Please Wait
8618
Manusia senantiasa berada dalam altar ujian dan cobaan Ilahi melalui beragam jalan. Terdapat sebagian orang yang keluar sebagai pemenang dari ujian ini. Berdasarkan hal ini, mereka tidak pernah putus asa dari rahmat Ilahi dan senantiasa berdoa serta memohon rizki dan supaya terlepas dari belenggu persoalan hidup, dan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Bagaimanapun Anda harus ketahui bahwa dengan sabar dan usaha Anda akan memperoleh ganjaran besar di sisi Allah Swt.
Setiap insan beriman yang meyakini hari kiamat dan kehidupan abadi ukhrawi, kebahagiaan dan kesenangannya tidak hanya mencari kebahagian dan kesenangannya di dunia ini, meski tidak ada halangan untuk memiliki sesuatu atau keinginan untuk memilikinya di dunia ini. Menyitir sabda Imam Shadiq As, “Kekayaan dan anak-anak memiliki manfaat untuk di dunia ini dan pekerjaan-pekerjaan baik untuk akhirat sangat bernilai. Namun Allah Swt jarang menghadiahkan keduanya kepada seluruh orang.[1]
Demikian juga sesuai dengan sabda Imam Shadiq As, dunia laksana penjara bagi orang beriman lalu apakah orang-orang yang dalam penjara dapat berharap menjalani hidupnya dengan senang.[2] Dan bahkan meminjam tuturan Imam Hasan Mujtaba As, “Orang-orang beriman yang secara lahir adalah orang kaya dan menikmati pelbagai karunia Ilahi, dengan memperhatikan janji-janji Ilahi di kehidupan ukhrawi dan membandingkannya dengan kekayaan terbatas dan segera sirna duniawi sehingga seolah-olah mereka melihat diri mereka dalam penjara.”[3]
Atas dasar itu, mesti pada tingkatan pertama, ia memikirkan akhiratnya dan pada tingkatan selanjutnya kita memohon kepada Allah Swt supaya kehidupan di dunia ini menjadi mudah bagi kita semua.
Namun demikian, kita harus menjauhkan gambaran ini bahwa apabila Tuhan menganugerahkan pelbagai fasilitas material kepada sebagian orang dan tidak pernah didera dengan pelbagai kesusahan hidup seperti penyakit atau terlantar dan lain sebagainya, maka Allah Swt lebih mencintai orang-orang tersebut. Kita harus harus meyakini bahwa Allah Swt, lebih baik daripada orang lain, menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya yang beriman dan segala keputusan yang diambil untuknya adalah sebagai bekalnya kelak di akhirat.
Imam Shadiq As bersabda, “Saya takjub kepada hamba mukmin karena apa pun yang ditakdirkan Allah Swt maka akhirnya akan berujung pada kebaikan bagi hamba ini. Apabila ditakdirkan bahwa ia akan dipotong-potong dengan gunting maka hal itu baik baginya dan apabila ditakdirkan bahwa Barat dan Timur sebagai miliknya maka hal itu juga akan berakhir dengan baik baginya.”[4]
Perbedaan-perbedaan ini juga bahkan dapat disaksikan di kalangan para nabi sedemikian sehingga seorang nabi seperti Nabi Sulaiman memerintah sebuah negeri yang luas dan jin, manusia dan burung-burung seluruhnya berkhidmat kepadanya.[5] Angin-angin berada di bawah kekuasaannya dan siap membawa kemana pun Nabi Sulaiman ingin pergi.[6] Dari sisi lain, seorang nabi seperti Nabi Ayyub As yang menghadapi pelbagai kesulitan dan banyak himpitan hidup dan hal ini tidak dapat menjadi dalil bahwa Allah Swt lebih mencintai Nabi Sulaiman ketimbang Nabi Ayyub As.[7] Hal ini menjadi dalil bahwa setiap hamba akan diuji dalam beragam bentuk cobaan dan ujian.
Dengan mengetahui masalah ini, kita menjadi sadar bahwa terdapat kedudukan khusus bagi para hamba di sisi Tuhan yang tidak akan dicapai kecuali dengan kehilangan harta benda atau menderita penyakit pada diri seseorang.[8] Atau pelbagai kesulitan hidup semakin banyak maka ganjaran Ilahi akan lebih banyak diberikan kepadanya. Dan suatu waktu Allah Swt mencintai seorang hamba ketika ia menderita pelbagai himpitan besar hidup di dunia maka kita akan lebih mudah memikul pelbagai kesulitan tersebut.[9]
Namun seluruh apa yang telah dijelaskan tidak menjadi dalil bahwa hanya karena kita dapat memikul dan menahan kesulitan-kesulitan hidup lantas kemudian tidak memohon kepada Tuhan untuk kondisi hidup yang lebih baik. Benar bahwa menahan pelbagai kesulitan memiliki ganjaran namun berdoa untuk menghilangkan pelbagai kesulitan tersebut akan menuai ganjaran yang lebih banyak lagi. Berdasarkan hal itu, dari para imam kita terdapat banyak anjuran terkait dengan jalan-jalan untuk menyingkirkan pelbagai kesulitan yang akan kami suguhkan di sini dan di samping ganjaran akhirat yang menantikan Anda kami berharap semoga kesulitan-kesulitan hidup Anda dapat berkurang:
1. Bersedekah meski dalam jumlah yang minim karena dengan bersedekah Anda dapat menyedot rahmat Ilahi. Imam Shadiq As bersabda, “Hendaknya orang-orang sakit bersedekah untuk memperoleh kesembuhan dan menjauhkan pelbagai bala dengan berdoa. Dan mintalah rizki Anda kepada Allah Swt dengan bersedekah.”[10] Dengan satu ungkapan, sedekah adalah sejenis perniagaan dengan Tuhan. Dalam hal ini, Imam Shadiq As bersabda kepada anak-anaknya untuk bersedekah dan dalam menjawab pernyataan anak-anaknya Imam Shadiq As yang berkata, “Apabila jumlah uang ini kita serahkan sebagai sedekah maka tiada lagi yang tersisa bagi kita.” Imam Shadiq berkata, “Allah Swt akan menggantikan buat kita karena sedekah adalah kunci pembuka rezki.”[11]
2. Istighfar juga merupalan salah satu jalan untuk menuai keberkahan dalam hidup. Para imam kita dengan bersandar pada ayat-ayat al-Qur’an[12] memandang bahwa istighfar akan mendatangkan banyak harta, anak dan kebaikan dunia dan akhirat.[13]
3. Demikian juga dengan banyak berdoa sebagaimana yang disebutkan pada kitab-kitab riwayat dan doa untuk memohon rezki dari Allah Swt[14] yang disertai dengan usaha Anda dapat memperoleh manfaat dari doa-doa seperti ini. Di antara doa-doa tersebut misalnya adalah dengan senantiasa membaca dzikir “la haula wala quwwata illabiLlah” yang dianjurkan untuk dibaca supaya dapat menghilangkan kefakiran.[15]
4. Tidak berputus asa: salah satu dosa terbesar adalah berputus asa dari rahmat Allah Swt.[16] Atas dasar itu, meski menderita semisal Nabi Ayyub yang hidup dalam kondisi miskin, menderita penyakit dan hilangnya harta benda dan anak-anak atau sebagaimana Ya’qub yang harus menanti bertahun-tahun menantikan berita ihwal putranya Yusuf, kita tidak boleh berpaling dari Tuhan dan berputus asa. Karena boleh jadi, setelah didera pelbagai kesulitan akan berujung pada kemudahan.[17] Akan tetapi tentu saja kefakiran, penyakit dan pelbagai kesulitan hidup lainnya, menyisakan pengaruh yang tidak menyenangkan dalam kehidupan manusia. Hal ini tentu saja bersifat natural dan tidak berseberangan dengan keridhaan terhadap ketentuan Ilahi, seperti Nabi Ya’qub yang menjadi buta akibat kesedihan berpisah dari Nabi Yusuf namun beliau tidak pernah putus asa dari rahmat Ilahi.
5. Bekerja dan berusaha keras: Salah seorang Syiah di Madinah jatuh miskin dan kondisinya sangat memprihatinkan. Imam Shadiq As melihat kondisi seperti ini berkata kepadanya, “Pergilah dan pilihlah tempat di pasar buatmu dan buatlah kelapangan bagimu di tempat itu. Letakkan tempat air di sampingmu dan senantiasa hadir di tempat kerjamu! Kondisi keuangan orang tersebut setelah melaksanakan instruksi Imam Shadiq As kemudian pelan-pelan membaik.[18] kita tahu bahwa instruksi yang disampaikan Imam Shadiq As kepada orang itu terkhusus untuk orang itu dan kita tidak boleh menganggap bahwa seluruh orang harus mengerjakan persis seperti ini. Namun poin yang dapat disimpulkan dari instruksi Imam Shadiq As adalah bahwa meski kita memohon rezki kepada Allah Swt kita harus senantiasa dalam pelbagai kondisi harus bekerja keras dan berusaha dan tidak boleh berpangku tangan serta bersikap malas.
6. Bersikap moderat dalam berbelanja kebutuhan hidup juga dapat menjadi salah satu jalan untuk mendulang keberkahan dalam hidup. Karena disayangkan kita saksikan orang-orang meski berpenghasilan pas-pasan namun belanjanya melebih penghasilannya. Ibarat pepatah lebih besar pasak daripada tiang. Meski pada kenyataannya mereka dapat menjalani hidupnya tanpa adanya pengeluaran dan pembelanjaan seperti ini.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa empat kelompok tidak akan dikabulkan doanya. Dua kelompok pertama yang duduk berpangku tangan di rumahnya tanpa ada usaha dan kerja memohon rezki kepada Allah Swt yang telah disinggung sebelumnya. Dan kelompok lainnya memiliki harta namun menghambur-hamburkan hartanya kemudian memohon rezki kepada Allah Swt sementara Allah Swt berfirman kepadanya, Bukankah Aku telah menitahkan kepada kalian untuk bersikap moderat dalam hidupmu?! Dalam riwayat ini, bahkan orang-orang yang meminjamkan hartanya kepada orang lain tanpa surat-surat juga termasuk dari kelompok ini.[19]
7. Berbuat baik kepada orang lain khususnya kepada orang tua, ayah dan ibu; baik pada masa hidupnya atau pun ketika mereka telah wafat; perbuatan ini akan menyebabkan melimpahnya rizki manusia.[20]
Masih banyak lagi jalan yang disebutkan dalam riwayat yang akan menyebabkan melimpahnya rezeki bagi manusia misalnya bersamaan mengulang adzan muaddzin (pembaca adzan) ketika ia membaca adzan,[21] memotong kuku, meminum dan mencuci kepala dengan bunga Mallow (sejenis bunga berwarna ungu).[22] Berhias dan menjaga rumah untuk tetap bersih dan wangi,[23] bersikap baik terhadap tetangga,[24] berziarah kepada pusara Imam Husain As[25] dan lain sebagainya.[26] [IQuest]
[1]. Muhammad Baqir Majlisi, Bihâr al-Anwâr, jil. 67, hal. 225, Muassasah al-Wafa, Beirut, 1404 H.
[2]. Ibid, jil. 65, hal. 221, Riwayat 11.
[3]. Ibid, jil. 43, hal. 346.
[4]. Muhammad bin al-Hasan, Hurr Amili, Wasâil al-Syiah, jil. 3, hal. 250, Riwayat 3544, Muassasah Ali al-Bait, Qum, 1409 H.
[5]. “Dan bala tentara Sulaiman yang berasal dari bangsa jin, manusia, dan burung berkumpul di hadapannya; alangkah banyaknya sehingga mereka harus menunggu supaya seluruh tentara itu terhimpun.” (Qs. Al-Naml [27]:17)
[6]. “Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhan-nya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.” (Qs. Saba [34]:12)
[7]. “Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (Qs. Al-Anbiya [21]:83)
[8]. Wasâil al-Syiah, jil. 3, hal. 262, Riwayat 3587.
[9]. Ibid, jil. 3, hal. 252, Riwayat 3553.
[10]. Ibid, jil. 9, hal. 375, Riwayat 12276.
[11]. Ibid, jil. 9, hal. 396, Riwayat 12260.
[12]. “Lalu aku berkata kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.” (Qs. Nuh [71]:10-11)
[13]. Bihâr al-Anwâr, jil. 88, hal. 336, Riwayat 20, jil. 92, hal. 293.
[14]. Sebagai contoh, Bihâr al-Anwâr, jil. 92, hal. 293, Bab 11 (Doa-doa Memohon Rizki)
[15]. Wasâil al-Syiah, jil. 7, hal. 218, Riwayat 9159.
[16]. “Hai anak-anakku, pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (Qs. Yusuf [12]:87)
[17]. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan. (Ya), sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah [94]:5-6)
[18]. Wasâil al-Syiah, jil. 17, hal. 56, Riwayat 21966.
[19]. Ibid, jil. 7, hal. 124, Riwayat 8908.
[20]. Ibid, jil. 18, hal. 371, Riwayat 23874.
[21]. Ibid, jil. 1, hal. 314, Riwayat 828.
[22]. Ibid, jil. 2, hal. 60, Riwayat 1480.
[23]. Ibid, jil. 5, hal. 7, Riwayat 5746.
[24]. Ibid, jil. 12, hal. 123, Riwayat 15831.
[25]. Ibid, jil. 14, hal. 413, Riwayat 19483.
[26]. Ibid, jil. 15, hal. 347, Riwayat 20704.