Please Wait
7118
Riwayat ini disebutkan dalam beberapa literatur hadis, akan tetapi tidak disebutkan bahwa Imam Ali As mengucapkan kata-kata seperti berikut bahwa: “Wahai Rasulullah! Apakah Anda ingin saya membacakan Taurat atau Injil kepada Anda?” Akan tetapi setelah mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw, Imam Ali As melantunkan dan membacakan beberapa ayat dari surat al Mukminun.
Dan pembacaan ayat-ayat surat al-Mukminun tidak bertentangan dengan risalah Rasulullah saw dan tiadanya informasi dan pengetahuan Rasulullah Saw – setelah risalah – atas isi dan kandungan al-Qur’an itu tidak akan memberikan hasil, karena al-Qur’an memiliki suatu hakikat yang pada tingkatan pertamanya di alam cahaya (nur) telah diturunkan kepada Rasulullah Saw.
Demikian pula pada sebagian riwayat-riwayat telah mengisyarahkan kepada sebuah tingkatan dari al-Qur’an, yaitu al haqâ’iq lil anbiyâ’ (hakikat-hakikat yang diperuntukkan para nabi) yang mana hal itu merupakan sebuah perkara yang tersembunyi di balik lafaz-lafaz lahiriah itu dan ia itu bukanlah sesuatu yang hanya ada pada paska kelahiran Islam, bahkan al-Qur’an merupakan hakikat dari ucapan seluruh nabi dan masing-masing dari para nabi itu memiliki hubungan dan kaitan dengan sebuah tingkatan khusus dari hakikat ini.
Untuk itulah Imam Ali As, setelah kelahirannya dan selagi berada di pangkuan Rasulullah Saw, melantunkan serta membacakan beberapa ayat al-Qur’an yang berisi tentang makna universal dari kebahagiaan bagi orang mukmin dan ini bukan merupakan sebuah perkara yang baru bagi Rasulullah Saw.
Sebagaimana Nabi Isa As, paska kelahirannya, mengatakan:” Isa berkata, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.”, sementara ketika itu tidak ada kitab di tangannya. Jadi sebelum ia menapakkan kaki di muka bumi ini, telah turun kepada cahaya beliau as sebuah kitab Ilahi di alam cahaya.
Sebelum menjawab pertanyaan ini, perlu diperhatikan beberapa poin berikut ini:
- Riwayat ini disebutkan di beberapa literatur-literatur hadis, akan tetapi tidak disebutkan bahwa Imam Ali ASs mengucapkan kata-kata seperti berikut bahwa: “Wahai Rasulullah! apakah Anda ingin saya membacakan Taurat atau Injil kepada Anda?”Akan tetapi setelah mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw, Imam Ali As melantunkan dan membacakan beberapa ayat dari surat al-Mukminun.[1]
- Pada studi dan kajian yang dilakukan atas sanad riwayat tersebut, terdapat beberapa perawi dalam silsislah sanad hadis itu yang tidak tsiqah dan atau terdapat perbedaan dalam masalah madh wa dzam (pujian dan celaan) atas mereka, akan tetapi teks dan kandungan riwayat tersebut bisa diterima dengan catatan berdasar pada asas-asas (mabâni) lain yang ada dan hal itu adalah sebagai berikut:
- Imam Maksum As, merupakan ekstensi dan bentuk manifestasi hakiki manusia sempurna (insan kamil), dan merupakan al-Qur’an yang berjalan, dan al-Qur’an yang ada dalam bentuk tulisan dan dicetak serta dibaca oleh kaum Muslimin, merupakan al-Qur’an yang diam.[2]
- Proses turunnya al-Qur’an –sebagai penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya – itu adalah bertahap yang mana tahapan pertamanya adalah diturunkan kepada cahaya-cahaya suci Rasulullah Saw dan para Imam Maksum As di alam nur. Sebagaimana yang diisyarahkan dalam al-Qur’an yang artinya: ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al-Qur'an dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”[3] Ayat ini menerangkan bahwa Rasulullah saw menerima al-Qur’an tanpa dimediasi oleh malaikat di alam cahaya, kemudian turun kepada cahaya-cahaya suci para Imam Maksum As.[4]
Demikian pula pada sebagian riwayat-riwayat telah mengisyarahkan kepada sebuah tingkatan dari al-Qur’an, yaitu al-haqâ’iq lil anbiyâ’ (hakikat-hakikat yang diperuntukkan para nabi) yang mana hal itu merupakan sebuah perkara yang tersembunyi di balik lafaz-lafaz lahiriah itu dan ia itu bukanlah sesuatu yang hanya ada pada paska kelahiran Islam, bahkan al-Qur’an merupakan hakikat dari ucapan seluruh nabi dan masing-masing dari para nabi itu memiliki hubungan dan kaitan dengan sebuah tingkatan khusus dari hakikat ini.[5] Kendati hakikat agung dan sempurnanya itu turun kepada qalb (hati) Rasulullah Saw.
Dengan memperhatikan poin-poin yang disebutkan di atas, maka:
- Riwayat ini tidak bertentangan dengan risalah Rasulullah Saw dan tiadanya informasi dan pengetahuan Rasulullah Saw pra risalah atas isi dan kandungan al-Qur’an, karena proses turunnya al-Qur’an itu bersifat bertahap dan tahap paling pertama adalah al-Qur’an turun kepada cahaya suci Nabi Saw dan Nabi Saw Sebagaimana Nabi Isa As, paska kelahirannya, mengatakan: ”Isa berkata, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.”[6] Sementara ketika itu tidak ada kitab di tangannya. Jadi sebelum ia menapakkan kaki di muka bumi ini, telah turun kepada cahaya Nabi Isa As sebuah kitab Ilahi di alam cahaya.
- Pada alam cahaya (nur), hakikat cahaya suci al-Qur’an juga turun kepada jiwa dan batin Imam Ali as. Untuk itulah Imam Ali as, paska kelahirannya dan sedang berada di pangkuan Rasulullah saw, melantunkan serta membacakan beberapa ayat al-Qur’an dan ini bukan merupakan sebuah perkara yang baru bagi Rasulullah saw, karena Rasulullah saw sama dengan ilmu terhadap al-Qur’an itu sendiri, dan ia mengetahui seluruh hakikat alam dan al-Qur’an.
Untuk telaah lebih jauh, kami persilahkan Anda untuk merujuk ke beberapa indeks berikut:
- Kelebihan-kelebihan Rasulullah Saw dibanding para Imam Maksum As, Pertanyaan 1384 (Site: 4213)
- Kedudukan para Imam Syi’ah dalam hubungannya dengan para nabi, Pertanyaan 7759 (Site: id7925)
- Masalah Imam Ali As adalah wajhullah (wajah Tuhan), Pertanyaan 8680 (Site: 9850)
[1]. Syaikh Thusi, Âmali, hal. 708, Intisyarat-e Dar al-Tsaqafah, Qum, 1414 H; Muhammad Baqir Majlisi,, Bihâr al-Anwâr, jil. 35, hal 18, Muassasah al-Wafa’, Beirut, 1404 H.
[2]. Silahkah lihat, beberapa indeks terkait, Keunggulan Para Imam Maksum dibanding dengan al Qur’an, pertanyaan 10232 (site: 10152); Kelebihan Rasulullah Saw atas al-Qur’an, Pertanyaan 3899 (Site: 4177).
[3]. (Qs. Al-Naml [27]: 6)
[4]. Silahkan lihat, Sayid Abdul Hasan Thayyib,, Athyâb al-Bayân fi Tafsir al-Qur’ân, jil. 9, hal. 107 & 354 dan jil. 10, hal 285 & 286, Intisyarat-e Islam, Teheran, Cetakan Kedua, 1378 S.
[5]. Silahkan lihat, beberapa indeks: Tingkatan-tingkatan dan hakikat al Qur’an, pertanyaan 10688 (site: 12360); Tingkatan-tingkatan turunnya al Qur’an dan kedudukan lafaz pada wahyu Ilahi, pertanyaan 3234 (site: 4076); Turunnya al Qur’an, pertanyaan 5542 (site: id5822).
[6]. (Qs. Maryam [19]: 30)