Advanced Search
Hits
11331
Tanggal Dimuat: 2010/12/22
Ringkasan Pertanyaan
Tolong Anda jelaskan tentang sanad dan teks ziarah Asyura?
Pertanyaan
Tolong Anda jelaskan tentang sanad dan teks ziarah Asyura?
Jawaban Global

Sumber asli ziarah Asyura adalah berasal dari dua kitab standar yaitu Kâmil al-Ziyârat karangan Ja’far bin Muhammad bin Qulawaih Qummi (W 348 H) dan Misbâh al-Mutahajjid Syaikh Thusi (385-460 H). Menurut sebagian sandaran sanad Ibnu Qulawaih Qummi adalah lebih muktabar. Adapun terkait dengan sanad-sanad yang disebutkan dalam kitab Misbâh al-Mutahajjid harus dikatakan bahwa: Kitab ini secara keseluruhan menyebutkan dua sanad (mata rantai periwayatan) untuk ziarah Asyura dan untuk mengkaji secara keseluruhan tentang riwayat ini maka hal itu tidak keluar dari tiga kondisi. Pertama, apakah para periwayatnya adalah orang-orang tsiqah (dapat diandalkan dan dipercaya); atau kedua pada satu tingkatan di samping seorang perawi yang belum lagi ditegaskan witsâqah-nya (kehandalannya), terdapat seorang perawi yang telah di-tautsiq (telah mendapat pengakuan dapat diandalkan dan dipercaya), atau ketiga terdapat indikasi-indikasi atas witsâqah perawi. Karena itu, secara umum dapat dikatakan bahwa sanad riwayat ziarah Asyura adalah sahih dan tidak ada problem di dalamnya. Terkait dengan teks riwayat juga lantaran mengandung laknat kepada seluruh Bani Umayyah dan seterusnya telah dijawab secara rinci pada site ini. Untuk penjelasan lebih jauh, menganai sanad (mata rantai periwayatan) dan teks ziarah Asyura, kami persilahkan Anda untuk menelaah dan menyimaknya pada jawaban detil.

Jawaban Detil

Ziarah Asyura adalah ziarah yang bersumber dari riwayat Imam Baqir As dan Imam Shadiq As. Atas dasar itu, standar sanadnya harus dapat diterima. Di samping itu, kandungannya juga tidak boleh berlawanan dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan riwayat-riwayat lainnya. Apabila bertentangan dengan ajaran al-Qur’an atau berseberangan dengan riwayat lainnya maka ia tidak dapat dipandang sebagai hadis-hadis standar (muktabar).

Laporan berikut ini akan menyinggung kedua persoalan tersebut:

Pertama, sanad ziarah Asyura:

Sumber asli ziarah Asyura adalah berasal dari dua kitab standar yaitu Kâmil al-Ziyâratkarangan Ja’far bin Muhammad bin Qulawaih Qummi (W 348 H) dan Mishbâh al-Mutahajjid Syaikh Thusi (385-460 H). Oleh itu, pertama-tama kita akan mengkaji riwayat yang dinukil dalam kitab Kâmil al-Ziyârat dan kemudian Mishbâh al-Mutahajjid:

1.     Kitab Kâmil al-Ziyârat Ibnu Qulawaih

Ibnu Qulawaih menulis tentang pahala orang yang membaca ziarah Asyura:

Hakim bin Daud bin Hakim dan yang lainnya berkata kepadaku dari Muhammad bin Musa al-Hamdani dari Muhammad bin Khalid al-Thayalisi dari Saif bin ‘Amiri dan Shaleh bin Uqbah dari Alqamah bin Muhammad al-Hadhrami dan Muhammad bin Ismail dari Shaleh bin Uqbah dari Malik al-Juhani dari Abi Ja’far al-Baqir As bersabda, “Barang siapa yang menziarahi Al-Husain As pada hari Asyura bulan Muharram…” dan seterusnya tentang sanad asli ziarah Asyura: “Shaleh bin Uqbah al-Juhani dan Saif bin ‘Amirah sesungguhnya Al-Qamah bin Muhammad al-Hadhrami, dan kemudian aku berkata kepada Abi Ja’far As Ajarkan kepadaku doa yang aku baca pada hari tersebut…”

‘Alqamah bin Muhammad Hadhrami berkata, “Aku berada di sisi Abi Ja’far dan berkata kepadanya, “Ajarkan kepadaku sebuah doa yang aku baca pada hari itu tatkala aku pergi berziarah kepada Imam Husain As dan ajarkan sebuah doa yang aku baca tatkala aku tidak pergi berziarah dari dekat, dari kejahuan dan dari atas atap rumah dan menyampaikan salam kepada Imam Husain As.

Imam Shadiq As bersabda, “Wahai ‘Alqamah! Setelah engkau berisyarat memberikan salam kepada Imam Husain As dan setelah itu kerjakanlah dua rakaat shalat… dalam ziarah Aba Abdillah al-Husain hari Asyura katakanlah: “Assalamu ‘alaika Ya Aba Abdillah… Assalamu ‘alaika Yabna Rasulillah… Assalamu ‘alaika Ya Khiyaratillah wabna Khiyarathi. Assalamu ‘alaika Yabna Amiril Mu’minin… Assalamu ‘alaika Yabna Sayyid al-Washiyyin… Assalamu ‘alaika Yabna Fatimah Sayyidati al-Nisa al-‘Alamin…[1] (Salam padamu Wahai Aba Abdillah… Salam padamu wahai Putra Rasulullah… Salam padamu wahai pilihan Allah putra pilihan Allah. Salam padamu wahai Putra Amiril Mukminin…Salam padamu wahai putra penghulu para washi.. Salam padamu wahai putra Fatimah penghulu wanita alam semesta).  

Kemudian pada awal riwayat dinukil melalui dua orang bernama ‘Alqamah bin Muhammad Hadrami dan Malik bin ‘Ayan al-Juhni sampai kepada Imam Maksum As. Pada dua jalur, Shaleh bin Uqbah menukil dari keduanya; namun pada salah satunya terdapat Saif bin ‘Amirah dan yang lainnya tanpa Saif bin ‘Amirah.

Berikut ini adalah sebuah riwayat yang dinukil dari Shaleh bin ‘Uqbah dan Saif bin ‘Amirah dari Alqamah bin Hadhrami dari Imam Baqir As. Pada hakikatnya riwayat ini dinukil dengan tiga sanad:

A.    Hakim bin Daud dan yang lainnya, dari Muhammad bin Musa al-Hamdani, dari Muhammad bin Khalid al-Thayalisi, dari Saif bin ‘Amirah dari ‘Alqamah bin Muhammad al-Hadhrami.

B.    Hakim bin Daud bin Hakim dan yang lainnya, dari Muhammad bin Khalid al-Thayalisi, dari Shaleh bin Uqbah dari ‘Alqamah bin Muhammad al-Hadhrami.

C.    Muhammad bin Ismail dari Shaleh bin Uqbah dari Malik al-Juhni dari ‘Alqamah bin Muhammad al-Hadhrami dari Abi Ja’far al-Baqir As.

Pada sanad ketiga terdapat dua kemungkinan. Pertama, Ibnu Qulawaihh menukil ziarah Asyura dari kitab Muhammad bin Ismail; sebagaimana Syaikh Thusi juga dalam kitabnya menukil hal yang sama dimana dalam hal ini akan berlaku sedemikian sanad riwayat hingga Muhammad bin Ismail dan setelah itu Shaleh bin Uqbah akan menjadi benar. Kedua, Muhammad bin Ismail juga bersambung kepada Muhammad bin Khalid al-Thayalisi yang dalam kondisi demikian akan berlaku seperti ini:

Hakim bin Daud, Muhammad bin Musa al-Hamdani, Muhammad bin Khalid al-Thayalisi, Muhammad bin Ismail bin Bazi’, Shaleh bin ‘Uqbah, Malik al-Juhni.

Namun kemungkinan ini tampaknya sangat jauh; lantaran kemungkinan yang lebih kuat adalah bahwa kitab Muhammad bin Ismail pada masa itu sudah dikenal dan Syaikh Thusi dan Ibnu Qulawaihh keduanya menukil ziarah Asyura dari kitab tersebut.

Mengkaji Sanad Riwayat Ibnu Qulawaih

Ibnu Qulawaih dalam mukaddimah kitabnya menulis:

Aku tidak menguasai seluruh riwayat yang dinukil dari Ahlulbait As tentang ziarah dan selainnya; namun apa pun yang aku sebutkan dalam kitab ini bersumber dari orang-orang yang dapat diandalkan dari kalangan sahabat dan tidak satu pun riwayat yang saya nukil dari para perawi yang tidak dikenal (majhul) dalam mengambil riwayat-riwayat para Imam dari para perawi yang tidak terkenal dalam riwayat-riwayat dan tidak masyhur dalam ilmu dan hadis.[2]

Syaikh Hurr Amili, setelah memberikan kesaksian witsâqah (reliable-nya dan kehandalan) perawi Tafsir Ali bin Ibrahim. Ia berkata tentang para perawi Kâmil al-Ziyârat: “Bahwa Ja’far bin Muhammad bin Qulawaihh memberikan kesaksian tentang kehandalan para perawi Kâmil al-Ziyârat dan penegasannya pada pendahuluan kitab Kâmil al-Ziyârat lebih jelas ketimbang penegasannya terhadap Ali bin Ibrahim.”[3]

Namun sebagian dari ulama tidak menerima asas seperti  ini karena redaksi ini hanya menjadikan perantara pertama yang mendapatkan pengakuan dapat dipercaya dan diandalkan (tautsiq); artinya orang yang menukil langsung dari Ibnu Qulawaihh tanpa perantara adalah orang yang dapat diandalkan (muatstsaq).[4] Asas seperti ini adalah asas yang diterima oleh Ayatullah Khui Ra.[5] Kendati dalam tulisan-tulisan beliau sebelumnya disebutkan. Redaksi ini memberikan petunjuk jelas bahwa Ibnu Qulawaih tidak menukil sebuah riwayat dari para Imam Maksum As, kecuali dari orang-orang yang dapat diandalkan dari kalangan sahabat kita.”[6]

Namun demikian, ada baiknya kita melihat para perawi hadis ini:

Hakim bin Daud bin Hakim:

Meski ia dalam kitab-kitab Rijal tidak memiliki tautsiq (pengakuan terpercaya). Namun ia juga tidak dilemahkan (tadh’if). Pengarang kitab Tahdzib menukil hadis darinya.[7] Muhaddits Nuri menyebutnya sebagai salah satu masyaikh (guru) Ibnu Qulawaih.[8] Dengan demikian, tautsiq (pengakuan dapat dipercaya dan diandalkan) umumnya tidak berlawanan dengan pelemahannya. Dan hal ini telah memadai dalam menjadikannya sebagai sandaran.

Muhammad bin Musa al-Hamdani

Sebagian orang melemahkan orang ini.[9] Namun sesuai dengan tuturan Ayatullah Khui tentang tautsiq Ibnu Qulawaih terhadap orang ini dan ucapannya dalam Rijal Kâmil al-Ziyârat bertentangan dengan pelemahan itu. Tentu dengan adanya pertentangan antara tautsiq dan pelemahan (tadh’if) ini berujung pada jatuhnya kedua hal ini dan sebagai hasilnya Muhammad bin Musa al-Hamdani dari sudut pandang ilmu Rijal adalah orang yang tidak dikenal keadaannya (majhul al-hâl).[10]

Adapun terkait dengan Muhammad bin Khalid al-Thayalisi dan Muhammad bin Ismail bin Bazi’ akan kita bahas pada kesempatan mendatang.

Uqbah bin Qais Kufi:

Ia adalah seorang shaleh dan termasuk sal

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Klasifikasi Topik

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    261246 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    246364 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    230149 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    215015 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    176343 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    171633 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    168127 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    158188 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140978 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    134057 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...