Please Wait
8075
Urusan pernikahan merupakan salah satu urusan penting bagi umat manusia yang menuntut ketelitian dan perhatian lebih.
Prinsip, asas dan syarat-syarat yang mendasar diperlukan untuk menguatkan tatanan keluarga terdiri dari dua bagian:
Pertama, prinsip-prinsip dan syarat-syarat yang memiliki dasar pada agama seperti prinsip keluarga,[1] religiusitas, kejujuran, amanah, menaruh perhatian terhadap halal dan haram, singkatnya memiliki kelayakan,[2] berakhlak mulia dan sebagainya.
Perlu dinyatakan di sini bahwa dengan sekali atau beberapa kali pertemuan hal itu belum memadai untuk menemukan orang yang memenui syarat-syarat yang ditetapkan. Karena terdapat orang-orang yang secara lahir cerdas namun licin, berkedok mukmin dan bermoral yang menebar pesona untuk menarik perhatian gadis-gadis mukmin dan mulia. Karena itu, jalan terbaik yang harus dilakukan untuk masalah penting ini supaya tidak terjerat dari perangkap pemuda berkedok di atas adalah melakukan penelitian mendalam dan serius terkait dengan orang-orang ini. Penelitian itu dilakukan sehubungan dengan kehidupan, keluarga, tempat kerja, sahabat-sahabat, tetangga-tetangganya.
Kedua, prinsip-prinsip dan syarat-syarat yang bersifat personal:
Setiap orang boleh jadi memiliki syarat-syarat personal untuk dirinya; misalnya jenis perawakan, model dan cara berpakaian, jenis interaksi sosial dan seterusnya. Tentu saja dalam hal ini apabila Anda semakin luas melakukan koordinasi maka fondasi keluarga yang kelak Anda akan bina akan semakin kokoh.
Karena itu, dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang disebutkan di atas (yang dikemukakan secara ringkas dan global) nampaknya jalan terbaik untuk memilih salah seorang dari yang meminang Anda adalah menimbang keduanya dengan kriteria-kriteria ini dan setelah itu silahkan Anda berikan poin penilaian. Barang siapa yang memiliki poin yang lebih banyak maka nampaknya orang itulah yang paling pantas menjadi suami Anda. Namun harus dicatat bahwa dalam Islam, masing-masing dari perbuatan-perbuatan baik tidak berada pada satu tingkatan. Misalnya shalat yang memiliki prioritas utama dalam Islam. Apabila seseorang meninggalkannya namun memiliki keutamaan lainnya, maka keutamaan ini tidak dapat memberikan nilai plus baginya. Religius dan konsekuen dengan masalah-masalah agama demikian juga akhlak budiman merupakan bagian dari ajaran-ajaran agama yang bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan syarat-syarat lainnya.
Catatan: Apa yang dimaksud dengan sikap keras dan bersikap ekstrem dalam tindak-tanduknya? Apakah apabila seseorang bersikap peka dan menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap orang-orang yang meninggalkan kewajiban agama dan mengerjakan perbuatan haram, beramar makruf dan nahi mungkar itu disebut sebagai sikap ekstrem dan keras? Orang ini tidak melakukan sesuatu kecuali menunaikan kewajiban dan tugasnya.
Dewasa ini sebagian dari kita lantaran pertimbangan tradisi, keluarga dan lain sebagainya (yang pada umumnya tidak berdasarkan syariat) tidak hanya mengabaikan banyak kewajiban agama seperti amar makruf dan nahi mungkar tetapi juga menuding orang-orang yang menunaikan kewajiban ini sebagai orang keras dan ekstrem.
Karena itu, Anda harus mengenal batasan-batasan syariat. Demikian juga segala kewajiban dan perbuatan haram. Barang siapa yang melanggar batasan-batasan ini maka ia dapat disebut sebagai ekstrem dan keras.
Adapun Anda meminta supaya dilakukan istikhâra untuk Anda kiranya Anda perlu mengetahui beberapa hal penting terkait dengan istikhâra.
Istikhâra merupakan sebuah perbuatan yang terpuji yang harus dikerjakan pada waktu yang tepat. Namun dalam proses mengambil keputusan, tingkatan istikhâra (mencari kebaikan) urutannya berada setelah tingkatan berpikir dan bermusyawarah. Artinya dalam setiap proses pengambilan keputusan, langkah pertama adalah berpikir dimana setiap orang harus memberdayakan dan memanfaatkan akal dan pikirannya. Setelah itu adalah langkah kedua berupa musyawarah (istisyârah). Yaitu bermusyawarah dengan orang-orang pandai dan orang-orang yang layak dimintai pendapat serta menginginkan kebaikan dari Anda. Apabila setelah melalui tingkatan-tingkatan ini tetap belum dapat diambil sebuah kesimpulan dan Anda tetap masih bingung menentukan pilihan maka tingkatan berikutnya adalah melakukan istikhâra. Karena itu, dewasa ini, kita melihat apa yang umumnya dilakukan oleh orang-orang awam misalnya melakukan istikhara, apakah ia harus membawa seorang pasien ke dokter atau tidak? Akal dan syariat tentu saja tidak menganjurkan perbuatan seperti ini. Oleh itu, Anda juga perlu melalui dua tingkatan pendahuluan sebelum melakukan istikhâra. Apabila Anda masih belum dapat memutuskan dan mengambil kesimpulan dari dua tingkatan sebelumnya maka giliran selanjutnya adalah melakukan istikhâra. [IQuest]
[1]. Nahj al-Fashâhah, Majmu-e Kalimat-e Qishar Hadhrat Rasulullah Saw, hal. 355. Rasulullah Saw bersabda, “Hendaknya kalian menjauhi khadarâ al-diman..Para sahabat bertanya, “Apakah gerangan khadarâ al-diman itu?” Nabi menjawab: "Seorang wanita yang cantik tumbuh dari tempat yang jahat."
قال رسول الله: ایّاکم و خضراء الدّمن قیل و ما خضراء الدّمن؟ قال المرأة الحسناء فی منبت سوء
[2]. Abu Khalid Sajistani, meriwayatkan dari Imam Shadiq As yang bersabda, “Ada lima sifat utama yang apabila tidak dimiliki salah satunya maka hidupnya akan senantiasa kekurangan. Pikirannya akan sirna dan hatinya akan gundah. Pertama adalah keselamatan badan. Kedua adalah keamanan. Ketiga banyaknya rezeki. Keempat anis muwâfiq. Saya bertanya siapakah anis muwâfiq itu? Imam Shadiq As bersabda, “Istri yang pantas, anak saleh, teman (atau mitra) yang saleh. Dan kelima yang menggabung seluruh keutamaan ini, memiliki sifat periang..” Durar al-Akhbâr dengan Terjemahan Persia, hal. 561.