Advanced Search
Hits
12040
Tanggal Dimuat: 2009/06/22
Ringkasan Pertanyaan
Apakah manusia dapat berharap supaya terbebas dari azab kiamat?
Pertanyaan
Apakah manusia dapat berharap supaya terbebas dari azab kubur dan kiamat?
Jawaban Global

Apa yang dapat disimpulkan dari ajaran-ajaran agama adalah bahwa berharap kepada rahmat Ilahi dan takut (khauf) kepada azab kiamat merupakan dua tipologi penting dan keduanya saling melengkapi satu sama lain. Dua hal ini harus terdapat secara seimbang dalam diri seorang hamba beriman; artinya manusia beriman harus menunaikan seluruh kewajibannya dan meninggalkan seluruh yang diharamkan Allah Swt serta berharap kepada Allah Swt supaya memperoleh kesudahan dan akhir yang baik baginya.

Demikian juga ia seukuran yang sama harus takut kepada azab Ilahi; karena tiadanya rasa takut terharap azab Ilahi akan menyebabkan manusia berbuat lancang melakukan perbuatan maksiat. Takut berlebihan juga akan menyebabkan hilangnya harapan pada diri manusia terhadap rahmat Ilahi yang Mahaluas.

Sejatinya ayat-ayat dan riwayat-riwayat, harapan (raja) terhadap rahmat Ilahi diletakkan berdampingan dengan rasa takut (khauf) terhadap azab Ilahi. Dua perkara eksistensial ini diperkenalkan sebagai dua cahaya yang tersimpan dalam diri manusia dan dua sayap bagi manusia untuk terbang melesak tinggi menuju kesempurnaan; karena takut terhadap akhirat dan harapan terhadap rahmat Ilahi akan menggiring manusia menaati dan beribadah kepada Allah Swt dan sebagai hasilnya akan berbuah keselamatan baginya.

Jawaban Detil

Para guru akhlak dan irfan seperti Imam Khomeini memandang khauf dan raja sebagai dua hal yang senantiasa saling melengkapi. Imam Khomeini menyatakan bahwa harapan memberikan kebaikan kepada manusia seluruh media yang dimiliki manusia yang digunakan untuk sampai pada kebahagiaan dan setelah itu berharap supaya Allah Swt menyediakan segala sesuatu yang tadinya tidak berada dalam kekuasaannya dan menyingkirkan segala halangan sehingga mencapai kebahagiaan ukhrawi; artinya apabila seseorang membersihkan dirinya dari segala duri-duri akhlak dan onak-onak maksiat serta menumbuhkan benih-benih kebaikan, ketaatan dan penghambaan di dalamnya kemudian menyirami dengan air suci keikhlasan kemudian setelah itu semua menambatkan hati berharap kepada rahmat dan kemurahan Tuhan supaya kesudahannya berakhir dengan baik dan bahagia maka asa dan harapan (raja) orang seperti ini adalah tergolong sebagai perbuatan baik.[1] Sebagaimana al-Quran menyinggung masalah ini, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka dapat mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Baqarah [2]:218)

Allah Swt pada ayat ini menempatkan harapan terhadap rahmat-Nya setelah iman dan berjihad di jalan Allah Swt dan urutan ini, yaitu manusia beriman harus mengerjakan segala yang menjadi kewajibannya dan meninggalkan segala yang diharamkan serta mengerahkan segala usaha dan upayanya kemudian ia berharap kepada rahmat Ilahi yang Mahaluas.

Khauf yang baik adalah bahwa manusia harus tahu di hadapan Ilahi adalah fakir murni dan tidak memiliki apa pun. Seluruh makhluk, entitas dan kontingen berhajat dan fakir kepada-Nya yang merupakan Zat Mahapemberi emanasi secara mutlak. Karena itu manusia apa pun yang diinginkannya harus menginginkan kepada seseorang yang memiliki kekuasaan mutlak dan segala akhir berujung kepada-Nya dan Dia adalah sumber segala kebaikan.[2]

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan dalam al-Quran, “.....Katakanlah, “Semuanya (berasal) dari sisi Allah.......” (Qs. Al-Nisa [4]:78)

Khauf (takut) dan raja (harap) harus terdapat pada diri seorang hamba beriman secara seimbang; artinya manusia harus sedemikian takut kepada Allah Swt, azab kubur dan kiamat namun jangan sampai takut ini menyebabkan manusia putus asa dari rahmat Ilahi. Demikian juga sedemikian manusia harus berharap kepada rahmat Allah Swt namun jangan sampai membuat manusia lancang untuk berbuat kesalahan di hadapan Allah Swt. Beberapa riwayat berikut ini juga menyokong kondisi seperti ini:

  1. Imam Shadiq As bersabda, “Sedemikian engkau harus takut kepada Allah Swt sehingga meski apabila engkau membawa kebaikan jin dan manusia maka engkau (akan tetap) diazab. Dan sedemikian engkau harus berharap kepada-Nya sehingga Dia mengasihimu meski apabila engkau membawa dosa seluruh jin dan manusia.”[3]
  2. Imam Ali As bersabda, “Sebaik-baik amalan adalah keseimbangan antara takut dan harapan. Artinya antara takutnya (khauf) kepada hukuman Allah Swt dan harapan terhadap rahmat Allah Swt akan melahirkan sikap proporsional. Takut kepada Allah Swt seukuran tertentu dan harapan kepada rahmat dan ampunan seukuran tertentu; tidak terlalu berlebihan putus asa dari rahmat juga tidak terlalu berharap yang melahirkan banyak kesombongan dan kelalaian.”[4]
  3. Imam Shadiq As bersabda, “Takut (kepada hukuman Allah) adalah pengawas dan penjaga hati (sehingga tidak terjerembab pada kelalaian dan dosa). Harapan (terhadap rahmat Ilahi) adalah media dan wahana bagi manusia (sehingga tidak putus asa dan tidak lari dari Allah Swt). Barang siapa yang mengenal Allah Swt, ia takut kepada-Nya juga berharap kepada-Nya. Dan dua kondisi ini (khauf dan raja) merupakan dua sayap iman yang menerbangkan hamba ke hadapan ridwan Ilahi; dan merupakan dua mata akal yang  membuatnya menyusun janji dan ancaman. Takut adalah tanda nyata keadilan Tuhan dan penahan dari hukuman-Nya. Harapan adalah seruan terhadap keutamaan dan rahmat Ilahi. Raja (harapan terhadap rahmat Ilahi  yang tidak terbatas) akan menghidupkan hati. Khauf (takut kepada hukuman-Nya) akan mematikan nafsu (dan pelbagai kecendrungan nafsu).[5]

Di antara beberapa poin yang disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan untuk dapat terbebas dari azab kiamat  dengan menjalankan pelbagai kewajiban dan meninggalkan segala yang haram merupakan salah satu dua sayap iman untuk melesak terbang kehadapan Kesempurnaan Mutlak dan tipologi ini (harapan terhadap rahmat Ilahi) di samping takut terhadap azab Ilahi harus ada dalam diri manusia; artinya manusia harus sedemikian berharap pada rahmat Ilahi sehingga harapannya ini tidak berujung pada kemaksiatan terhadap Allah Swt dan cahaya takut juga harus ada dalam diri manusia sehingga tidak menyebabkan manusia putus asa dari rahmat Ilahi. [iQuest]

 


[1]. Imam Khomeini, Cihil Hadits, hal. 229, Cetakan Keenam Belas, Muassasah Tanzhim wa Nasyr Atsar Imam Khomeini, Teheran, 1376 S.

[2]. Imam Khomeini, Cihil Hadits, hal. 222.

[3]. Kulaini, Ushul Kafi, Terjemahan Mustafawi, jil. 3, hal. 109, Cetakan Pertama, Kitabpurusyi Ilmiyah Islamiyah, Teheran.

[4]. Ghurar al-Hikam, Terjemahan Anshari Qummi, jil. 1, hal. 395, Cetakan Kedelapan, Teheran.

[5]. Mishbâh al-Syariah, Terjemahan Mustafawi, hal. 398, Cetakan Pertama, Anjuman Islami Hikmat wa Falsafe-ye Iran, Teheran, 1360 S.

 

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...