Please Wait
15155
Terkadang sebagian dari kejadian-kejadian dan pelbagai peristiwa mendatang yang dapat mengalami perubahan akan hadir atau tersingkap bagi seseorang dalam suatu kondisi-kondisi seperti mimpi dan selainnya yang perkara ini tidak lain merupakan sebuah kehendak Ilahi dan terdapat suatu hikmah di balik itu.
Akan tetapi, jika seseorang yang semestinya beramal sesuai dengan tanggung jawabnya dan berupaya mengenal hakikat dirinya sendiri namun dikarenakan rasa penasarannya akan masa depannya dan khususnya usahanya ini semata-mata muncul dari rasa takut dan harapan terhadap keadaan-keadaan masa depan materi dan duniawinya, maka sesungguhnya ia telah menipu dirinya sendiri dan pengetahuan-pengetahuan tentang hal-hal yang tersingkap itu sama sekali tidak akan bermanfaat bagianya.
Karena dari satu sisi dengan memandang masalah takdir, maka hal itu akan semakin mengarah kepada kecenderungan terjebak dalam gubangan Determinisme (keterpaksaan lawan dari ikhtiar) dan semakin mempersempit wilayah kehendaknya (irâdah), dan dari sisi yang lain, sikap seperti ini dengan sendirinya bertentangan dengan semangat penyerahan diri (taslim) serta bertolak belakang dengan kesempurnaan spiritual manusia.
Secara umum qadha dan qadar Ilahi yang walaupun bersumber dari Tuhan, namun tidak lepas dari pengaruh ikhtiar dan perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan oleh manusia itu sendiri serta merupakan sebuah “ruang” dan “koridor” yang mempersiapkan kesempatan dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan bagi manusia sedemikian sehingga dengan mengenal hakikat dirinya ia akan berupaya meniti jalan ke puncak kesempurnaannya.
Kasih sayang, cinta, keberkahan, dan kenikmatan yang hadir dalam berbagai aspek kehidupan setiap orang sesungguhnya merupakan rahmat Tuhan yang telah diprogram bertujuan mensucikan, membentuk, dan mendidik manusia untuk mencapai puncak kebahagiaannya. Dari satu sisi, kesemuanya itu juga merupakan cerminan dan refleksi dari perbuatan-perbuatan baik dan buruk yag dilakukan oleh manusia supaya menjadi bahan tafakkur, ibrah, dan pelajaran yang mesti dihadapi dan diambil oleh setiap orang.
Masa depan manusia merupakan hasil dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatannya pada masa lampau dan masa kini, walaupun perkara ini juga tidak lepas dari ribuan sebab-sebab yang begitu rumit dan tidak mudah untuk diperhitungkan termasuk beragam tingkatan amal-amal, pikiran-pikiran, dan keinginan-keinginan. Dan dari sisi yang lain, setiap pikiran dan perbuatan bisa mengubah “program yang telah ditentukan” ini.
“Lembaran terjaga” (lauh mahfuzh) dan “lembaran penghapusan dan penetapan” (lauh mahwu dan itsbat) yang ditegaskan oleh ajaran agama adalah berhubungan dengan suatu realitas ini bahwa setiap manusia dalam setiap detiknya bisa mengubah takdir barunya untuk dirinya sendiri. Rahmat, rahim, taufik, dan kasih sayang Tuhan tidak lain adalah memberikan ruang dan membuka jalan bagi pencapaian manusia ke jenjang dan tujuan tertinggi.
Dalam hal ini sebagian manusia berupaya mendapatkan informasi tentang masa depan dan keuntungan apa yang diperoleh bagi seseorang dengan mengetahui takdirnya. Ujian yang sebenarnya akan terjadi ketika manusia secara alami mengetahui hasil-hasil dari apa yang dikerjakannya bukan melalui cara ramalan dan lain sebagainya.
Dari sisi lain kita mengetahui bahwa pengetahuan tentang takdir yang pasti merupakan bagian dari ilmu Ilahi. Tidak sembarang dan setiap orang dapat memahami takdir ini. Namun sebagian kejadian dan konsekuensi masa depan yang sebenarnya merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan kondisi-kondisi yang ada akan nampak dan hadir bagi seseorang itu dalam bentuk mimpi dan yang selainnya, tapi ini juga karena kehendak dan izin Ilahi yang pasti ada hikmah dibaliknya.
Jika seseorang yang semestinya beramal sesuai dengan apa yg diwajibkan atasnya dan berupaya memahami secara mendalam hakikat dirinya sendiri serta mengharmonisasikan dirinya dengan takdir tertinggi yang telah ditentukan oleh Tuhan bagi semua manusia, namun ia malah mengikuti rasa penasarannya untuk berusaha mengetahui perkara-perkara tantang takdirnya, khususnya jika upayanya itu didasarkan pada harapan dan rasa takut tentang keadaan-keadaan masa depan materi dan duniawinya, maka orang seperti ini sesungguhnya telah menipu dirinya sendiri dan apa-apa yang ia ketahui tentang takdirnya sedikitpun tidak akan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri.
Dalam perkara khusus, seseorang bisa mengetahui sebagian takdir-takdir kehidupannya melalui ilham dan pengetahuan para wali Tuhan yang sesungguhnya bertujuan memberikan hidayah dan membangun kehidupannnya secara positif. Hal ini sebenarnya sama seperti mengungkapkan suatu kenyataan dan fakta yang teramalkan bahwa seseorang dengan ikhtiarnya sendiri dan pengesahan Ilahi niscaya melakukan hal yg diketahuinya itu, dan demikian, ia berupaya meraih apa yang telah diketahuinya itu dengan iradahnya sendiri dan keyakinan yang kuat. Jika perkara yang ada ini (perkara yg diketahui oleh seseorang melalui ilham dan semacamnya) berada di jalan Tuhan, maka akan sangat membantu manusia untuk membangun dirinya secara positif. Namun, ketika seseorang tidak menyesuaikan dirinya di jalan Ilahi dan semata-mata terpengaruh oleh keinginan-keinginan internalnya sendiri serta hanya ingin mengetahui kejadian-kejadian apa yang akan datang, maka niscaya ia akan mengalami kebingungan dan kesulitan dalam beramal, dan yang akan ia peroleh dari upayanya untuk mengetahui tentang masa depan hanya suatu kebohongan dan ramalan semata.
Di samping itu, ikhtiar, kehendak (irâdah), dan usahanya akan melemah (yang berujung pada terjebaknya dalam paham keterpaksaan), dan pada akhirnya dikarenakan dirinya sudah tidak berkehendak lagi maka akan terjebak dalam arus gelombang yang akan membawanya ke manapun mengalir.
Seorang yang beriman kepada Tuhan, yang telah menyerahkan kehendaknya sepenuhnya kepada Tuhan dan segenap upayanya diarahkan di jalan ketaatan kepada Tuhan, satu-satunya informasi dan pengetahuan penting yang ingin diketahuinya adalah keridhahan dan ketidakridhaan Tuhannya yang juga bergantung kepada hubungannya dengan Tuhan, maqam kedekatannya, kesabaran, keridhaan, dan penyerahan dirinya kepada Tuhan.
Namun kecenderungan untuk memperoleh informasi tentang takdir melalui jalan-jalan yang beragam (seperti ramalan, perdukunan, dan yang sejenisnya), umumnya akan dialami oleh orang-orang yang lebih menekankan perkara-perkara duniawi dalam kehidupannya. Sementara bagi hamba-hamba hakiki Tuhan, berhasil tidaknya meraih perkara-perkara duniawi adalah hal yang tidak penting. Kesesatan lain yang umumnya akan dialami oleh orang-orang seperti ini adalah melemahnya iradah dan ikhtiar yang berakibat pada keterjebakannya dalam permainan para pembohong-pembohong yang mendapatkan keuntungan duniawi dari adanya kecenderungan-kecenderungan itu. [iQuest]
Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang Qadha, Qadar, dan Takdir kami persilahkan Anda untuk melihat, Pertanyaan 1903 pada site ini.