dimiliki oleh seorang nabi, kecuali terkait masalah wahyu dan pemutusan pewahyuan. Karena itu, imam juga seperti nabi memikul tiga tugas[2] pokok sebagai berikut:

1.       Bertugas untuk menegakkan pemerintahan dan membebaskan manusia dari dominasi para penguasa tiran.

2.       Menjelaskan maarif Ilahiah dan menyampaikan maarif tersebut kepada manusia

3.       Memandu dan membimbing manusia ke jalan yang lurus.

 

Tiga tugas yang dijelaskan di atas menunjukkan tugas-tugas asasi dan pokok seorang imam. Akan tetapi apabila kondisi masyarakat tidak kondusif atau lalainya umat Islam, menyebabkan seorang imam tidak dapat menunaikan tugasnya yang dwi dimensi itu dan pelaksananan hal itu tergantung pada umat, kekurangan dan pelalaian ini ini tidak dapat dilayangkan pada imam. Dan jelas bahwa hal ini tidak bertentangan dengan falsafah dan konsep imamah.

Masalah-masalah seperti kebangkitan dan pemerintahan merupakan sebuah masalah sosial yang memerlukan kondisi dan persiapan-persiapan yang sesuai. Apabila kita berkata bahwa tugas seorang pemimpin untuk bangkit dan memerintah apa pun kondisinya bahkan sekiranya tidak membawa kemaslahatan bagi kaum Muslimin sesungguhnya kita telah berkata tidak pada tempatnya. Karena kita tahu sendiri bahwa Nabi Saw sebelum hijrah dan selama beliau di Makkah, bahkan untuk mengerjakan amalan-amalan lahir Islam menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat ketika itu. Apatah lagi untuk bangkit atau mendirikan pemerintahan! Masalah ini, bukan karena Rasulullah lemah atau tidak memperhatikan masalah ini. Namun dikarenakan pelbagai kondisi sosial yang tidak kondusif untuk menerima pemerintahan Islam.

Masalah ini tidak terbatas pada masa Nabi Saw saja. Kita saksikan adanya kelalaian umat, eskapisme dari agama, yang terjadi pada masa imam-imam lainnya selain imam pertama – hal itu pada akhir usianya – berujung pada tiadanya kesepakatan di antara mereka dalam mendirikan pemerintahan Islam dan hal ini sama sekali tidak menciderai konsep dan falsafah imamah.

Masa ghaibah kubra juga yang dijelaskan dalam bentuk yang berbeda, tidak berseberangan dengan tugas-tugas imam ini. Pada dasarnya, tatkala ada peluang untuk menunaikan perintah-perintah Ilahi dalam format pemerintahan Islam, maka hari itu adalah hari selesainya masa ghaibah. Mungkin dapat dikatakan bahwa citra terbesar Imam Keduabelas[3] adalah pemerintahannya yang menyeluruh dan menjuntai yang menandaskan keadilan Ilahi. Karena itu, ghaibahnya imam tidak dapat bertentangan dengan falsafah dan konsep imamah, dari sisi pendirian pemerintahan Islam.

 

Dimensi kedua tugas Imam

Mengingat bahwa pada masa awal-awal kemunculan Islam, tidak memungkinkan bagi Nabi Saw untuk berpergian kemana-mana secara langsung dan berjumpa dengan seluruh kabilah dan lapisan masyarakat, beliau menggembleng[4] orang-orang yang tahu dengan urusan agama dan penghafal al-Qur'an untuk memberikan penyuluhan ihwal maarif agama di pelbagai kawasan.

Imam Keduabelas Ajf juga pada masa ghaibah sughrah, beliau menerapkan metode ini. Dan dengan menetapkan para duta khusus, beliau menutupi kebutuhan masyarakat terhadap ilmu dan menyediakan sandaran agama (ulama dan marja) bagi masyarakat.

Metode ini masih terus berlanjut setelah masa ghaiba sughra, namun cara dan kualitasnya berbeda; artinya Imam Zaman Ajf menetapkan secara umum para duta yang memiliki syarat-syarat sebagai duta dan meminta masyarakat untuk merujuk kepada mereka tatkala menghadapi pelbagai peristiwa dan kejadian baru di zamannya.[5]

Hal ini tidak berujung pada masalah ini; karena boleh jadi terjadi sebuah peristiwa dimana para duta ini tidak berhasil menyelesaikannya dan tidak mampu menjawabnya. Dalam hal ini, Imam Zaman menunjukkan jalan kepada masyarakat dengan meminta mereka untuk merujuk kepada orang-orang yang layak dirujuk pada masanya atau melalui jalan-jalan lain. Cukup bagi kita dalam hal ini, menengok secara sekilas pada konsep ijma[6] yang dibahas dalam ilmu fikih atau pada kitab-kitab orang yang sempat bersua dengan Imam Zaman.

Jawaban atas tidak sejalannya konsep imamah dan konsep ghaibah, pada sisi ketiga juga, sebagaimana perkara sebelumnya. Oleh karena itu, kami tidak memandang perlu untuk mengulanginya lagi di sini atau membahasnya lebih detil.

Terlepas dari pelbagai permasalahan yang diungkap di atas kiranya perlu menyebutkan dua poin penting berikut ini:

A.      Kegaiban Imam bukanlah perkara ghaibah jasmani dan fisikal; karena kita ketahui bahwa beliau juga sebagaimana anggota masyarakat lainnya, menjalani kehidupan yang wajar kecuali, dengan izin Tuhan, usianya yang panjang. Hal ini juga tidak bertentangan dengan kaidah rasional dan biologis. Karena itu, tatkala kita berkara kegaiban imam keduabelas, yang kita maksud bukanlah ghaibah titelnya (sebagai imam keduabelas). Artinya Imam Mahdi hingga masa kemunculannya, beliau tidak memperkenalkan dirinya secara umum sebagai imam dan pemimpin kaum Syiah sedunia.

B.      Hal-hal yang telah disebutkan terkait masalah imamah terbatas pada tugas-tugas seorang imam. Akan tetapi sebagian masalah yang kita saksikan dari imam, bukan sebagai tugas, melainkan sisi rahmaniyah dan kemurahan Tuhan, yang lantaran keberadaannya, turun kepada kita. Hal-hal tersebut sebagai contoh:

1.       Jiwa semesta: Sesuai dengan pelbagai sabda Ahlulbait As, Imam adalah jiwa semesta[7] dan teraju ada dan tiadanya semesta. Sedemikian sehingga pada riwayat-riwayat disebutkan ihwal imam: “Apabila bumi tanpa imam, maka bumi dan segala isinya akan binasa.”[8]

2.       Imam adalah media emanasi Ilahi dan perantara turunnya segala keberkahan langit kepada manusia. Oleh itu, pada pelbagai riwayat dan ziarah para Imam Maksum disebutkan: “Langit mencurahkan hujan karenamu dan bumi menumbuhkan pepohonan karenamu dan pepohonan mengeluarkan buah karenamu.”[9]

3.       Memberikan pengaruh pada jiwa-jiwa[10] dan mencegah kesesatan dan penyimpangan para hamba di hadapan setan. Hal ini dapat kita saksikan dengan jelas pada bulan-bulan atau hari-hari suci seperti Muharram dan sebagainya.

 

Seluruh yang telah dibeberkan di atas, adalah kapita selekta dari pelbagai manfaat Imam Ghaib yang sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, manusia mendapatkan manfaat dari keberadaannya sebagaimana mereka mendapatkan manfaat mentari di balik awan,[11] Akan tetapi sabda suci Rasulullah Saw memiliki banyak poin ilmiah yang terkandung di dalamnya dimana untuk keterangan lebih jauh Anda dapat merujuk[12] kepada kitab-kitab yang mengulas masalah ini.[13] []

 

Referensi dan daftar pustaka:

1.       Âmuzesy-e ‘Aqâid, Muhammad Taqi Misbah Yazdi.

2.       Syiah dar Islâm, Sayid Muhammad Husain Thabathabai.

3.       Dalâil al-Imâmah, Muhammad bin Jarir Thabari.

4.       Farâzha-ye az Târikh-e Payâmbar-e Islâm, Ja’far Subhani.

5.       Wasâil al-Syiah, Syaikh Hurr al-Amuli.

6.       Ushul al-Fiqh, Muhammad Ridha Muzhaffar.

7.       Sire-ye Pisywâyân, Mahdi Pisywai.

8.       Ushul al-Kâfi, Kulaini.

9.       Kamâl al-Ziyârat, Ibnu Quluwai Qummi.

10.   Bidâyat al-Ma’ârif al-Ilahiya, Sayid Hasan Kharrazi.

11.   Bihâr al-Anwâr, Muhammad Baqir Majlisi.

12.   Imâm Mahdi az Wilâdat ta Zhuhur, Sayid Muhammad Kazhim Kazwini.



[1]. Âmuzesy-e ‘Aqâid, Muhammad Taqi Misbah Yazdi, hal. 306.  Anda juga bisa melihat terjemahan Indonesia, Iman Semesta, terbitan Al-Huda Jakarta.

[2]. Syiah dar Islâm, Muhammad Husain Thabathabai, hal. 176.  

[3]. Dalâil al-Imâmah, Muhammad bin Jarir, al-Thabari, hal. 240.

[4]. Farâzhâ-ye az Târikh Payâmbar-e Islâm, Ja’far Subhani, hal. 307.  

[5]. Wasâil al-Syiah, Syaikh Hurr al-Amuli, jil. 18, hal. 101.  

[6]. Ushul Fiqih, Muhammad Ridha Muzhaffar, hal. 358.  

[7]. Sire-ye Pisywâyân, Mahdi Pisywai, hal. 719.

[8]. Ushul al-Kâfi, Kulaini, jil. 1, hal. 179  

[9]. Kâmil al-Ziyârat, Ibnu Quluwai Qummi, ziarah kedua.  

[10]. Bidâyat al-Ma’ârif al-Ilahiyyah, jil. 2, hal. 153.  

[11]. Bihâr al-Anwâr, Muhammad Baqir Majlisi, jil. 52, hal. 93.  

[12]. Imâm Mahdi az Wilâdat ta Zhuhur, Sayid Muhammad Kazhim Qazwini, penerjemah: Karam, Ali, Husaini, Sayid Muhammad.  

[13]. Untuk referensi lebih lanjut, silahkan Anda rujuk ke beberapa indeks: Imam Mahadi dalam pandangan Syiah, pertanyaan 168; Pelbagai Manfaat Keberadaan Imam Zaman pada masa Ghaibah, pertanyaan 654; Falsafah Usia Panjang Imam, pertanyaan 221.  

Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261239 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246356 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230139 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214999 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176335 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171628 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168118 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158183 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140970 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134047 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...