Advanced Search
Hits
7257
Tanggal Dimuat: 2011/08/02
Ringkasan Pertanyaan
Apakah disebutkan dalam riwayat bahwa bulan Ramadhan biasanya terdiri dari tiga puluh hari? Apakah hal ini ada benarnya?
Pertanyaan
Salah seorang ulama menyinggung bahwa dalam beberapa riwayat disebutkan bulan Ramadhan biasanya terdiri dari tiga puluh hari dan bukan dua puluh sembilan hari. Apakah hal ini ada benarnya? Bagaimana kandungan riwayat tersebut? Dan disebutkan dalam kitab apa?
Jawaban Global

Setiap bulan Hijriah (Qamariah) terdiri dari dua belas bulan. Berbeda dengan bulan-bulan pertama tahun Syamsiah (Penanggalaan matahari), setiap hari-hari saban bulan selalu bersifat konstan dan jelas. Bulan-bulan tahun Hijriah, awal dan akhirnya dapat dipahami dengan melihat hilal (awal bulan). Dalam hal ini, tidak terdapat perbedaan antara bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya.  

Karena itu, dalam riwayat kita disebutkan, “shum liru’yah wafthir liru’yah” (Berpuasalah dengan melihat bulan dan berbukalah dengan melihat bulan). Artinya bahwa ukuran dan kriteria yang digunakan untuk menetapkan (istbat) awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat bulan. Demikian juga untuk menetapkan Idul Fitri adalah dengan melihat bulan Syawal sebagai akhir bulan Ramadhan bukan dengan sesuatu yang lain.

Adapun  hadis-hadis yang menyebutkan tentang tiga puluh hari bulan Ramadhan,  sebagian juris Syiah pada masa lampau juga memberikan fatwa tersebut namun karena adanya hadis-hadis dengan riwayat lainnya yang lebih memiliki nilai sanad dan standar yang lebih besar dan memandang bahwa bulan Ramadhan seperti bulan-bulan Qamariah lainnya sehingga dengan demikian terdapat kontradiksi antara riwayat tersebut dan riwayat-riwayat yang disebut belakangan. Karena itu, para juris tidak mengindahkan riwayat-riwayat tersebut karena tipologi khusus bulan Ramadhan.

Jawaban Detil

Disiplin ilmu Fikih juga sebagaimana displin ilmu lainnya yang untuk mengenal dan mengetahuinya dengan baik maka diperlukan spesialisasi yang setelah berupaya puluhan tahun dalam Fikih dan ilmu-ilmu pendahuluannya seperti sastra Arab, Rijal, Dirayah, Ushul Fikih dan lain sebagianya maka ia kemudian menjadi seorang ahli dalam bidangnya. Karena itu, kita tidak dapat bersandar pada setiap riwayat tanpa memperhatikan ayat-ayat dan riwayat-riwayat lainnya.

Dalam hal ini harus dikatakan bahwa setiap tahun Qamariah terdiri dari dua belas bulan.[i] Berbeda dengan bulan-bulan tahun Syamsiah yang bersifat konstan dan jelas. Bulan-bulan tahun Hijriah, awal dan akhirnya dapat dipahami dengan melihat hilal (awal bulan).[ii] Dalam hal ini, tidak terdapat perbedaan antara bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya.[iii]

Dengan demikian dalam riwayat disebutkan, Karena itu, dalam riwayat kita disebutkan, “shum liru’yah wafthir liru’yah” (Berpuasalah dengan melihat bulan dan berbukalah dengan melihat bulan).[iv] Artinya bahwa ukuran dan kriteria yang digunakan untuk menetapkan (istbat) awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat bulan. Demikian juga untuk menetapkan Idul Fitri adalah dengan melihat bulan Syawal sebagai akhir bulan Ramadhan bukan dengan sesuatu yang lain. Namun sehubungan dengan pertanyaan Anda, sebagai contoh kita akan mengutip dan menukil hadis yang menyatakan bahwa bulan Ramadhan terdiri dari tiga puluh hari kemudian setelah itu akan kita bahas dan urai:

Sebagian sahabat kami menukil dari Sahl bin Ziyad dari Muhammad bin Ismail dari sebagian sahabat dari Abi Abdillah As bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt menciptakan dunia dalam tempo enam hari dan kemudian menepikanya dari hari-hari dalam setahun. Dan hari-hari dalam setahun menjadi tiga ratus lima puluh empat. Sya’ban tidak akan berakhir dan Ramadhan tidak akan pernah berkurang.[v]  

Diriwayatkan dari Imam Shadiq As bahwa bulan Sya’ban tidak akan pernah sempurna dan bulan Ramadhan juga tidak akan pernah berkurang (cacat).

Hadis ini nampaknya merupakan hadis terpenting dalam masalah ini pada literatur-literatur derajat pertama kita, dan hanya dinukil dengan silsilah sanad sebagaimana yang disebutkan dia atas dalam kitab al-Kâfi. Dan kitab-kitab lainnya menukil dari kitab tersebut. Namun terdapat beberapa isykalan atas hadis ini yang mendorong kita untuk menolak dan tidak beramal berdasarkan hadis ini:

A.    Hadis ini dalam terminologi ilmu Rijal disebut merupakan sebuah hadis mursal yang tidak dapat dijadikan dasar untuk pengamalan; karena pada ujung hadis tidak dijelaskan nama atau nama-nama perawi dan mencukupkan diri dengan semata-mata menyebut “dari sebagian sahabat.” Dalam literatur yang lain juga perawi terkadang menukil riwayat dari Imam Shadiq tanpa perantara. Riwayat dan hadis semacam ini disebut sebagai marfu’ah dan suatu masa juga perawinya memberikan fatwa dan tidak bersandar pada seseorang.[vi]

B.    Orang-orang yang menukil riwayat ini adalah orang-orang lemah yang tidak dapat dijadikan dasar pengamalan; dalam silsilah sanadnya terdapat orang yang bernama Muhammad bin Sanan yang telah mendapat celaan sedemikan sehingga tidak ada orang yang meragukan kelemahannya. Karena itu, riwayat ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar pengamalan.[vii]

C.    Riwayat ini juga bertolak belakang dengan banyak hadis yang tidak bermasalah dari sisi sanadnya seperti sebagian riwayat yang terdapat di atas. Dan apabila terjadi kontradiksi maka khabar wahid yang lemah dan mursal ini akan dikesampingkan dan orang-orang beramal berdasarkan hadis-hadis lainnya. Allamah Hilli, sehubungan dengan hadis ini, berkata bahwa hadis ini merupakan hadis khabar wahid yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadis-hadis mutawatir.[viii]

 

Karena itu, terdapat hadis-hadis dalam masalah ini, meski sebagian juris terdahulu memberikan fatwa atasnya, namun nampaknya hadis-hadis tersebut, mengingat menuai banyak isykalan dan terdapat kontradiksi dengan beberapa riwayat lainnya maka ia tidak dapat dijakan sebagai pakem dalam beramal. Karena itu, pakem dan kriteria dalam hitungan bilangan hari-hari bulan Ramadhan, seperti bulan-bulan lainnya, adalah dengan melihat bulan untuk menetapkan awal bulan Ramadhan dan melihat bulan Syawal untuk menetapkan akhir bulan Ramadhan bukan dengan sesuatu yang lain. [IQuest]

 



[i]. Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan.” (Qs. Al-Taubah [9]:36)

 

[ii]. Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. (Qs. Al-Baqarah [2]:189)

 

[iii]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 55, hal. 356.

"وَ رُوِیَ عَنْ أَبِی عَبْدِ اللَّهِ الصَّادِقِ (ع) أَنَّهُ قَالَ یُصِیبُ شَهْرَ رَمَضَانَ مَا یُصِیبُ سَائِرَ الشُّهُورِ مِنَ الزِّیَادَةِ وَ النُّقْصَانِ".

 

[iv]. Syaikh Thusi, Tahdzib al-Ahkâm, jil. 4, hal. 159, Dar al-Kutub al-Islamiyah Teheran, 1365 S.  

[v]. Al-Kâfi, jil. 4, hal. 78, Bab Nadir, Hadis 2.

"عِدَّةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا عَنْ سَهْلِ بْنِ زِیَادٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِیلَ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِهِ عَنْ أَبِی عَبْدِ اللَّهِ (ع) قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَکَ وَ تَعَالَى خَلَقَ الدُّنْیَا فِی سِتَّةِ أَیَّامٍ ثُمَّ اخْتَزَلَهَا عَنْ أَیَّامِ السَّنَةِ وَ السَّنَةُ ثَلَاثُمِائَةٍ وَ أَرْبَعٌ وَ خَمْسُونَ یَوْماً شَعْبَانُ لَا یَتِمُ‏ أَبَداً رَمَضَانُ لَا یَنْقُصُ وَ اللَّهِ أَبَداً وَ لَا تَکُونُ فَرِیضَةٌ نَاقِصَةً‏."

 

[vi]. Hasan bin Yusuf bin Muthahhar Hilli, Mukhtalaf al-Syiah fî Ahkâm al-Syari’ah, jil. 3, hal. 501, Muasasasah Nasyr Islami, Jami’ah al-Mudarrisin, Cetakan Kedua, Qum, 1413 H.

 

[vii]. Muhammad bin Muhammad bin Nu’man Mufid, al-Radd ‘ala Ashâb al-‘Adad, Jawabat Ahli al-Maushil, hal. 20, al-Mu’tamar al-‘Âlami lî Alfiyah al-Syaikh al-Mufid, Seminar Internasional Syaikh Mufid, Qum, Cetakan Pertama, 1413 H.

 

[viii]. Mukhtalaf al-Syi’ah fî Ahkâm al-Syari’ah, jil. 3, hal. 501.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259830 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245598 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229504 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214290 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175599 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170980 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167398 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157458 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140310 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133538 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...