Please Wait
Hits
7234
7234
Tanggal Dimuat:
2008/04/02
Kode Site
fa2370
Kode Pernyataan Privasi
46721
- Share
Ringkasan Pertanyaan
Apakah makam khalifatullah bersifat umum? Apakah ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam ini?
Pertanyaan
Apakah manusia dari sisi penciptaan semuanya memiliki potensi untuk menggondol makam khalifatullah? Apakah makam ini merupakan makam tertinggi penghambaan yang dapat dicapai manusia atau ada makam yang lebih tinggi lagi?
Jawaban Global
Khalifah dan khilâfah derivasinya dari kata kha-la-f yang bermakna di belakang punggung, meninggalkan sesuatu di belakang atau sesuatu yang menempati tempat sesuatu yang lain (suksesi). Suksesi digunakan dalam beberapa urusan empirik, non-hakiki dan hakiki.
Sesuai dengan ayat 30 surah al-Baqarah, “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi” khilâfah tidak terbatas pada Nabi Adam semata dan seluruh manusia memiliki potensi untuk menggondol posisi khalifah ini.
Namun mengingat dari satu sisi sentral dan fokus khilâfah Ilahi itu adalah pengetahuan terhadap nama-nama (al-asma) dan dari sisi lain pengetahuan terhadap nama-nama Ilahi ini memerlukan keteguhan dalam penghambaan dan seluruh manusia tidak memiliki keteguhan dalam penghambaan, maka makam khilfah Ilahi ini tidak dapat terealisasi dan teraktualisasi pada setiap manusia. Bagaimana mungkin malaikat saja yang tidak laik untuk menduduki makam itu diduduki oleh manusia paling durjana sedunia?
Hanya saja mengingat pengetahuan itu memiliki tingkatan dan derajat, khilâfah juga memiliki tingkatan. Setiap orang berdasarkan kapasitas eksistensialnya akan menjadi lokus penampakan dan tajalli nama-nama Ilahi sehingga dengan demikian seukuran itu ia memiliki saham khilâfah Ilahi.
Berdasarkan beberapa ayat dan riwayat, obyek luaran yang paling sempurna khalifatullah adalah empat belas maksum As. Setelah tingkatan empat belas maksum, para nabi dan rasul, terdapat para arif billah, sebagian manusia-manusia saleh dan bertakwa yang memiliki ilmu dan amal saleh yang menjadi lokus penampakan nama-nama Ilahi, pada tingkatan di luar para nabi dan dengan perantara mereka, adalah personifikasi khalifatullah di muka bumi.
Adapun sehubungan dengan pertanyaan apakah ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam khalifatullah ini harus dikatakan bahwa dengan menganalisa kata khalifatullah dapat dinyatakan bahwa kita tidak dapat menggambarkan makam-makam yang lebih tinggi dari khalifatullah lantaran khalifah bermakna pengganti dan suksesor adalah kata suci Alla sebuah nama yang menunjuk ada seluruh sifat Tuhan. Dengan kata yang lebih tepat, mencakup seluruh sifat sehingga hasil khalifatullah yang bermakna suksesor seluruh sifat kesempurnaan. Karena itu tidak ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam khalifatullah yang dapat digambarkan.
Sesuai dengan ayat 30 surah al-Baqarah, “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi” khilâfah tidak terbatas pada Nabi Adam semata dan seluruh manusia memiliki potensi untuk menggondol posisi khalifah ini.
Namun mengingat dari satu sisi sentral dan fokus khilâfah Ilahi itu adalah pengetahuan terhadap nama-nama (al-asma) dan dari sisi lain pengetahuan terhadap nama-nama Ilahi ini memerlukan keteguhan dalam penghambaan dan seluruh manusia tidak memiliki keteguhan dalam penghambaan, maka makam khilfah Ilahi ini tidak dapat terealisasi dan teraktualisasi pada setiap manusia. Bagaimana mungkin malaikat saja yang tidak laik untuk menduduki makam itu diduduki oleh manusia paling durjana sedunia?
Hanya saja mengingat pengetahuan itu memiliki tingkatan dan derajat, khilâfah juga memiliki tingkatan. Setiap orang berdasarkan kapasitas eksistensialnya akan menjadi lokus penampakan dan tajalli nama-nama Ilahi sehingga dengan demikian seukuran itu ia memiliki saham khilâfah Ilahi.
Berdasarkan beberapa ayat dan riwayat, obyek luaran yang paling sempurna khalifatullah adalah empat belas maksum As. Setelah tingkatan empat belas maksum, para nabi dan rasul, terdapat para arif billah, sebagian manusia-manusia saleh dan bertakwa yang memiliki ilmu dan amal saleh yang menjadi lokus penampakan nama-nama Ilahi, pada tingkatan di luar para nabi dan dengan perantara mereka, adalah personifikasi khalifatullah di muka bumi.
Adapun sehubungan dengan pertanyaan apakah ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam khalifatullah ini harus dikatakan bahwa dengan menganalisa kata khalifatullah dapat dinyatakan bahwa kita tidak dapat menggambarkan makam-makam yang lebih tinggi dari khalifatullah lantaran khalifah bermakna pengganti dan suksesor adalah kata suci Alla sebuah nama yang menunjuk ada seluruh sifat Tuhan. Dengan kata yang lebih tepat, mencakup seluruh sifat sehingga hasil khalifatullah yang bermakna suksesor seluruh sifat kesempurnaan. Karena itu tidak ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam khalifatullah yang dapat digambarkan.
Jawaban Detil
Supaya lebih terang jawabannya kiranya kita perlu memperhatikan penjelasan berikut ini:
- Khalifah dan khilâfah derivasinya dari kata kha-l-f yang bermakna di belakang punggung, meninggalkan sesuatu di belakang atau sesuatu yang menempati tempat sesuatu yang lain (suksesi). Suksesi terkadang digunakan pada urusan-urusan empirik seperti “Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (Qs al-Furqan [25]:62) Terkadang pada hal-hal non hakiki misalnya “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi. maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil ” (Qs Shad [38]:26) dan acapkali pada urusan-urusan hakiki seperti khilâfah Nabi Adam yang dikemukakan pada ayat 30 surah al-Baqarah.[1]
- Allah Swt menitipkan potensi untuk menjadi khalifah pada diri manusia dengan meniupkan ruh-Nya pada manusia sebagaimana yang dapat dipahami dari ayat, “Dan Aku tiupkan ruh-Ku padanya”[2] Di samping itu ayat, “Sesungguhnya Aku ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi” menyebutkan secara lugas khilâfah Nabi Adam As. Akan tetapi mengingat bahwa pertama, pengangkatan khalifah dinyatakan dalam kalimat nominal (al-jumlah al-ismiyah) dan kalimat nominal ini menandaskan bahwa pengangkatan khilâfah ini terus berlanjut. Karena itu khilâfah tidak terbatas pada Nabi Adam As semata. Kedua, redaksi ayat “Apakah Engkau akan menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan menumpahkan darah” menunjukkan bahwa khilâfah tidak terbatas hanya pada Adam As. Karena apabila hanya berkaitan dengan Nabi Adam dan selesai, lantaran Nabi Adam As itu maksum dan tidak akan menumpahkan darah, maka sudah pada tempatnya Allah Swt berkata kepada para malaikat, “Adam tidak melakukan kerusakan dan menumpahkan darah.”
Mengingat dari satu sisi sentral dan fokus khilâfah Ilahi itu pengetahuan terhadap nama-nama (al-asma) dan dari sisi lain pengetahuan terhadap nama-nama Ilahi ini memerlukan keteguhan dalam penghambaan dan seluruh manusia tidak memiliki keteguhan dalam penghambaan, maka makam khilfah Ilahi ini tidak dapat terealisasi dan teraktualisasi pada setiap manusia. Bagaimana mungkin malaikat saja yang tidak laik untuk menduduki makam itu diduduki oleh manusia paling durjana sedunia?[3]
Hanya saja mengingat pengetahuan itu memiliki tingkatan dan derajat, khilâfah juga memiliki tingkatan. Setiap orang berdasarkan kapasitas eksistensialnya menjadi lokus penampakan dan tajalli nama-nama Ilahi maka seukuran itu ia memiliki saham khilâfah Ilahi.
Berdasarkan beberapa ayat dan riwayat, obyek luaran yang paling sempurna khalifatullah adalah empat belas maksum As. Setelah tingkatan empat belas maksum, para nabi dan rasul, terdapat para arif billah, sebagian manusia-manusia saleh dan bertakwa yang memiliki ilmu dan amal saleh yang menjadi lokus penampakan nama-nama Ilahi, pada tingkatan di luar para nabi dan dengan perantara mereka, adalah personifikasi khalifatullah di muka bumi.[4]
Adapun sehubungan dengan pertanyaan apakah ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam khalifatullah ini harus dikatakan bahwa dengan menganalisa kata khalifatullah dapat dinyatakan bahwa kita tidak dapat menggambarkan makam-makam yang lebih tinggi dari khalifatullah lantaran khalifah bermakna pengganti dan suksesor adalah kata suci Alla sebuah nama yang menunjuk ada seluruh sifat Tuhan. Dengan kata yang lebih tepat, mencakup seluruh sifat sehingga hasil khalifatullah ini bermakna suksesor seluruh sifat kesempurnaan. Karena itu tidak ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam khalifatullah yang dapat digambarkan. [iQuest]
Hanya saja mengingat pengetahuan itu memiliki tingkatan dan derajat, khilâfah juga memiliki tingkatan. Setiap orang berdasarkan kapasitas eksistensialnya menjadi lokus penampakan dan tajalli nama-nama Ilahi maka seukuran itu ia memiliki saham khilâfah Ilahi.
Berdasarkan beberapa ayat dan riwayat, obyek luaran yang paling sempurna khalifatullah adalah empat belas maksum As. Setelah tingkatan empat belas maksum, para nabi dan rasul, terdapat para arif billah, sebagian manusia-manusia saleh dan bertakwa yang memiliki ilmu dan amal saleh yang menjadi lokus penampakan nama-nama Ilahi, pada tingkatan di luar para nabi dan dengan perantara mereka, adalah personifikasi khalifatullah di muka bumi.[4]
Adapun sehubungan dengan pertanyaan apakah ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam khalifatullah ini harus dikatakan bahwa dengan menganalisa kata khalifatullah dapat dinyatakan bahwa kita tidak dapat menggambarkan makam-makam yang lebih tinggi dari khalifatullah lantaran khalifah bermakna pengganti dan suksesor adalah kata suci Alla sebuah nama yang menunjuk ada seluruh sifat Tuhan. Dengan kata yang lebih tepat, mencakup seluruh sifat sehingga hasil khalifatullah ini bermakna suksesor seluruh sifat kesempurnaan. Karena itu tidak ada makam yang lebih tinggi lagi dari makam khalifatullah yang dapat digambarkan. [iQuest]
Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar