Advanced Search
Hits
10925
Tanggal Dimuat: 2009/08/17
Ringkasan Pertanyaan
Kami meyakini bahwa agama Islam jauh dari perubahan dan penyimpangan. Tetapi dari sisi lain kami juga meyakini bahwa keluarga suci Nabi Saw sebagai penafsir Al-Qur’an al-Karim. Atas dasar itu, dapat diambil satu kesimpulan bahwa Islam selain Syi’ah telah mengalami perubahan?
Pertanyaan
Kami meyakini bahwa agama Islam jauh dari perubahan dan penyimpangan. Tetapi dari sisi lain kami juga meyakini bahwa keluarga suci Nabi Saw sebagai penafsir Al-Qur’an al-Karim. Atas dasar itu, dapat diambil satu kesimpulan bahwa Islam selain Syi’ah telah mengalami perubahan?
Jawaban Global

Dapat dipastikan bahwa Al-Qur’an al-Karim sebagai sumber utama ajaran Islam yang terjaga dari perubahan secara lafzhi (yakni perubahan kata dan kalimat dengan menambah dan mengurangi). Sebagian ayat Al-Qur’an, hadis Rasulullah Saw dan kesepakatan kaum muslimin dengan jelas menegaskan bahwa tejaganya Al-Qur’an dari perubahan dalam penambahan dan pengurangan, merupakan mukjizat Ilahi. Adanya ketegasan semacam ini bukan berarti bahwa Al-Qur’an sama sekali tidak mengalami perubahan dan penyimpangan di kalangan kaum muslimin dari jalan dan ajaran aslinya, yakni jalan dan ajaran yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan Rasulullah Sw.

Al-Qur’an dan Rasulullah Saw telah memerintahkan umat Islam agar merujuk kepada para Imam maksum As karena mereka merupakan mandataris Al-Qur’an. Karena itu, penjelasan dan penafsiran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw yang paling sahih, aktual dan mendalam harus diserahkan kepada mereka dan bukan kepada yang lainnya. Dengan demikian apa saja yang bersesuaian dengan Al-Qur’an dan Sunnah yakni hadis-hadis mutawatir Rasulullah Saw dan para Imam maksum As adalah benar dan harus diikuti dan ditaati. Ringkasnya bahwa di antara berbagai aliran dan mazhab yang bermacam-macam di dalam Islam, hanya satu mazhab dan aliran saja yang benar, yaitu mazhab Ahlulbait As.

Jawaban Detil

Seluruh umat Islam telah sepakat dan memiliki satu pandangan bahwa Al-Qur’an al-Karim itu selamat dari perubahan yang berupa penambahan dan pengurangan. Sebagaimana pula mereka sepakat dengan hadis Tsaqalain bahwa itu datangnya dari Nabi Muhammad Saw. Dan begitu pula mereka sepakat dengan adanya perbedaan mazhab, aliran dan sekte dalam Islam. Dengan itu, tidak diragukan lagi bahwa dalam menelusuri Sunnah Nabawi Saw dan juga dalam memegang Sunnah dan riwayat Ahlulbait As telah terjadi ikhtilaf dan perbedaan pandangan dalam memahami Al-Qur’an. Setiap aliran mengikuti pandangannya masing-masing. Inilah yang dimaksud dengan perubahan dan penyimpangan kaum muslimin dari jalan dan ajaran asli Islam, yakni jalan dan ajaran yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan Rasulullah Saw. Karena itu, perlu diketahui apa sebenarnya tolok ukur hak dan batil, kebenaran dan penyimpangan? Untuk mengetahui kebenaran, walaupun pada awalnya merupakan upaya yang sangat sulit dan berat, tetapi tentunya tidak mustahil. Karena kitab suci Al-Qur’an -menurut semua aliran- sebagai referensi yang utama dan sumber wahyu yang autentik, tidak mengalami penyimpangan dan dapat diterima oleh semua umat Islam. Di samping itu, masih banyak terdapat hadis-hadis mutawatir yang disepakati antara Sunni dan Syi’ah yang juga merupakan sumber asli ajaran Islam lainnya yang dapat digunakan untuk mencapai kebenaran sejati. Di antara hadis-hadis mutawair yang disepakati itu adalah hadis Indzar (Yaumuddar), hadis Ghadir, hadis Tsaqalain, hadis-hadis yang menafsirkan ayat 3 dan 67 surah Al-Maidah, hadis-hadis yang menafsirkan ayat Tathhir (surah Al-Ahzab: 23) dan hadis-hadis yang menafsirkan ayat Wilayah (surah Al-Maidah: 55 dan 65), dan lain-lain. Bagi setiap pencari kebenaran, tidak mungkin menghindari dan menyembunyikan sanad hadis-hadis tersebut. Dengan demikian bahwa Al-Qur’an dan Sunnah yang qath’i harus dijadikan sebagai hakim yang adil di antara berbagai aliran dan mazhab dalam Islam.

Imam Ja’far as-Shadiq As bersabda: “Tidak ada satu perkara pun yang berselisih pendapat (ikhtilaf) antara dua orang melainkan Allah Swt telah menjelaskan solusinya di dalam Al-Qur’an, hanya saja akal keduanya itu belum sampai kepadanya (sehingga terjadi ikhtilaf).[1] Di dalam riwayat lainnya beliau As bersabda: “Rasulullah Saw menyampaikan khutbahnya di Mina (pada haji Wada’), beliau Saw bersabda: “Wahai manusia, apa saja yang elah aku sampaikan kepada kalian, maka cocokkanlah dengan kitab suci Al-Qur’an. Jika hal itu sesuai dengan kita suci, maka berarti datangnya dariku. Dan jika ternyata tidak sesuai dengan kitab suci Al-Qur’an, maka itu berarti bukan dari ucapanku”.[2]   Imam Muhamamd al-Baqir As bersabda: “Apabila aku telah memberikan pandangan tentang sesuatu, maka hendaklah kalian bertanya padaku mengenai hal tersebut; apakah ada di dalam Al-Qur’an (sehingga nantinya aku akan menjelaskan hukum tersebut sebagai kesimpulan dari ayat Al-Qur’an)”.[3]  Dengan demikian dapat dipahami bahwa di dalam banyak riwayat para Imam suci As, menjelaskannya bagi para sahabat mereka, dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an.[4]

Sebagian ulama dan umat Islam membenarkan adanya ikhtilaf tersebut dengan bersandarkan pada sebuah hadis yang berbunyi: “Sesungguhnya ikhtilaf umatku adalah rahmat”. Abdul Mukmin al-Anshari Ra berkata: “Aku bertanya kepada Imam Ja’far as-Shadiq As : Sebagian umat Islam ada yang meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw yang berbunyi : “Ikhtilaf umatku adalah rahmat”. Imam Shadiq menjawab: “Mereka berkata benar”. Lalu aku bertanya lagi: “Apabila ikhtilaf umat itu adalah rahmat, berarti kesepakatan mereka adalah azab dan bencana?” Beliau As bersabda: “Tidak, tidak seperti apa yang kamu pahami dan mereka simpulkan! Sesungguhnya Rasululah Saw telah menjelaskan firman Allah Swt yang berbunuyi: “Mengapa tidak ada sekelompok orang yang pergi hijrah untuk menuntut ilmu agama…..”.[5] Di sini Allah Swt memrintahkan agar sekelompok orang pergi mendatangi Rasulullah Saw untuk mempelajari ilmu agama. Kemudian setelah itu kembali ke kaum dan kampung halamannya untuk mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya. Ajaran Nabi Saw menghendaki dan menuntut adanya ikhtilaf (ragam dan perbedaan) umat dari berbagai negeri dan suku. Dan bukan ikhtilaf di dalam mazhab. Karena setiap ajaran agama itu satu, setiap ajaran agama itu satu”.[6]

Karena itu,  mazhab Syi’ah mengenal dan menetapkan imamah (kepemimpinan) Ali As dan Husein As melalui pernyataan Nabi Saw. Dan imamah para Imam lainnya dikenal dan ditetapkan melalui Imam sebelumnya. Hadis-hadis Nabi Saw juga telah menentukan dan menyebutkan nama-nama mereka satu persatu. Misalnya hadis yang dibawakan oleh Jabir bin Abdillah, ia berkata: “Ketika ayat yang berbunyi “Athi’ullaha wa athi’urrasula wa ulil amri minkum” turun[7], aku bertanya kepada Rasulullah Saw: “Kami telah mengenal Allah dan Rasul-Nya. Tetapi siapakah “Ulil amri” yang kami diwajibkan untuk mentaatinya?” Beliau Saw menjawab: “Mereka adalah khalifah dan para Imam setelahku nanti. Yang pertama adalah Ali As dan kemudian secara berurutan Hasan bin Ali As, Husein bin Ali As, Ali bin Husein As, Muhammad bin Ali As yang dikenal di dalam kkitab Taurat dengan nama al-Baqir dan kamu akan mengalami hidup bersamanya. Sampaikanlah salamku, ketika kelak kamu berjumpa dengannya,. Setelah itu secara berurutan: Jaa’far bin Muhammad As, Musa bin Ja’far As, Ali bin Musa As, Muhammad bin Ali As, Ali bin Muhammad As, Hasan bin Ali As, dan setelahnya adalah puteranya yang nama dan kun-yah-nya (julukan) sama dengan nama dan kun-yah-ku (julukan). Allah Swt akan memberikan kekuasaan kepadanya atas seluruh alam. Dia akan mengalami kegaiban yang panjang sehingga hanyalah orang-orang yang imannya kuat dan teruji dan akidahnya mendalam yang tetap beriman kepadanya”.[8]

Tetapi bagi kaum muslimin, tidak cukup hanya dengan menyebutkan nash-nash dan nama-nama mereka saja. Melainkan mereka perlu menetapkan ishmah (keterjagaan dari dosa dan kesalahan), kemudian ilmu pengetahuan, kegaiban dan menguji kemukjizatan para Imam maksum tersebut. Ketika mereka telah menemukan syarat-syarat imamah pada diri orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai imam, maka mereka harus mengikuti perintah dan menerima wilayah para Imam tersebut. Jika tidak bisa menetapkannya dengan jalan ini, maka mereka harus mencari jalan lain sehingga maksud ayat tersebut (ulil amri) dapat dipahami dan ditaati.[9]

Imam Al-Mahdi Ajf merupakan seorang ayah yang sangat menyayangi dan memperhatkan kaum musllimin yang mempunyai semangat kuat untuk memberikan makanan maknawi dan ‘llmi kepada mereka sehingga dari mulut ke mulut lainnya ilmu pengetahuan Ilahi, Qur’ani dan hadis-hadis nabawi dapat sampai ke generasi sekarang yang bermazhab Syi’ah Imamiyah. Dan berbagai pengetahuan tercatat dan terjaga di dalam referensi-referensi hadis dan tafsir. Sehingga pada waktunya nanti juru penyelamat muncul dari kegaibannya, Islam akan bangkit dari keterasingannya, ikhtilaf dan perbedaan umat akan sirna dan seluruh umat di dunia di bawah bendera yang satu, yaitu bendera Islam yang murni sesuai dengan yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

Tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah Saw dalam wasiat-wasiatnya sangat menegaskan dan menekankan umat Islam agar mengikuti wilayah Ali As dan berpegang teguh kepada Al-Qur’an al-Karim dan ‘ithrah (keluarga suci beliau) yang keduanya saling bersandingan. Hal itu -dari satu sisi- demi wahdah dan persatuan kaum muslimin. Dan dari sisi lainnya guna menjauhi penyelewengan dan penyimpangan dalam menafsirkan dan menjelaskan ajaran Islam sehingga mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan sejati baik di dunia maupun di akhirat. Ditetapkannya wilayah Ahlulbait As adalah untuk kebahagiaan sejati umat manusia yang mengikutinya. Karenanya, sekiranya seluruh alam berpaling dari Ahlulbait As, maka hal ini sedikitpun tidak mengurangi kedudukan dan kebesaran mereka di sisi Allah Swt.[10] Sebagaimana pula kekafiran dan kemusyrikan seluruh umat manusia kepada Allah Swt itu tidak akan membahayakan dan merugikan-Nya sedikitpun. Tetapi kaum kafirin dan musyrikin itulah yang akan mengalami siksa dan kerugian.[11] Ketaatan umat Islam kepada Ahlulbait As tidak akan menambahkan pahala mereka sebagaimana pengingkaran kaum muslimin kepada mereka juga tidak akan mengurangi pahala mereka. Karena mereka adalah hamba-hamba Allah Swt yang suci dan ikhlas yang senantiasa berjuang dengan tegar dalam memberikan hidayah kepada umat manusia dan menyelamatkan umat dari penyimpangan dan kesesatan. Seluruh tenaga dan kemampuan mereka dikerahkan hanya untuk menjaga akidah dan ajaran agama yang murni. Ganjaran dan pahala mereka tetap terpelihara di sisi Allah Swt. Allah Swt berfirman: “Inilah ganjaran buat kalian dan sesungguhnya usaha kalian itu diterima (oleh Allah Swt)”.[]

 

Daftar Pustka:

1.     Abdulhusein Khusrupanah, Kalâm Jadid, hal. 161 – 212.

2.     Ja'far Subhani, Ayineh Wahabiyat..

3.     Ja'far Subhani, Syi’ah Menjawab.

4.     Abdulkarim Syahrestani, Milal wa Nihal, jil. 1, hal. 27 – 188.

5.     Sultan Wa'zhin Syirazi, Syabhâye Pesyâwar.

6.     Luthfullah Shafi, Muntakhabul  Âtsâr.

7.     Syaikh Hurr Amili, Wasâ’il al-Syi’ah.

8.     Allamah Askari, Naqsye Aisyah dar Islâm.

9.     Al-Qur’an al-Karim wa Tafasir Syi’ah wa Sunni, di bawah ayat tersebut.

10.  Syaikh Abbas Qummi, Tatimmatul Muntahâ.

11.  Muhammad bin Muhammad Ridha Qummi Masyhadi, Kanz al-Daqâiq, jil. 3 hal.31, 36, 58. Juz 4 hal. 166 – 196.

12.  Muhammad Baqir Majlisi, Bihârul Anwâr.

13.  Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Âmuzesye 'Aqâid jil. 1 dan 3 pel. 38 – 40.



[1] . Al-Kâfi, jilid 1, Kitab Fadhlul Ilmi, h. 6 hal. 78.

[2] .Ibid, hal. 5 hal. 89.

[3] .Ibid, hal. 5 hal. 77.

[4] . Abdullah Jawadi Amuli, Tafsir Tasnim jilid 1 hal. 69 – 73, Wasâ’il al-Syiah, jilid 5 hal. 538.

[5] .Qs Al-Taubah: 122.

[6] .Wasâ’il al-Syiah, jil. 18, bab Shifatul Qadhi, bab 11, h. 10 hal. 101 – 102.

[7] .Qs. Al-Nisa: 59.

[8] .Muntakhâbul Âtsâr hal. 101, Ghâyatul Marâm jilid 10 hal. 267, Itsbâtul Hudât jilid 3 hal. 123, Yanâbi’ul Mawaddah, hal. 494.

[9] .  Indeks, Imamat dan Usia Belia, pertanyaan: 285.

[10] . Qs. Al-Saba’: 47, Al-Syura: 23 dan Hud: 51.

[11] .Qs. Ali Imran: 176 – 179 dan 144, Muhammad: 32 – 34, Al-Nisa: 131 – 133.

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

  • Apa hukum salat jenazah pada mazhab Ja’fari? Dan bagaimana cara pelaksanaannya?
    9455 Hukum dan Yurisprudensi 2012/10/23
    Jawaban yang diberikan oleh para juris (fakih) Syiah terhadap pertanyaan di atas adalah sebagai berikut: Wajib mendirikan salat atas jenazah Muslim atau anak yang dihukumi sebagai Muslim[1] dan telah genap berusia enam tahun.[2] Salat jenazah memiliki lima takbir dan di antara setiap ...
  • Apa hubungan yang terjalin antara akhlak dan tawakkal?
    21956 Akhlak Teoritis 2011/08/16
    Akhlak bermakna sebuah sifat dan karakter yang dimiliki secara inheren (malakah) dalam jiwa manusia. Malakah adalah sebuah sifat yang merasuk dan bersemayam pada ruh dan jiwa manusia sehingga pelbagai perbuatan yang dilakukan manusia, efek dan perbuatan tersebut dilakukan secara otomatis dan tanpa harus berpikir sesuai dengan sifat tersebut. ...
  • Tolong jelaskan nasib apa yang akan dialami manusia akibat tidak menghormati orang tua?
    21112 Akhlak Praktis 2013/05/25
    Salah satu kewajiban yang disebutkan dalam al-Quran – setelah perintah untuk menyembah Allah Swt – adalah berbuat baik kepada kedua orang tua.[1] Karena itu dalam al-Quran dan riwayat, banyak ditegaskan supaya manusia menunaikan hak-hak kedua orang tua dan berbuat baik kepada mereka.
  • Mengapa Islam menolak konsep dosa asal? Dalam beberapa riwayat dan penjelasan ulama telah disinggung tentang dosa Nabi Adam As?
    12799 Teologi Lama 2011/07/19
    Riwayat yang dijadikan sebagai bahan argumentasi Imam Khomeini tentang sebab kewajiban wudhu adalah perbuatan Nabi Adam yang dipandang sebab dan tidak ada penegasan bahwa perbuatan Nabi Adam ini dipandang sebagai dosa; karena Islam memandang perbuatan Nabi Adam sebagai tark aula (meninggalkan yang utama) yang apabila bersumber dari para wali ...
  • Apakah makna mengolok-olok itu yang sebenarnya? Apakah karikatur juga merupakan salah satu contoh mengolok-olok?
    24297 Hukum dan Yurisprudensi 2013/03/09
    Kebanyakan para ahli bahasa dan pakar tafsir al-Quran memandang tamaskhur dan istihzâ sebagai satu makna dan sinonim. Makna kata ini adalah yaitu seseorang menghina seseorang lainnya dan mendegradasi kedudukan serta posisinya. Atau memandang rendah dan menertawakan salah satu prinsip dan ajaran-ajaran kemanusiaan serta agama.Karena itu, makna tamaskhur ...
  • Apakah para Imam Maksum As juga pernah melakukan tark aula (meninggalkan yang utama)?
    7254 Teologi Lama 2012/09/20
    Doa-doa dan memohon ampunan (istighfar) para maksum tidak berasal dari dosa-dosa mereka; karena sesuai dengan keyakinan orang-orang Syiah mereka adalah orang-orang yang terjaga dan maksum dari dosa-dosa. Doa-doa ini pada kebanyakan hal tidak hanya memiliki sisi edukatif dan demonstrasif, melainkan juga memiliki sisi keunggulan secara ...
  • Apakah Imam Husain As memiliki putri bernama Ruqayyah atau Sukainah yang meninggal di Damaskus pada usia tiga atau empat tahun?
    10780 Sejarah Para Pembesar 2013/06/23
    Meski kebanyakan sejarawan dalam buku-bukunya tidak menyebutkan putri kecil Imam Husain yang bernama Ruqayyah, Fatimah Sughra atau dengan nama lainnya, namun pada sebagian literatur dijelaskan tentang biografi putri belia ini dan tragedi yang menimpanya di Suriah. Dalam literatur-literatur riwayat dan sejarah kita terdapat juga bukti-bukti yang menyokong ...
  • Apakah yang menjadi rintangan-rintangan tabligh para Nabi?
    10400 Mengenal Penghalang 2017/06/22
    Terdapat rintangan-rintangan dalam proses kemasyarakatan agama dan untuk mencapai tujuannya. Al-Quran telah menyebutkan rintangan-rintangan tersebut, diantaranya: 1. Kesombongan dan mengikuti hawa nafsu: «أَ فَکُلَّما جاءَکُمْ رَسُولٌ بِما لا تَهْوى‏ أَنْفُسُکُمُ اسْتَکْبَرْتُمْ فَفَریقاً کَذَّبْتُمْ وَ فَریقاً تَقْتُلُون» “Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak ...
  • Mengapa Allah Swt dalam al-Quran berfirman, “Inna ma’a al-usri yusra” tidak berfirman, “Inna ba’da al-‘usri yusra?”
    32179 Tafsir 2012/07/07
    Pada ayat tersebut terdapat satu jenis keterikatan dan jalinan hubungan antara menahan segala kesulitan dan memperoleh kemudahan; artinya bahwa manusia tidak akan dengan mudah memperoleh kemudahan secara kebetulan setelah melalui beberapa kesulitan. Karena itu untuk menyampaikan hubungan antara kesulitan (‘usr) dan kemudahan (yusr) kita memerlukan sebuah lafaz ...
  • Apakah memberi dakwaan kepada seseorang atas kemurtadannya diperlukan hukum dari hakim syar’i?
    7470 Hukum dan Yurisprudensi 2012/03/08
    Pertanyaan Anda telah kami kirimkan ke kantor-kantor para Marja’ Agung Taklid dan menerima jawaban-jawaban mereka sebagai berikut: Ayatullah Agung Khamenei (Mudda Zhilluhu al-‘Ali): Kemurtadan tidak memerlukan adanya hukum dari hakim syar’i. Apabila ia mengingkari seluruh prinsip-prinsip agama (ushuludin), mengingkari risalah atau mendustakan Nabi ...

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261983 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246735 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230433 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215393 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176663 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171858 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168412 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158703 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    141434 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134417 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...