Advanced Search
Hits
31507
Tanggal Dimuat: 2009/02/22
Ringkasan Pertanyaan
Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw, nabi pamungkas. Apa yang menjadi aspek-aspek kemukjizatan al-Qur'an?
Pertanyaan
Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad Saw, nabi pamungkas. Apa yang menjadi aspek-aspek kemukjizatan al-Qur'an?
Jawaban Global

Untuk menjelaskan kemukjizatan al-Qur'an terdapat tiga aspek penting: Kemukjizatan lafaz, kandungan dan pembawanya.

1.       Kemukjizatan lafaz al-Qur'an terdiri dari dua jenis:

a.    Kemukjizatan elokuensi (kefasihan):

Model penjelasan al-Qur'an sedemikian menakjubkan sehingga ia tidak dapat dibandingkan dengan ucapan manusia, bahkan Nabi Muhammad Saw sekalipun. Oleh karena itu, para cendekiawan berkata: "Perbuatan orang-orang yang dengan dalih kemungkinan terjatuhnya orang dalam kesalahan mencampur aduk hadis Nabi Saw dengan al-Qur'an, sehingga melarang orang untuk menuliskan hadis, merupakan perbuatan yang tidak dapat diterima dan dibenarkan."

b.    Kemukjizatan bilangan

Dewasa ini berkat kemajuan ilmu pengetahuan dengan penggunaan komputer telah dilakukan upaya untuk menunjukkan hubungan bilangan khusus di antara lafaz-lafaz dan huruf-huruf al-Qur'an, dimana hubungan sedemikian mustahil terdapat pada ucapan manusia.

2.       Kemukjizatan kandungan al-Qur'an dapat diutarakan dalam beberapa bagian:

a.    Tiadanya ikhtilâf (perbedaan) dalam al-Qur'an;

b.    Kabar-kabar ghaib yang dengan tepat terlaksana pada sebagian orang atau sebagian peristiwa;

c.    Ilmu dan maarif (plural dari makrifat) al-Qur'an

d.    Tiadanya kemampuan manusia menggugurkan ilmu dan pengetahuan yang terdapat dalam al-Qur'an. Kebenaran maarif al-Qur'an setelah bertahun-tahun berlalunya tetap terjaga dan terpelihara.

3.       Kemukjizatan pembawa al-Qur'an

Nabi Muhammad Saw adalah sosok ummi (tidak pernah mengenyam pendidikan), lalu bagaimana seorang ummi dapat membawa kitab sedemikian di semenanjung Arabia yang, nota-bene, masyarakatnya tidak familiar dengan ilmu dan kebudayaan.

Jawaban Detil

Aspek-aspek beragam telah disebutkan[1] terkait dengan kemukjizatan al-Qur'an yang dapat diklasifikasi menjadi tiga bagian sebagai berikut:

1.       Kemukjizatan lafaz al-Qur'an;

2.       Kemukjizatan kandungan al-Qur'an;

3.       Kemukjizatan pembawa al-Qur'an

 

1.       Kemukjizatan lafaz al-Qur'an

Kemukjizatan lafaz al-Qur'an dikemukakan dalam dua jenis: Kemukjizatan elokuensi dan kemukjizatan bilangan.

Pembahasan kemukjizatan elokuensi al-Qur'an atau kefasihan al-Qur'an, semenjak dahulu telah dikenal. Dan kurang-lebihnya telah menjadi kesepakatan di antara seluruh mazhab dalam Islam. Namun sebagian orang membedakan kemukjizatan al-Qur'an dengan perkara-perkara seperti komposisi (nazhm), gaya dan metode penjelasan al-Qur'an. Mereka berkata bahwa salah satu aspek kemukjizatan al-Qur'an adalah sisi elokuensinya dan aspek lainnya adalah komposisi(nazhm), gaya penjelasan al-Qur'an. Sebagian lainnya berpandangan bahwa aspek kemukjizatan al-Qur'an merupakan kumpulan yang terdiri dari kefasihan, komposisi (nazhm) dan gayanya.[2]

Namun sebenarnya apa yang mereka lakukan adalah memperbanyak misal saja. Dan segala hal yang terkait dengan gaya penjelasan al-Qur'an, kembali pada masalah kemukjizatan elokuensi al-Qur'an. Metode penjelasan al-Qur'an merupakan metode yang tidak satu pun manusia mampu menggunakan metode ini dalam bertutur-kata, bahkan Nabi Muhammad Saw sendiri.

Maksudnya adalah bahwa dalam pembahasan "sejarah hadis" Ahlussunnah mengklaim bahwa Rasulullah Saw melarang sahabat menulis hadis-hadis dan sabda-sabda beliau dan terkait dengan masalah ini terdapat riwayat yang dinukil dari Nabi Saw.[3] Lalu dari klaim ini mereka berhadapan dengan pertanyaan serius ihwal mengapa Nabi Saw melarang sahabat untuk menulis hadis?

Salah satu jawaban yang diberikan dan populer di kalangan Ahlusunnah adalah bahwa sebab pelarangan itu adalah jangan sampai antara al-Qur'an dan selain Qur'an bercampur aduk. Artinya jangan sampai al-Qur'an bercampur dengan hadis-hadis nabawi. Salah seorang periset Ahlusunnah menolak argumen terkenal di kalangan Ahlusunnah ini dan berkata, "Kemukjizatan elokuensi al-Qur'an menjadi penghalang bercampur-aduknya antara al-Qur'an dan selain al-Qur'an."[4] Kemudian dalam menjawab isykalan (kritik) bahwa boleh jadi Nabi Saw dalam kefasihan telah mencapai tingkatan yang dapat bertutur-kata fasih sebagaimana al-Qur'an, tuturnya, "Kemestian ucapan ini adalah pengingkaran kemukjizatan elokuensi al-Qur'an.[5]

Bagaimanapun masalah pelarangan Nabi Saw terhadap penulisan hadis – meski hadis-hadis beliau bukan merupakan tutur kata biasa dan tidak berasal dari dirinya sendiri, melainkan tutur kata penuh cahaya, sesuai dengan bimbingan Ilahi, bersumber dari alam ghaib dan dapat memberikan solusi pelbagai kesulitan umat Islam – merupakan salah satu kritikan asasi yang tertuju kepada kaum Ahlussunah. Oleh karena itu, di kalangan ulama Syiah semenjak dahulu hingga sekarang, klaim bahwa Nabi Saw melarang umat menulis hadis adalah klaim yang tidak benar.

Aspek lain kemukjizatan lafaz al-Qur'an adalah kemukjizatan bilangan. Aspek ini akhir-akhir ini mengemuka dan penggunaan komputer dalam masalah ini menjadi perhatian banyak orang. Dengan penjelasan hubungan angka-angka khusus antara lafaz-lafaz dan huruf-huruf al-Qur'an ditunjukkan bahwa hubungan angka-angka ini tidak dapat terekspresikan melalui ucapan manusia.[6]

2.       Kemukjizatan kandungan al-Qur'an:

Banyak aspek yang disebutkan terkait kemukjizatan kandungan al-Qur'an sebagaimana berikut ini:

a.    Tiadanya ikhtilaf dalam al-Qur'an

Ayat yang menyebutkan, "Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur’an? Kalau kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya," (Qs. Al-Nisa [4]:84) adalah ayat yang menegaskan aspek kemukjizatan ini.

b.    Kabar-kabar ghaib

Dalam al-Qur'an disebutkan beberapa matlab berkaitan dengan sebagian orang atau sebagian peristiwa yang terjadi di masa mendatang. Artinya diprediksikan terjadinya peristiwa setelah pewahyuan ayat-ayat yang tepat sesuai dengan gambaran yang dibeberkan dalam al-Qur'an. Misalnya yang dapat dijadikan contoh di sini adalah, "Alif Lâm Mîm. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Qs. al-Rum [30]:1-3)

c.    Ilmu dan maarif al-Qur'an

Dalam al-Qur'an terdapat beberapa matlab yang setidaknya pada masa pewahyuannya tidak seorang pun manusia yang mampu mengakses matlab tersebut. Dan sekarang pun terdapat ilmu dan maarif menjulang dalam al-Qur'an yang masih belum dikenal oleh manusia dewasa ini. Kebanyakan yang dikenal manusia hari ini dari ilmu dan maarif menjulang itu adalah melalui jalan Nabi Saw sendiri dan para Maksum As serta petunjuk yang berkelanjutan dari mereka, di antaranya hadis-hadis terkait masalah teologi, pembahasan akal, poin-poin filosofis, teologis dan tema-tema irfani.

Bagaimanapun, bahkan sekiranya ada seseorang yang berpandangan bahwa seluruh ilmu dan maarif al-Qur'an telah dikenal dan dapat diakses oleh manusia, kendati tiada pandangan seperti ini pada masa lampau, perkara ini tidak akan mereduksi nilai kemukjizatan al-Qur'an dalam masalah ini. Perlu diingat bahwa pembuktian kemukjizatan al-Qur'an ini bukan dari aspek pembawanya, namun dari aspek segala ilmu dan makrifat yang dalam dan tinggi yang sedemikian agung, sehingga lebih melampaui dan memuncak daripada cakrawala berpikir setiap ilmuwan pada masa itu. Secara umum ilmu dan maarif al-Qur'an ini bukan merupakan pemikiran manusia dan tanda wahyu Ilahi terlihat dari puncaknya.

d.    Tiadanya kemampuan manusia untuk menggugurkan ilmu dan maarif yang termaktub dalam al-Qur'an

Setelah bertahun lamanya berlalu dan dengan seluruh kemajuan pengetahuan manusia dan pertukaran ilmu dan kebudayaan, tiada satu pun dari matlab yang disebutkan dalam al-Qur'an yang gugur kebenarannya. Dengan demikian telah terbukti kebenaran al-Qur'an dan sumbernya dari langit.

Ada baiknya poin ini disebutkan bahwa meski boleh jadi sebagian pengetahuan manusia -seperti logika dan matematika- yang terhimpun dalam sebuah satu himpunan yang tersusun rapi yang kita warisi dari para pendahulu kita, belum tergugurkan. Namun dengan memperhatikan bahwa pertama, pengetahuan-pengetahuan ini berada dalam format swa-bukti-swa-bukti pertama (badihiyyat al-awwali) atau fitri dalam pemikiran setiap ilmuan. Dan orang-orang yang menyusun masalah ini, sejatinya pengumpul bukan pembawa. Kedua, secara umum seluruh kitab yang disusun oleh manusia berhubungan dengan satu ilmu khusus dan berkenaan dengan tema tertentu, sementara salah satu tipologi terpenting atas gemilangnya ilmu dan makrifat al-Qur'an adalah menjuntainya ruang lingkup pembahasannya dan menyiratkan puluhan matlab dalam satu ucapan.

Sejatinya permasalahan ini merupakan satu lagi aspek kemukjizatan al-Qur'an yang menyimpan sedemikian pengetahuan yang pada dirinya. Manusia mana, di samping dapat mengakses terhadap ilmu yang bervariasi dan domain yang sama sekali asing – dengan segala penjelasan akurat dan kokoh serta keluasan tema – mampu mempelajari pengetahuan semacam ini dan menempatkan masalah-masalah secara berurutan, dimana dalam menyampaikan ucapannya, ilmu yang beragam dapat dipetik sedemikian sehingga bukan maksud yang terabaikan dan juga bukan keterjalinan yang menjadi kusut, bukan juga kesalahan. Dan hal ini sepanjang abad bersinar terang serta senantiasa terjaga dari pengguguran?[7]

3.       Kemukjizatan pembawa al-Qur'an

Aspek kemukjizatan al-Qur'an ini semenjak dahulu telah menjadi obyek pembahasan. Sebuah pembahasan yang menekankan bahwa Rasulullah Saw adalah sosok yang ummi, lalu bagaimana beliau dapat menyuguhkan kitab sedemikian di kalangan masyarakat semenanjung Arabia yang secara asasi tidak familiar dengan pengetahuan dan kebudayaan.[8]

Perlu diketahui bahwa pembahasan kemukjizatan, kendati ghalibnya mengedepan pada pembahasan Ulumul Qur'an, sejatinya merupakan pembahasan teologis. Oleh karena itu pembahasan ini juga dikaji dalam kitab-kitab teologis.[9]

 

Untuk telaah lebih jauh silahkan baca:

Mahdi Hadavi Tehrani, Mabâni Kalâmi Ijtihâd, Muassasah-e Farhang-e Khane Kherad, Qum, cetakan pertama, 1377



[1]. Lihat, Sayid Mustafa Tsamini, Wujuh I'Jâz al-Qur'ân, kumpulan maqalah pada konferensi kedua ihwal riset dan pemahaman al-Qur'an al-Karim, Dar al-Qur'an, Qum, hal.168-178

[2]. Idem, hal. 169

[3]. Lihat, Mahmud Abu Rayya, Adhwâ' 'ala al-Sunnah al-Muhammadiyah, hal. 42  

[4]. Idem, hal. 46   

[5]. Idem, hal. 47

[6]. Terkait dengan masalah ini untuk telaah lebih jauh Anda dapat menyediakan software "Qadr" karya Dr. Sayid 'Ali Qadiri.  

[7]. Dinukil dari Allamah Thaba-thabai bahwa seluruh pengetahuan al-Qur'an dapat disimpulkan dari setiap surah al-Qur'an. Apabila sedemikian, maka hal ini bermakna bahwa setiap himpunan yang berada di bawah setiap surah menyimpan seluruh makrifat al-Qur'an. Artinya seluruh makrifat ini, seratus empat belas kali dijelaskan dalam bentuk yang beragam. Hal ini akan menjadi keajaiban lain dari selaksa keajaiban al-Qur'an.

[8]. Sebagian orientalis pada aspek ini berkata: Nabi Muhammad adalah orang yang berpendidikan dan menuntut ilmu pada ulama agama-agama terdahulu. Ia –nauzhubiLlah- menulis al-Qur'an berdasarkan ilmu yang didapatkan dari ulama tersebut. Dan apabila al-Qur'an, masyarakat semenanjung Arabia disebut sebagai masyarakat ummi adalah bermakna bahwa mereka tidak mengenal maarif Ilahiah, tidak bermakna bahwa mereka tidak berpendidikan. Di semenanjung Arabia, terdapat banyak orang-orang yang berpendidikan, dan bahkan dengan pengetahuan yang melimpah. Dan apabila Muhammad disebut sebagai "ummi" tidak berarti bahwa ia tidak berpendidikan dan tidak menuntut ilmu dari seseorang, melainkan maksudnya adalah bahwa ia adalah seorang nabi sebuah ummat yang ummi; artinya asing dan tidak familiar dengan maarif Ilahiah. Akan tetapi riset-riset yang fair para periset yang netral menunjukkan bahwa ucapan ini tidak berdasar dan semua klaim ini adalah untuk mengingkari kemukjizatan al-Qur'an. Lihat, Dr. Subhi al-Shalih, 'Ulum al-Hadits wa Musthalahihi, hal. 2-3.

[9]. Lihat, Mahdi Hadavi Tehrani, Mabâni Kalâmi Ijtihâd, hal. 47-51

Terjemahan dalam Bahasa Lain
Komentar
Jumlah Komentar 0
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
contoh : Yourname@YourDomane.ext
Silahkan Masukkan Redaksi Pertanyaan Dengan Tepat
<< Libatkan Saya.
Silakan masukkan jumlah yang benar dari Kode Keamanan

Pertanyaan-pertanyaan Acak

Populer Hits

  • Ayat-ayat mana saja dalam al-Quran yang menyeru manusia untuk berpikir dan menggunakan akalnya?
    259833 Tafsir 2013/02/03
    Untuk mengkaji makna berpikir dan berasionisasi dalam al-Quran, pertama-tama, kita harus melihat secara global makna “akal” yang disebutkan dalam beberapa literatur Islam dan dengan pendekatan ini kemudian kita dapat meninjau secara lebih akurat pada ayat-ayat al-Quran terkait dengan berpikir dan menggunakan akal dalam al-Quran. Akal dan pikiran ...
  • Apakah Nabi Adam merupakan orang kedelapan yang hidup di muka bumi?
    245601 Teologi Lama 2012/09/10
    Berdasarkan ajaran-ajaran agama, baik al-Quran dan riwayat-riwayat, tidak terdapat keraguan bahwa pertama, seluruh manusia yang ada pada masa sekarang ini adalah berasal dari Nabi Adam dan dialah manusia pertama dari generasi ini. Kedua: Sebelum Nabi Adam, terdapat generasi atau beberapa generasi yang serupa dengan manusia ...
  • Apa hukumnya berzina dengan wanita bersuami? Apakah ada jalan untuk bertaubat baginya?
    229507 Hukum dan Yurisprudensi 2011/01/04
    Berzina khususnya dengan wanita yang telah bersuami (muhshana) merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan sangat keji. Namun dengan kebesaran Tuhan dan keluasan rahmat-Nya sedemikian luas sehingga apabila seorang pendosa yang melakukan perbuatan keji dan tercela kemudian menyesali atas apa yang telah ia lakukan dan memutuskan untuk meninggalkan dosa dan ...
  • Ruh manusia setelah kematian akan berbentuk hewan atau berada pada alam barzakh?
    214293 Teologi Lama 2012/07/16
    Perpindahan ruh manusia pasca kematian yang berada dalam kondisi manusia lainnya atau hewan dan lain sebagainya adalah kepercayaan terhadap reinkarnasi. Reinkarnasi adalah sebuah kepercayaan yang batil dan tertolak dalam Islam. Ruh manusia setelah terpisah dari badan di dunia, akan mendiami badan mitsali di alam barzakh dan hingga ...
  • Dalam kondisi bagaimana doa itu pasti dikabulkan dan diijabah?
    175603 Akhlak Teoritis 2009/09/22
    Kata doa bermakna membaca dan meminta hajat serta pertolongan.Dan terkadang yang dimaksud adalah ‘membaca’ secara mutlak. Doa menurut istilah adalah: “memohon hajat atau keperluan kepada Allah Swt”. Kata doa dan kata-kata jadiannya ...
  • Apa hukum melihat gambar-gambar porno non-Muslim di internet?
    170983 Hukum dan Yurisprudensi 2010/01/03
    Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban global. Silahkan Anda pilih jawaban detil ...
  • Apakah praktik onani merupakan dosa besar? Bagaimana jalan keluar darinya?
    167401 Hukum dan Yurisprudensi 2009/11/15
    Memuaskan hawa nafsu dengan cara yang umum disebut sebagai onani (istimna) adalah termasuk sebagai dosa besar, haram[1] dan diancam dengan hukuman berat.Jalan terbaik agar selamat dari pemuasan hawa nafsu dengan cara onani ini adalah menikah secara syar'i, baik ...
  • Siapakah Salahudin al-Ayyubi itu? Bagaimana kisahnya ia menjadi seorang pahlawan? Silsilah nasabnya merunut kemana? Mengapa dia menghancurkan pemerintahan Bani Fatimiyah?
    157463 Sejarah Para Pembesar 2012/03/14
    Salahuddin Yusuf bin Ayyub (Saladin) yang kemudian terkenal sebagai Salahuddin al-Ayyubi adalah salah seorang panglima perang dan penguasa Islam selama beberapa abad di tengah kaum Muslimin. Ia banyak melakukan penaklukan untuk kaum Muslimin dan menjaga tapal batas wilayah-wilayah Islam dalam menghadapi agresi orang-orang Kristen Eropa.
  • Kenapa Nabi Saw pertama kali berdakwah secara sembunyi-sembunyi?
    140313 Sejarah 2014/09/07
    Rasulullah melakukan dakwah diam-diam dan sembunyi-sembunyi hanya kepada kerabat, keluarga dan beberapa orang-orang pilihan dari kalangan sahabat. Adapun terkait dengan alasan mengapa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada tiga tahun pertama dakwahnya, tidak disebutkan analisa tajam dan terang pada literatur-literatur standar sejarah dan riwayat. Namun apa yang segera ...
  • Kira-kira berapa usia Nabi Khidir hingga saat ini?
    133541 Sejarah Para Pembesar 2011/09/21
    Perlu ditandaskan di sini bahwa dalam al-Qur’an tidak disebutkan secara tegas nama Nabi Khidir melainkan dengan redaksi, “Seorang hamba diantara hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (Qs. Al-Kahfi [18]:65) Ayat ini menjelaskan ...