Advanced Search
Hits
13340
Tanggal Dimuat: 2011/09/21
Ringkasan Pertanyaan
Apakah Abdullah bin Mas’ud merupakan salah seorang pecinta Ahlulbait As? Apakah ia menerima imamah Sayidina Ali As?
Pertanyaan
Apabila memungkinkan Anda jelaskan tentang Abdullah bin Mas’ud? Apakah ia merupakan salah seorang pecinta Ahlulbait As? Apakah ia menerima imamah Sayidina Ali As?
Jawaban Global

Abdullah bin Mas’ud merupakan salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang turut serta dalam banyak peperangan pada masa-masa awal kedatangan Islam. Abdullah bin Mas’ud merupakan sahabat terdekat Rasulullah Saw.

Di samping itu, Abdullah bin Mas’ud adalah pembaca al-Qur’an dan memiliki mushaf sendiri. Rasulullah Saw dan Sayidina Ali menyebut namanya dengan baik; hal ini membuktikan dengan mudah bahwa ia merupakan salah satu pecinta Ahlulbait As. Namun terdapat perbedaan pendapat di antara ulama ilmu Rijal terkait dengan bahwa apakah ia menerima imâmah dan khilâfah belâ fashl (segera setelah Rasulullah) Baginda Ali As.

Akan tetapi dengan memperhatikan pujian dan penghormatan Sayid Murtadha kepadanya dan hubungan dekatnya dengan Rasulullah Saw serta beberapa indikasi lainnya maka boleh jadi dapat dikatakan bahwa ia juga meyakini imâmah Sayidina Ali bin Abi Thalib As.

Jawaban Detil

Abdullah bin Mas’ud merupakan salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang terkenal dengan nama Ibnu Mas’ud atau Ibnu Ummu Abd. Ibnu Mas’ud memeluk Islam pada masa-masa awal dakwah Rasulullah Saw. Ia adalah orang pertama yang membaca al-Qur’an dengan suara lantang di Mekkah pada tengah para pembesar Quraisy.

Ibnu Mas’ud termasuk salah seorang muhajir ke Habasya dan turut serta dalam beberapa peperangan pada masa-masa awal kedatangan Islam seperti Uhud, Badar, Khandaq dan lain sebagainya.

Ia menghabiskan banyak waktunya bersama Rasulullah Saw dan banyak melakukan pekerjaan pendahuluan bagi Rasulullah Saw. Ia memberikan tongkat Rasulullah Saw dan menyiapkan sandal Rasulullah sedemikian sehingga ia dapat dengan mudah lalu-lalang ke rumah Rasulullah Saw.

Suatu hari, ia naik ke suatu pohon, di hadapan Rasulullah Saw dan sebagian sahabat.  Sebagian dari mereka tertawa atas kekurusan badannya. Rasulullah Saw bersabda, “Langkah-langkah ini adalah seperti gunung Uhud dalam timbangan amal.” Di suatu tempat terpisah, Rasulullah Saw bersabda kepada Sayidina Ali As: “Sekiranya ada seseorang yang ingin Aku jadikan sebagai pemimpin (Amir) tanpa musyawarah maka orang itu adalah Ibnu Mas’ud.”

Demikian juga Imam Ali As tatkala bercerita ihwal Ibnu Mas’ud maka beliau bercerita tentang kebesarannya. Ketika Imam Ali As datang ke Kufah, Imam Ali bertanya kepada masyarakat ihwal Ibnu Mas’ud. Masyarakat Kufah menjawab bahwa ia adalah orang yang sangat baik akhlaknya. Kami tidak melihat ada orang yang melebihi Ibnu Mas’ud dalam mengajar.” Kemudian Imam Ali bersabda, “Ia adalah orang yang membaca al-Qur’an dengan baik. Menjaga dan memenuhi halal dan haram al-Qur’an. Ia adalah seorang fakih dan alim terhadap sunnah Rasulullah Saw.”

Abdullah bin Mas’ud menjabat sebagai Gubernur Kufah pada masa pemerintahan Umar bin Khattab. Sekaitan dengan Usman, Ibnu Mas’ud tidak memiliki hubungan baik dengannya. Pada tahun 32 Hijriah, pada usia enam puluh sekian, Ibnu Mas’ud meninggal dunia dan dikebumikan di Baqi.[1] Demikianlah biografi ringkas tentang hidup Ibnu Mas’ud.

Terdapat perbedaan pendapat sehubungan dengan masalah apakah ia menerima Ahlulbait As dan merupakan seorang Syiah atau tidak? Ulama besar seperti Sayid Murtadha dalam kitab al-Syâfi fi al-Imâmah menyebut Ibnu Mas’ud dengan segala kebesarannya. Sayid Murtadha sangat memujinya dan berkata, “Tiada keraguan bahwa Ibnu Mas’ud merupakan salah seorang pembesar dari kalangan sahabat. Ia adalah orang yang senantiasa bersuci, memiliki keutamaan dan beriman. Ia memuji dan menyanjung Rasulullah Saw. Rasulullah Saw juga memuji dan meyanjungnya.[2]

Muhaqqiq ternama Allamah Mamaqani dalam Tanqih al-Maqâl menyebut Ibnu Mas’ud dengan baik dan berkata, “Terdapat beberapa hal yang menunjukkan bahwa Ibnu Mas’ud adalah salah seorang pecinta Ahlulbait As dan tidak menerima khilâfah orang lain. Beberapa hal penting tentang kecintaan Ibnu Mas’ud adalah sebagai berikut:

A.    Ibnu Mas’ud adalah salah seorang dari duabelas orang yang menentang khilafah Abu Bakar. Ia menandaskan bahwa Ahlulbait Rasulullah Saw lebih utama dalam urusan khilafah. Mereka lebih utama daripada khalifah Abu Bakar.  Di antara Ahlulbait itu adalah Ali bin Abi Thalib dan apa pun yang telah ditetapkan Tuhan baginya harus engkau serahkan kepadanya.

B.    Ibnu Mas’ud adalah salah seorang yang hadir dalam acara pemakaman jenazah Hadhrat Zahra meski hal ini merupakan salah satu rahasia Syiah. Ibnu Mas’ud juga termasuk salah seorang yang menyalati jenazah putri Rasulullah Saw. Hal ini dapat menjadi dalil atas kesyiahan Ibnu Mas’ud dan kepeduliannya terhadap Ahlulbait Rasulullah Saw.

C.    Ibnu Mas’ud adalah salah seorang yang meyalati jenazah Abu Dzar Ghiffari. Ia memandikan dan mengafaninya sementara Rasulullah Saw bersabda kepada Abu Dzar bahwa kelak akan ada orang beriman memandikan, mengafani dan menguburkanmu.

D.    Ibnu Mas’ud sendiri adalah salah satu orang yang menukil riwayat dari Rasulullah Saw bahwa khalifah Rasulullah Saw itu berjumlah dua belas orang yaitu Baginda Ali As dan anak-anaknya. Tentu kita tidak dapat menerima orang itu sendiri yang menukil sesuatu namun tidak menerima dan meyakininya.[3]

 

Namun dari sisi lain, sebagian ulama Rijal menyebutkan bahwa ia adalah salah seorang pengikut Ahlusunnah dan menukil bukti-bukti yang menyatakan penentangan Ibnu Mas’ud terhadap Imam Ali As. Di antaranya adalah fatwa-fatwa dalam masalah warisan, Ibnu Mas’ud menentang Imam Ali As. Di samping itu, Ibnu Mas’ud memiliki bacaan berbeda dengan bacaan para Imam Maksum As. Artinya para Imam Maksum tidak memandang bacaan Ibnu Mas’ud sebagai bacaan yang benar. Misalnya diriwayatkan dari Imam Baqir As bersabda bahwa Ibnu Mas’ud telah menghapus dua surat mu’adzatain (yang dimulai dengan audzubillah) dari al-Qur’an padahal ayahku bersabda Ibnu Mas’ud melakukan hal ini mengikut pendapatnya.[4]

Allamah Tustari dalam kitabnya Qâmus al-Rijâl memberi catatan atas dalil-dalil yang menyebutkan kesyiahan Ibnu Mas’ud. Ia berkata, “Riwayat yang menyebutkan dua belas orang yang mengingkari khilafah Abu Bakar As disebutkan pada literatur lainnya seperti Ihtijâj Thabarsi dan Ibnu Mas’ud tidak termasuk salah satu dari dua belas orang itu. Dan dari sisi lain, kita memiliki beberapa riwayat yang menyebutkan penentangan Ibnu Mas’ud terhadap Imam Ali As. Dan dinukil sebuah riwayat dengan kandungan bahwa Ibnu Mas’ud berkata, “Aku tidak meminta izin dari imamku dalam setiap pekerjaan yang aku lakukan sebagaimana yang dilakukan Salman dan Amar. Karena itu aku taubat atas perbuatan itu.” Riwayat ini merupakan khabar wahid dan tidak dapat dijadikan sandaran.[5]

Ayatullah Khui dalam kitab Mu’jam al-Rijâl tidak memandang Ibnu Mas’ud sebagai pecinta Ahlulbait As. Ayatullah Khui berkata, “(Meski) Ia tidak patuh terhadap Imam Ali namun karena (namanya) disebutkan dalam kitab Kâmil al-Ziyârah maka hukum witsaqat (dapat dipercaya) diberikan kepadanya.”[6]

Kesimpulannya bahwa dengan memperhatikan pelbagai keutamaan yang terdapat pada diri Ibnu Mas’ud dan hubungan dekatnya dengan Rasulullah Saw dapat dijadikan sebagai sandaran bahwa ia merupakan salah seorang pecinta Ahlulbait As. Namun terkait dengan masalah bahwa apakah ia juga meyakini imâmah dan khilâfah belâfashl (segera setelah Rasulullah Saw) Imam Ali As, meski merupakan masalah ikhtilâf (ulama berbeda pendapat dalam masalah ini) namun dengan memperhatikan pujian dan sanjungan Sayid Murtadha kepadanya, hubungan dekat dengan Rasulullah Saw dan beberapa indikasi lainnya, boleh jadi dapat kita katakan bahwa Ibnu Mas’ud juga adalah orang yang yakin terhadap imâmah Baginda Ali As. [IQuest]



[1]. Ibnu Sa’ad, al-Thabaqât al-Kubrâ, jil. 3, hal. 112-119, Beirut, Cetakan Pertama, 1410, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah.  

[2]. Sayid Murtadha, al-Syâfi fi al-Imâmah, jil. 4, hal. 283, sesuai nukilan dari Qamus al-Rijal Sustari, jil. 6, hal. 600, Cetakan Jamiah Mudarrisin.

[3]. Mamaqati, Tanqih al-Maqâl fi ‘Ilm al-Rijâl, jil. 2, hal. 216, Intisyarat-e Jahan, 1352 H, Teheran.  

[4]. Ali bin Ibrahim Qummi, Tafsir Qummi, jil. 2, hal. 450.  

[5]. Muhammad Taqi Tustari, Qâmus al-Rijâl, jil. 6, hal. 600 – 608, Cetakan Jamiah Mudarrisin, Qum, Muharram 1415 H.  

[6]. Abu al-Qasim Khui, Mu’jam Rijâl al-Hadits, jil. 10, hal. 322, Cetakan Pertama, 1398, Intisyarat Madinat al-‘Ilm, Qum.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261167 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246285 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230071 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214943 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176264 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171577 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168066 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158102 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140903 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134012 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...